bagian empat

306 56 8
                                    

"jisung," panggil hyunjin setelah mereka selesai menonton (ralat, berdebat) bintang lewat teleskop barunya. mereka berdua tengah rebahan di atas sofa air milik jisung yang sudah penuh oleh udara sedari tadi.

"hm, apa?" jisung bergumam, masih menatap langit dari atas balkon. kalau ia menoleh, bisa bisa ia menangkap paras tampan hyunjin dan ia bisa jungkir lagi.

"kamu punya sepupu namanya eunbin?" tanya hyunjin.

jisung mengernyit, darimana hyunjin tahu nama sepupunya yang sekolah di kampus sebelah. "punya. kenapa?"

tubuh hyunjin bergulir ke samping kanan, dengan lengan yang menumpu kepala bagian belakangnya. mata jahilnya menatap ke arah jisung yang memasang raut bingung. "aku habis kenalan sama dia di instagram,"

gadis han menaikkan sebelah alisnya, "lalu?"

"kenalin sama dia, dongg. cantik banget, tahu!" ucap hyunjin kemudian.

"cih," jisung melirik sengit ke arah hyunjin. sebisa mungkin membuang jauh-jauh rasa tidak percaya diri dan cemburunya.

"dia itu sudah punya gebetan, tahu!" seru jisung kemudian, dengan nada mengejek. mencoba meyakinkan hyunjin bahwa sepupunya itu sudah punya pawang sendiri.

"ih, cuma gebetan, kan! lagipula aku nggak ada niatan mau pacaran sama dia, juga. kenalan doang, jisung."

“yang kemarin juga, mahasiswi baru kamu godain, padahal katamu mau kenalan doang. cih. aku udah hapal perangaimu,” cibir jisung. memang semester kemarin hyunjin dikabarkan dekat dengan adik tingkat bernama ahn yujin dari departemen sastra dan jahatnya, hyunjin mencampakkan dia begitu saja setelah membuat yujin menangis di halte bus.

“ya.. beda lah. kalau yang udah punya gebetan, pasti cuma kenalan doang. aku nggak berani sama gebetannya.” ucap hyunjin.

“bisa gitu, ya.” jisung sekali lagi mencibir.

“lagipula, bukan aku yang mengejar mereka. mereka saja yang terlalu mengejar aku." ucap hyunjin sekali lagi.

di antara mereka berlima ㅡhyunjin, jisung, seungmin, felicia dan jeongin-, jisung agaknya sulit menerima keadaan bahwa hanya ia yang sulit menerima perhatian dari orang lain. nampaknya orang-orang terlalu terpaku dengan ucapan, "aku sedang tidak butuh pacar." yang keluar dari mulutnya, sehingga mereka menganggap jisung sebagai sosok yang independen.

jisung hanya bisa menahan ekspresi kecutnya kala teman-temannya bercerita tentang mahasiswi atau mahasiswa yang mengutarakan perasaan kepada mereka, lalu memikirkan dalam diam kapan ia akan diperlakukan demikian.

"jadi orang tampan... enak, ya?" tanya jisung tanpa sadar.

hyunjin melirik ke arah jisung. "tidak juga."

"menjadi populer seringkali tidak lucu. apa yang aku lakukan selalu diperhatikan orang lain dan dikomentari. kamu kan tahu aku tidak suka dikomentari tentang gaya berpakaianku, gaya hidupku dan lain sebagainya."

"bukan begitu maksudku," gumam jisung. "disukai banyak orang itu.. menyenangkan, ya? aku nggak tanya rasanya jadi populer, aku cuma mau tanya rasanya jadi orang yang berpenampilan bagus."

"kadang aku iri... felicia sangat anggun dan seungmin juga manis. tidak heran kenapa mereka disukai banyak lelaki," ucapnya. "tidak seperti aku. kamu pernah lihat aku disukai orang?"

hyunjin berpikir sejenak, namun sebelum mengucapkannya, jisung lebih dulu menyambung. "tidak, kan? aku pikir memang tidak ada orang yang akan menyukai aku."

jisung sedang tidak bercanda saat ia mengatakannya. ia bahkan sudah menafsir masa depan ㅡsebenarnya ini hanya gelembung perasaannya saja- kalau tidak akan ada seseorang yang mau menikahinya kelak karena hampir semua orang menganggapnya wanita independen yang bisa melakukan semuanya sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

he breaks the wall i built beforeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang