part lanjutan

6.5K 313 33
                                    

KONTRAK DALAM PERNIKAHAN
(1)

"Dewasa itu bukan dilihat dari berapa banyak usia seseorang, akan tetapi bagaiamana dia bisa menyikapi dengan bijak keadaan yang dihadapinya."

***

Dahi Fatih mengerut, terlalu lama menunggu jawaban Zee atas surat kontrak yang dibuatnya. Bukannya gadis itu sudah mengerti inti dari perjanjian tersebut? Ia bahkan sudah bertanya apa Fatih serius dengan isi kontraknya.

"Hei, kenapa lama sekali? Kamu sedang membaca atau mengkhayal?"

Zee meletakkan surat di sampingnya duduk dengan menumpuk kaki, sudah persis ketika ia masih di SMP dulu. Menunjukan betapa dia gadis elegant di depan lawan bicaranya.
"Duduklah!"

Mata Fatih menyipit, gadis itu terlihat sangat tenang, tidak sedikitpun gurat kemarahan atau cemas di wajahnya.

"Gus serius mau pisah sama aku? Kita baru akad, lho. Apa semua orang tidak akan curiga?"

"Duh, Zee ... Zee, kenapa emang? Apa gadis bau kencur seperti antum benar-benar jatuh cinta pada ana?"

"Ohh, please my crazy husband ...." Zee memutar malas bola mata. "Bukan itu masalahnya. Justru karena Gus telah mencium di saat belum halal, seketika buatku ilfeel!"

"Lalu?" Mata Fatih menyipit.

"Kata Abine, setelah akad seorang lelaki wajib memberi nafkah pada istrinya."

"Ya, aku akan lakukan itu karena itu tanggungjawabku."

"Lahir batin?"

"Apa?!" Mata Fatih melebar, tak percaya dengan pertanyaan anak tengil di depannya.

Wajah Zee datar, tak ada rasa bersalah sama sekali karena melontarkan pertanyaan yang harusnya membuat canggung keduanya.

"Oke, Zee. Dengarkan ana baik-baik. Terus terang untuk yang itu ana belum siap."

"Kenapa? Apa karena Syifa?"

"Em, itu salah satunya." Fatih menjawab pelan, tapi membuat hati Zee teremas. Sejak awal dia tahu pada akhirnya ini adalah masalah bagi hatinya. "Itu kenapa perpisahan ini adalah jalan terbaik."

"Ya, ya." Zee berusaha menyembunyikan rasa tak sukanya lantaran Fatih masi menyimpan perasaan yang dalam pada Syifa.

" Nafkah lahir sepenuhnya akan ana kirim. Ana juga akan mengunjungi anti kala ana libur, kita bisa pulang bareng ke rumah orangtua kita. Dan soal nafkah batin itu, benar kewajiban yang harusnya ana penuhi, tapi melihat kondisi hati ana, ditambah anti yang masih bau kencur, ana memutuskan untuk tidak menggauli anti, dan itu akan menjadi halal saat anti sebagai istri ridho." Gus menjelaskan panjang lebar.

"Oh, baiklah."

"Kenapa? Apa anti sudah mau nafkah batin?"

"Oh, nggak-nggak!" Zee melambaikan dua tangannya. "Hiss. Yang benar saja, Gus. Tentu hatiku jauh lebih sakit dari padamu. Memang sebaiknya kita pisah."

"Bagus. Berarti deal untuk ini."

"Oke. Ayo kita laksanakan. Tapi ... jawab dulu semua pertanyaanku."

"Oke." Kini Fatih bersandar di dinding menghadap ke arah di mana Zee duduk.

"Pertama, saat aku mondok nanti, apakah Gus akan menikah dengan Syifa lagi?"

Fatih terdiam, keinginan itu jelas sangat besar. Tapi ia ragu apakah Syifa dan keluarganya mau menerima semua itu? Lalu bagaimana dengan Zee dan keluarganya?

"Gus?"

"Ah, ya." Fatih tersentak.
"Em, soal itu ... ana tidak tau."

"Berarti ...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kontrak Pernikahan dengan Gus (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang