"K-kakak harus pergi sekarang, ya?"
Nada suara itu jelas terdengar getir. Tersirat sejuta sendu didalamnya, keluar bersamaan dengan air matanya yang bercucuran. Tangannya terulur untuk mengambil rangkaian flower crown dari sang dominan.
Oh ayolah, mereka masih kecil. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah keberangkatan Soobin meninggalkan kotanya?
Soobin menghembuskan napasnya teratur. Terlihat tegar, namun rapuh didalam sesaat setelah melihat air mata Hueningkai tak terbendung karena keputusannya.
"Aku pergi dulu, kamu baik baik ya? Nanti kita ketemuan lagi!"
"Jindra! Ayo berangkat!"
Asap mobil itu semakin menghilang bersamaan dengan bayangan sosok Soobin, membuat Hueningkai semakin menangis terisak melepas kepergiannya. Sudahlah, Hueningkai yang masih berumur 6 tahun itu tak akan mengerti jadwal keberangkatan kereta untuk menyusul Hyung kesayangannya.
+×+
12 tahun kemudian...
"Jindra, ayo coba berlibur! Cuaca hari ini benar-benar mendukung! Mama tak mau melihatmu mengurung diri dikamar. Nikmatilah masa remajamu, sayang."
Wanita paruh baya itu melenggang masuk ke kamar bernuansa abu-abu. Melihat anaknya yang kurus kering membuat hatinya teriris. Ia sempat menyesali keputusannya untuk memindahkan Soobin ke Belanda. Dengan inisiatif seadanya, ia memasang raut cerah dan sedikit memaksa Soobin untuk mencoba menikmati udara luar.
"Iya, sebentar."
Singkat, benar-benar bukan Soobin yang dulu.+×+
"Jindra sayang, apa kau mau es krim hum?"
Semilir angin pagi membelai lembut Surai kecokelatan miliknya. Sang mama mengajaknya berjalan-jalan di taman. Pagi yang sejuk, membuat Soobin sedikit tersenyum mengingat bagaimana dulu ia dan Hueningkai memetik bunga untuk flower crown sambil menikmati sejuknya embun fajar.
"Belikan saja satu, kelihatannya cokelat tak terlalu buruk."
Setelahnya hanya dihabiskan dengan candaan sang mama dan foto-foto kenangan. Mereka melihat hasilnya, namun...
"Tunggu, dia Kean?" batinnya mencelos.
Tepat dibalik patung taman, remaja berhoddie baby blue tengah tercetak sedang melompat riang membelakanginya. Soobin kenal betul dengan paras elok remaja cantik itu. Ia berlari, sedikit membanting kameranya asal.
"Jindra! Jangan pergi!"
Ucapan sang mama tak dihiraukan. Hanya ada hueningkai yang berkecamuk. Nihil, ia tak menemukan siapapun di sana.
+×+
Tepat dibalik kursi taman hueningkai bersembunyi. Ia terkikik kecil melihat tingkah Soobin dan raut wajah yang masam. Sangat menggelikan, pikirnya.
"Mungkin ia bisa menemuiku setelah liburan. Kak Jindra, kutunggu Kakak di perpustakaan ya? Akan ku bawa flower crown indahmu itu."
Pojok penulis
Yash, makasih yang udah sempetin buat baca. Aku ngakak baca komen kalian:( terharu akutu. Jangan lupa tinggalkan jejak!:DPagi ini dingin ya? Salam dari SooKai! Selamat berlibur dan beraktivitas yehey!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aafreeda [SooKai]
Short Story✎↷: [One/Two] shoot; atau mungkin random ✎↷: Lokal a story by ©Turbulence_3 started: [ June 24, 19 ]