Part 6

101 16 3
                                    

Why can't you hold me in the street?
Why can't I kiss you on the dance flour?
I wish that it could be like that
Why can't we be like that?
Cause Im Yours

Sehun menatap gelap jalanan Seoul lewat kaca jendela apartement nya.  Lampu-lampu muncul dengan bulat-bulat kecil seperti kunang-kunang raksasa.  Ia duduk dengan mengetuk-ngetuk meja kayu di sampingnya. Sudah lama ia menggenggam smartphonenya. Ia seperti menimbang-nimbang sesuatu yang tidak usung terputuskan.

Di sudut lain kota,  ada Soojung yang duduk di sofa ruang tamunya selama dua jam terakhir.  Matanya lurus ke depan dan berpikir.  Mencoba menyusun puzzle yang mampu dia susun hari ini. Soojung menatap smartphonenya,  seakan menunggu tapi mungkin tidak begitu.

Namun, Benda sebesar telapak tangannya itu bergetar.  Cahaya mendera dari lahar hitamnya.  Tertulis 'Oh Sehun' disana.

Soojung diam menatap layarnya yang sudah nyala sempurna.  Ibu jarinya menimbang mana yang harus dia perbuat.  Menekan yang hijau atau yang merah.

"Malam,  Sehun. "

Soojung menjawab dengan setenang mungkin.  Hanya hatinya yang riuh. Mencoba menyelesaikan puzzle terakhir,  mungkin dengan percakapannya ini.

Sehun tercekat.  Soojung baik-baik saja. Tapi bohong jika wanita itu tidak berpura-pura.  Ada rasa menyesal di hati Sehun. Lagi,  ada rutuk di kepalanya.

"Soojung.."

"Ya? "

"..."

Soojung menunggu Sehun yang kehilangan kata-kata. Atau Sehun yang hilang rasa.

"Sehun? "

"Sedang apa? "

Soojung terkekeh pelan.  Matanya berair.  Bagaimana Soojung menyelesaikan puzzle jika Sehun masih sebodoh ini.  Hatinya sedang riuh,  porak poranda.
dan Sehun masih bertanya 'Sedang apa? '

"..." Hanya ada tarikan napas dengan suara yang bergetar.

Lagi,  Sehun merutuki dirinya.  Kenapa bisa sebodoh ini.

"Maafkan aku,  Soojung. Aku ini idiot."

Soojung membekap mulutnya dengan tangan. Wanita itu terisak dari pelan ke kencang.  Soojung bercerita tanpa suara,  tanpa alur.  Hanya dengan isak dan napas yang memburu. 

"Sehun,  Kenapa? "

Sehun diam.  Wanitanya menagis.  Sedang ia masih disana dengan jendela,  malam,  dan kepala kosong.

"Aku ini apa, Sehun? "

"Kau itu siapa,  Sehun? "

"Soojung,  jangan menangisi manusia idiot ini.  Kasihan air matamu. "

"Aku yang jauh lebih idiot,  Sehun. "

"Sehun,  Kenapa? "

Sehun diam , ia menggigit bibir bawahnya.  Sialnya,  volume dadanya tiba-tiba mengecil.  Ruang napasnya jadi pendek.  Dadanya sakit.  Apa ia punya penyakit paru turunan?,  Pikirnya.

"Kenapa kau tidak bisa hanya sekedar menggenggam tanganku di tepi jalan?  Dan Kenapa kau tidak bisa setidaknya tersenyum padaku di panggung besar ? "

"Kenapa aku tidak bisa mencintaimu semauku? "

"Aku ini apa sih,  Hun? "

Ada air disudut mata Sehun.  Suhu badannya meninggi. Sehun menutup matanya.

"Kau bohong.  Melawan dunia.  Kata-katamu buangan,  Sehun. "

"Cukup.. "

"Sehun,  kenapa mencintaimu sulit sekali? "

Soojung menangis sejadinya.  Ia membenamkan mukanya dibantal. Berharap tangisannya tidak menggema seantero ruangan. Kepalanya pusing,  hatinya berdarah.

"Jika kau idiot,  maka aku adalah sampah. Buangan dan tidak diinginkan."

"Cukup,  Soojung !. "

Soojung berhenti menangis.  Karena ada bagian hati yang tiba-tiba menganga.

Sehun membentaknya.

"Sehun,  jika mencintaiku membuatmu kesusahan.. Akhiri saja. "

Waktu seketika berhenti.  Lagi-lagi suara suara tiba-tiba hilang.  Cahaya jadi temaram.  Semua jadi buram.  Hatinya, tandus. Sedang matanya,  hujan.

Sehun menangis.

***
To Be Continue..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang