Tired

1.8K 88 1.3K
                                        

Rated : T
Menu : Fanber
Topping : Fluff, Romantis. (Cringe~)
Maid : Flashdisk25

Happy reading
_

Fanny menghentak hentak kaki sepanjang jalan setapak ramai kerumunan, 10 line yang terkirim, di abai Saber begitu saja. Kesal ? Pasti.

Tiga minggu mendekam di kota ternama di Hongkong, tanpa mengeksplorasi kota, tiap lika liku jalan yang menggoda, membuat kaki Fanny sangat gatal ingin keluar.

Jajanan khusus masyarakat Tiong hoa terpajang apik sepanjang jalan dengan beraneka ragam rasa, aroma khas yang membuat siapa saja lapar ketika menghirup, ingin, tapi ego setinggi langit berdiri kokoh, sendiri di tengah kerumunan pasangan bukan hal yang menyejukan. Jengah.

Tanpa sadar cengkram kuat kaleng soda, hingga telapak remukan kaleng, rasa di dada meletup sakar. Matanya berkedip kedip beberapa kali, dalam hati berusaha menenang jiwa.

"Kalau 10 menit lagi dia tak kunjung datang. Jangan mimpi bisa bicara denganku!" Janjinya dengan nada marah. Takuti pejalan kaki yang tak sengaja lihat dia.

Pada akhirnya Saber melanggar janji.

Pemuda yang sudah menjalin kasih 6 bulan itu tak kunjung menampakan batang hidung.

Fanny marah, pilih bungkam ponsel tanpa membaca notif yang teranggur.
Lemparkan ponsel layar sentuh itu ke dalam saku kantong.

Memilih melanjuti jalan dengan buta arah, tidak perduli ketika sang cakrawala berganti warna, dia benar benar membangun egonya.
_

Kakinya letih 2 jam berjalan tanpa tujuan, uang sudah terkuras setengah di bawa, perutnya tak lagi menegur. Tapi kaki terasa remuk, bisa patah bila di paksa.

Di ujung pinggiran aveue of stars, cari kursi pilih istirahat badan. Keramaian tambah ramai hingga bentuk lautan. Apa yang mereka tunggu ?

Tangannya meraih ponsel yang sengaja ia matikan. Melunturkan egonya dan memilih melayarkan benda pipih itu.

12 balasan dari Saber membuat pupil Fanny melebar, jari cepat tanggap, menyentuh aplikasi chat.

'fanny kau dimana ?'

'Maafkan aku, bisa kau tunggu beberapa menit lagi ? Aku akan benar benar menjemputmu.'

'Fanny kau dimana ?'

'Maafkan aku, tapi aku mohon tunggu aku. Tolong balas pesan ini setelah membacanya.'

'Fanny, aku bisa gila! Tolong balas chat ini! Astaga! Demi Tuhan!'

'Fanny....T.T'

'Kau boleh memukulku, memarahiku, dan mencaci maki ku tapi setelah itu maafkan aku.'

Bulir air keluar, terjun bebas basahi pipi. Rasa bersalah menelusup ke relung hati. Saber benar benar terlihat putus asa di dalam obrolan, membuat gelisah hati Fanny.

Tanpa sadar, atau Saber mengetahui Fanny online. Mungkin terlihat di bilah bar chat.

Tak butuh waktu lama telpon Saber tertera, tanpa ragu Fanny jawab.

"Hiks...maafkan aku...," Tanpa sadar Fanny terisak dalam kata pertama obrolan. Nafas terengah engah Saber terdengar di ujung sambungan.

Apa pria itu berlarian mencarinya ?

"Katakan padaku, dimana kau sekarang ?" Tanyanya terpekik bahagia campur senang. Walau nada lelah tak bisa sembunyi dengan baik di sana.

Fanny lirik sekitar yang gelap karena sang rembulan kini bertugas. Tempel kembali benda pipih, dan menyeka air mata.

"Avenue of stars, belakang Hongkong Cultural centre." Jawab lirih.

"Baiklah, tetap di sana. Jangan kemana mana! Aku sedang berada di MTR ke East tsim sha Tsui stasiun. Mungkin 5 menit lagi sampai."

"Nggh~"

"Rapatkan jaketmu Fanny. Cuaca malam sangat dingin, aku akan merasa sangat bersalah jika kau jatuh sakit. Apa yang harus ku bilang ke Ibumu jika kau sakit ?"

Fanny terkekeh pelan, uap air mengepul sekitar wajah. Benar benar suhu menurun drastis. Jam berapa sekarang ?

"Baiklah. Aku akan menunggumu."

"Jangan matikan teleponnya." Titah sang kasih. Fanny membentuk kurva melengkung ke atas yang selalu menjadi kesukaan Saber.

"Nggh~ Iyaaa cerewet!" Balas Fanny terkikik pelan mendengar nada omel sang kasih.
_

"Sudah beberapa kali ku katakan pakai jaket yang lebih tebal." Saber kejutkan Fanny dengan menyampirkan Coat panjang ke bahu sempit sang gadis. Gadis tenggelam dalam coat, terkesan lucu.

"Wah, lihat!"

Fanny yang awal fokus tatap Saber memutar badan hadap ke depan. Matanya membulat lebar, takjub akan 40 gedung pencakar langit yang berada di seberang, lebih tepatnya di victoria hairbour ikut adil cipta simponi cahaya.

"Indah." Bisik Saber merengkuh Fanny dalam pelukan. Pertengkaran mereka berakhir indah di tutup cahaya cahaya yang terpancar dari gedung yang di atur indah bak melodi di seberang sana.

"Ya, indah." Ungkap Fanny setuju.

"Tapi kau lebih indah." Goda kasih cringe membuat Fanny memerah malu mau menghujat, tapi ingat baru usai tangis sang kasih.

"Berhenti menggombal bodoh!" Bisik Fanny dengan pipi merah delima.



Fin
maafkan aku baca req fanber tanpa liat topping-- 😂

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mobile Legend CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang