back then i adored you

406-408

406
Aroma wanita itu terus melayang ke hidungnya, seperti lagu pengantar tidur, membuatnya berangsur-angsur tertidur ketika dia bersemangat dengan sentuhannya sebelumnya.

Sebelum dia benar-benar tertidur, pikirannya masih membayangkan masa depan mereka. Dia berpikir bahwa setelah bangun tidur, dia akan mendapatkan kembali kekuatannya dan mengatakan padanya secara terperinci apa yang ada dalam pikirannya.

Dia bahkan memikirkan bayangan wanita itu berjalan ke arahnya dalam gaun pengantinnya, begitu cantik sehingga dia mengenakan senyum dalam mimpinya.

Jika Gu Yusheng tahu bahwa ketika dia bangun lagi setelah tidurnya, itu bukan masa depan yang cerah, tapi akhir yang mengerikan yang menunggu mereka berdua, dia tidak akan membiarkan dirinya tertidur dalam kasus apa pun.

Untuk waktu yang lama setelah itu, dia menyesal.

Apa yang disesalnya bukan karena dia telah melewatkan janji bertemu dengannya di Shanghai untuk menyelamatkan anak-anak lelaki itu, atau bahwa dia hampir kehilangan nyawanya di sungai karena tindakan anak-anak lelaki itu.

Yang benar-benar ia sesali adalah bahwa nasib membodohinya. Apa yang dia percayai adalah permulaan adalah akhir baginya.

Dia menyesal karena dia sudah sangat dekat dengannya sebelumnya, ketika dia dan dia mungkin tidak pernah merindukan satu sama lain, tetapi dia gagal untuk menangkap harapan kecil itu.

...

Napas Gu Yusheng secara bertahap menjadi panjang dan merata. Qin Zhi'ai, yang telah menyandarkan kepalanya di lehernya untuk waktu yang lama, dengan lembut mengangkat kepalanya dan menatap wajahnya yang tertidur.

Matanya tidak berkedip. Dia menatap lurus ke arahnya dengan konsentrasi ekstrim, seolah-olah membawanya ke dalam hatinya.

Melihat wajahnya, dia merasakan perasaan hangat di matanya dan sepertinya ada benjolan di tenggorokannya. Dia tidak bisa tinggal di sini lebih lama, atau dia akan enggan berpisah dengannya.

Memikirkan bagaimana dia harus pergi, Qin Zhi'ai tiba-tiba menoleh. Sebelum dia berdiri, air matanya jatuh tepat di bibir pria itu.

Alisnya bergerak sedikit dalam tidurnya, tetapi tidak ada tanda bahwa dia bangun.

Dia menggigit bibir bawahnya dan menekan rasa sakit yang menggulung dadanya, menarik pergelangan tangannya menjauh dari cengkeramannya, yang tidak memiliki kekuatan karena dia sekarang tertidur. Kemudian dia berdiri, meraih tas di sampingnya, dan pergi ke pintu tanpa melihat ke belakang.

Sebelum dia meraih dan membuka pintu, dia berhenti. Dia ingin menatapnya lagi, tetapi dia tidak punya keberanian. Dia takut kehilangan kendali emosinya, jadi dia menegakkan punggungnya dan berdiri diam selama setengah menit, lalu tiba-tiba membuka pintu, keluar, menutup pintu, lari ke tangga, dan bergegas keluar dari gedung rumah sakit .

Ketika Qin Zhi'ai mendekati pintu rumah sakit, matanya penuh air mata, jadi dia tidak bisa jalan di depan dengan jelas sama sekali. Dia tidak sengaja menabrak seorang pria, dan yang lainnya meminta maaf padanya. Dia hanya menggelengkan kepalanya, terlalu tersedak hingga bahkan tidak bisa menjawab, "Sudahlah." Dia bergegas ke gang kecil di belakang rumah sakit tempat tidak ada yang lewat, lalu berjongkok dan mulai menangis.

Dia sudah tahu bahwa akan ada hari seperti itu sebelum dia berjanji untuk menjadi pengganti Liang Doukou.

Dia sudah siap sebelumnya, tetapi sekarang, ketika dia benar-benar harus meninggalkannya, dia menemukan bahwa rasa sakitnya jauh lebih kuat daripada yang dia bayangkan.