III.

419 77 26
                                    

"enughh"
Hueningkai terbangun dari tidur lelapnya. Ia memposisikan tubuh resiknya di tepi ranjang, menikmati semilir angin pagi sembari mengerjai lucu. Sedikit memabukkan memang, karena bau embun bercampur bau rumput pagi yang khas. Ukh, ia tak ingin berlama-lama seperti ini.

Rutinitas pagi ia lakukan seperti biasa, mandi, sarapan, dan bersantai karena kebetulan ia libur. Dengan tenang ia memainkan ponsel, membalas notif dari akun medsosnya yang selama 5 tahun belakangan menjadi notif favoritnya.

Kak Jindra
Pagi, Dek. Udah bangun kan?

Dek Kean
Pagi kak!:D
Udah, selese mandi malah:D

Kak Jindra
Pinter kesayangan Kakak.
Disini udah siang, jadi Kakak masih istirahat.

Dek Kean
Eum'-'
Adek ga ganggu kan?

Kak Jindra
Engga sama sekali.

Dek Kean
Kakak udah makan siang kan?

Kak Jindra
Kamu yang jadi makan siang Kakak gimana, hm?

Dek Kean
GAMAU YA!
NANTI AKU HABIS!
ENAK AJA KAKAK!
(`Θ´)

Kak Jindra
Duh lucu
Oh iya, Dek
Kakak kangen

Dek Kean
Adek juga:(
Eum
Kakak kapan lulus disana?

Kak Jindra
Ga lama lagi dek, terus nanti lamar kamu.
Hehe

Dek Kean
Hue aku nangis kan:(

Kak Jindra
Jangan dong.
Yaudah, kakak lanjut aktivitas lagi
Dahhh, manis!

Hueningkai tersenyum, merasa beruntung memiliki kekasih seperti Soobin, dan Soobin yang beruntung memiliki kekasih seperti Hueningkai.

+×+

Ting Tong...

"Iya sebentar."
Hueningkai memakai mantelnya, berjalan malas menuruni anak tangga. Nyaris berpikir untuk mengomel di depan muka sang tamu dengan malam.

Ia dengan cepat membuka pintu rumah, menatap hamparan salju. Nihil, tak ada orang di luar.
"Orang gila mana yang mau keluar membelah salju saat ini." batinnya.

Nyaris menutup pintu, namun pintunya terasa terhalang benda padat. Hueningkai membungkuk dan menemukan buket mawar tanpa alamat nyaris tertutup salju.

"Bunga?"
Hueningkai melangkah masuk sambil menggenggam erat kejutan indah itu. Belum sampai untuk mengunci pintu, tangan kekar seseorang menghalanginya hingga menimbulkan decitan.

"Bonne nuit Temps froid hein manque moi?"

Hueningkai berbalik, mendapati sosok yang selama ini ia rindukan hingga membuat jadwal tidurnya berantakan. Ia merentangkan tangannya dan tersenyum hangat.

"KAK JINDRAAAA!"

+×+

Pojok penulis :
Selamat malam, terimakasih untuk kalian yang berkenan untuk membaca cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak!:D

Ah iya, Dek Kean versi posesif akan lebih sering menggunakan "aku" untuk berbicara dan menyebut dirinya sendiri

Sedangkan Dek Kean normal akan menggunakan kata "Dek/Adek/Kean" untuk berbicara danenyebut dirinya sendiri.

Terimakasih:D

Aafreeda [SooKai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang