pt. 7 ;-- i'm here, for you.

888 88 12
                                    

Mark memandang Badut Ayam itu, ia terdiam. Saat badut itu memberikan minuman rasa semangka.

"Untuk diriku?" jari telunjuknya mengarah kepadanya. Lalu badannya menyamping.

Badut itu mengangguk, lalu memberikan minuman semangka itu ke tangan Mark. Ia pun duduk di samping Mark.

Badut Ayam itu mengisyaratkan kedua tangannya. Mark pun mengikuti gerakan tangan badut itu, yang ia tidak paham.

"Aku menangis? Tidak! itu faktor cuaca. Suhu sekarang kan dingin." Badan Mark pun menghadap ke depan.

Hara meraih tasnya. Dan menulis sesuatu disana. Hara pun menunjukkan kertas yang ia tulis ke muka Mark.

"Kau berbohong! Ini kan musim panas. Pabo!" Hara pun menyilangkan kedua tangannya.

Mark pun tersenyum, "Yaa! Mengapa kau jadi marah-marah padaku?!" dengan mata yang melotot.

Hara pun menulis sesuatu.

"Pria menangis, bukan berarti dia lemah. Pria yang tak mudah menangis, bukan berarti ia kuat."

Mark heran, apakah seseorang di dalam sana? Benar-benar ia bisu?

"Sudah kubilang, aku tak apa. I'm Fine."

"I'm Fine. Aku benar baik-baik saja."

tiba-tiba saja Mark merintih kesakitan. Ia pun memegang lututnya itu yang merasa kesakitan. Ia pun menunduk.

Hara pun khawatir pada Mark. Ia pun segera mengecek kondisi kaki Mark.

"Jangan... Aku gamau orang-orang khawatir denganku. Mereka sudah banyak membantuku di masa-masa sulit ku.

Aku tak mau penggemarku khawatir. Aku harus lanjut bekerja."

Bisakah Ego pekerja kerasnya, saat ini dihilangkan dulu?

Hara pun menulis sesuatu.

"Justru itu, jika tak segera disembuhkan segera, masalahnya akan semakin besar. Memang kau seorang idol. Kau juga manusia, sama seperti mereka."

Hara pun segera menelepon ambulans.

"Kau juga."

Hara pun sejenak diam saat ia hendak menelepon ambulans.

"Memakai kostum itu saat musim panas, itu melelahkan bukan?demi pekerjaan, kau sanggup, melakukan apapun. Melakukan konsekuensi nya."

Disitu Hara terdiam.
Ia pun menuliskan sesuatu,

"Itu lain cerita, tuan." Hara pun menundukkan kepalanya.

"What? Kau ini, kita seperti sedang debat saja aku tak percaya ini." Dia pun menyeruput minuman yang diberikan oleh Hara.

"Whoaaa! Keren! it's feels, really good!"
Mark pun menunjukkan ekspresi senangnya saat, meminum kesukaannya.

Ekspresinya sama, saat dia masa kecil dahulu, dia lebih menyukai semangka. Lebih dari apapun.

Mark pun menghembuskan nafasnya.

"Baiklah. aku akan pergi ke dokter. thank you, for comforting me." Mark pun tersenyum.

Ah Mark jangan seperti ini, orang yang melihat senyum mu pasti ia merasa paling bahagia.

Ambulans pun datang, di saat itu mereka sedang di taman yang sepi, karena hari telah mulai gelap.

"Tapi... Ini menjadi rahasia ya?jangan beritahu dulu orang-orang."

Hara pun menulis sesuatu.

"Ya, semoga lekas sembuh." Hara tak mau Mark tahu soal dia melakukan kerja waktu seperti ini, makanya ia pura-pura bisu.


                                ''''
Hara melihat Ayah, ibu, dan dua anak itu sedang menikmati masakan restoran yang ter enak di wilayah ini.

Ia ingin melakukannya dengan keluarganya, tapi impiannya itu tidak akan tercapai. Ia cemburu, dan iri. Ia sampai kapanpun tidak akan mendapatkannya.

"Semoga tenang, disana, Ayah dan Bunda." Ia pun melengkungkan bibirnya.

"A-aku sangat merindukan Kak Hyunjin." Hara pun tiba-tiba saja menangis, di kerumunan orang.

Hara berharap, tuhan dapat menguatkan dia, berharap dia selalu sabar, dan tabah.
Hara percaya dengan itu.

Ia pun menyengka air matanya. Ia menghembuskan nafas panjang dan sekejap memejamkan matanya.

"Buburnya akan dingin, jika tak segera dimakan."

Tiba-tiba saja Jeno datang tiba-tiba.

"Aiguu kamchagiyaaaa." Hara pun menghela nafasnya.

"Kau sekaget itu? Matamu sembab, kau habis menangis ya??" Jeno pun mengangkat satu alisnya.

"Nggak ko." Hara pun berdeham pelan.

"Menangislah semaumu, aku hanya ingin bubur itu." Jeno pun berusaha mengambil kantong plastik bening yang berisi bubur.

Lalu bubur itu disembunyikan dari punggung Hara.

"Siapa kau? Kau tukang curi ya??" Telunjuknya menunjuk hidung Jeno yang mancung itu.

"Sembarangan kalau bilang! Hari ini gatau gue?kintill." lidah Jeno mendesis seperti ular.

"Idih apaan, anjir kayak siluman." Hara mengangkat satu alisnya.

"Lu tau ga?kenapa seorang Lee Jeno ini cakep?" Jeno pun menyilangkan tangannya, dan mengernyitkan bibirnya.

"Maksud lo apa sih? Minggir sana, sksd jadi orang!" Hara pun mendorong bahu Jeno yang lebar itu, namun malah tubuh Hara yang terdorong oleh Bahu seksi Jeno.

"Wtf?! Gue teriak nih ya!!"

"Ya teriak aja, mulut mulut lu." Jeno pun smirk.

Hara pun terdiam. ia tidak menyadari seragam Yang dipakai Jeno itu... Whutt?satu sekolah?

"Je-jeno NCT?" Hara pun melongo.

"Baru sadar?kintil." ia pun berdesis kembali. Jeno pun memutar bola matanya.

"Mau jenguk Bapak-e, em maksud gue si bul-e, em bukan deh Si Mark ya? Lu siapanya dia sih? Babu?" tanya jeno.

"Atau, lo Sasaeng?ya?" Mata Jeno melotot.

"Bang..." ketika Hara berbicara, mulutnya dibekap oleh tangan Jeno.

"ATAU LO JANGAN JANGAN PACARNYA?! NGAKU SIAH?" Ucap Jeno, menaikkan nada suaranya.

Hara pun melepaskan tangan Jeno dari mulutnya.

"Sembarangan!!"

"Baru pulang dimarahin, ngajak berantem?!"

"Kamu sihh.." reflek Hara ia baru saja mengatakan sebuah dialog dari iklan permen m*lkita.

"Iya maaf sayang." Jeno mengkerutkan dahinya, dan mulutnya cemberut.
Seketika Hara menampar Jeno.

"Paansi minggir lo." Hara pun mempercepat jalannya. dan meinggalkan Jeno.

Jeno melihat punggung Hara yang sedang berjalan menjauhi dia. Dan ia pun tersenyum.

"Namanya Hara, Kim Hara. Jadi pacar gue yuk ra?" Jeno pun menyentuh pipinya yang ditampar oleh Hara.

.
.
.
.
.
.
.
.






To be continued...

Haloo, maaf ya baru bisa update lagi, jangan lupa vomment ya xixi💚

dreamy ℓove  | mark lee |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang