II.

585 86 21
                                    

Brak...

"Nutup pintu mobilnya pelan dong, Dek!" Soobin hembus napas pelan.

Dari tadi, bocah berambut cokelat di sampingnya itu marah. Bukan, bukan marah yang benar-benar marah. Hueningkai hanya kesal karena tidak diperbolehkan membeli kinder joii, padahal dia berkali-kali merengek ke Soobin.

Dengan alis hampir bertautan, Hueningkai masuk ke mobil Soobin sambil nutup pintu mobilnya keras-keras. Alhasil Soobin ikut jenuh untuk saat ini.

"Dek?" Soobin noleh.

"APA!?"

"Kamu kenapa sih, hm?"

"Kan Kak Jindra yang mulai! Kean mau kinder joii, Kakak malah ngobrol sama mbak penjaga toko! Kakak pikir dicuekin itu enak!? Pokoknya..."

Cup...

"Kamu berisik."

"KAKAK!"

O-oke...
Hueningkai tunduk sekarang. Dapat ia rasakan pipinya memanas dengan warna merah menjalar sampai telinga. Rasanya manis, walau hanya terjadi sekilas lintas cahaya.

"Kata mama kamu, kamu ga boleh makan cokelat. Kamu ga mau nurut sama mama? Toh apa enaknya cokelat mahal itu, enakan bibir kakak, kan?"

Soobin berujar santai sambil membenarkan setbelt nya.

"Gimana kalau makan malem bareng?"

Hueningkai diem, masih nahan malu.

"Diem berarti kita berangkat"

+×+

"Selamat datang, bisa kami catat pesanannya? Hari ini kami ada paket spesial keluarga dengan mainan anak-anak yang mungkin akan disukai anak anda!"

"Aku mau cola!"
Ah, akhirnya bibir mungil itu mengeluarkan suara khasnya.

"Heh?! Ga boleh!"

Sedikit menunduk, Soobin menatap Hueningkai. Alih-alih pupil mereka bertemu, justru Hueningkai mengalihkan pandangan mata cantiknya ke menu yang tertera di dinding.

Tak butuh waktu lama untuk pipi sang bocah menggembung. Ia memicikan matanya, mencari gambar mainan yang bisa ia dapatkan dibaris paket spesial.

Hueningkai menyunggingkan senyum miring yang terlihat sadis, "Ayah, Kean mau itu!"
Matanya berbinar setelah menemukan tokoh kartun favoritnya di dalam daftar menu.

"Apa!? Ayah?"

"Oh~ anak yang lucu. Akan segera ku antar."
Sang pelayan menimpali dengan gemas.

"Tunggu! Tolong bungkuskan kesayanganku yang nakal saja. Ku tunggu di meja nomor 3."

Soobin melangkah santai. Biar saja bocah itu panik sendirian, pikirnya.

"Loh?! KAK JINDRAAA!"

Berakhir dengan sang pelayan yang tersenyum melihat tingkah menggemaskan kedua pelanggannya.

Pojok penulis
Hei:D

Sekedar info, nama Jindra dan Kean akan ditulis di dalam percakapan sedangkan soobin dan hueningkai akan ditulis dalam paragraf biasa. Hal ini untuk memudahkan kalian semua.

Semoga suka!:D
Jangan lupa vote



Aafreeda [SooKai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang