Part 2

97 20 0
                                    

Mencintai Oh Sehun bukanlah perkara mudah dan bahagia.  Menjadi yang terpilih olehnya bukan hanya bagian yang paling menyenangkan. Menjalin hubungan kasih di profesi Sehun dan Soojung adalah sebuah aib mahabesar.  Kabar malapetaka.  Sedikitnya untuk dunia.  Sebanyaknya untuk hati mereka. Terburuknya , Sehun dan Soojung harus berpura-pura biasa saja ketika mata mereka masih ingin saling menatap.

***

"Soojung, Jadilah milikku."

Jantung Soojung sudah hampir di detak ritme henti. Sudah hampir Cardiac Output. Mata cokelat kacangnya tanpa sadar menatap pria di hadapannya.  Sudah malam,  Mata pria di depannya makin gelap selayaknya gua tanpa gema tanpa empunya. Soojung menatap dalam,  menganalisis mungkin saja Sehun berkata bohong atau main-main.  Soojung mengalihnya pandangannya perlahan.  Memikirkan dan menimbang-nimbang. 

Mengumpulkan susunan pertanyaan yang harus ia klarifikasi sebelum lehernya mendapatkan informasi untuk mengangguk oleh otak.

"Kenapa harus?"

Sehun menunduk, mengambil jari Soojung. Mencoba menggenggamnya untuk meyakinkan.

"Karena memang takdir."

Sedetik berpikir,  wanita berambut hitam itu tertawa.

"Ya Tuhan,  Oh Sehun."

Sehun menguatkan genggaman tangannya.  Menyalurkan apa yang ada di hatinya.  Kegundahan berkala.  Pikiran yang kusut.  Bahwa Sehun tidak bisa bohong bahwa untuk jatuh cinta tidak ada alasan. Dan untuk memiliki hanya perlu berbekal harapan.  Tidak perlu alasan mutlak.  Semua yang ada pada Soojung adalah alasan Sehun menginginkannya.

"Aku punya pertanyaan, Sehun."

"Lantas tanyakan saja,  Soojung."

Soojung kini kembali menatap Sehun. Pertanyaan ini sakral dan vital,  baginya.

"Apa kau mampu bertahan ketika hampir setengah penduduk dunia membencimu hanya karena mencintaiku? Dan jika itu terjadi,  maukah kau berjuang dengan hubungan ini? "

Sehun tertawa kecil sambil mebelalakkan mata.  Soojung kebingungan.  Baginya ini bukan pertanyaan main-main.  Namun,  jatidiri sebuah hubungan.

"Mudah sekali.  Ku kira aku harus menjawab pertanyaan sejarah perpisahan Korea Selatan dan Utara, karena kau sungguh serius."

Sehun menjawab sambil tertawa.

"Jung Soojung,  tentu saja.  I'll do."

Soojung mengendurkan punggungnya yang dari tadi bersitegang karena jantungnya tidak bisa lagi dikendalikan.  Soojung tersenyum merekah sampai giginya terlihat. 

"Yak, Sehun tampan bagaimana bisa aku menolakmu jika aku duluan yang menyukaimu. "

"Benar juga,  beruntung sekali Tuhan memberiku ketampanan."

Soojung tertawa sambil menyubit perut Sehun. Pria itu hanya tersenyum sambil terus menggenggam tangan Soojung. 

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang