Awal Mula Rasa

55 17 24
                                    

Medan, 2015.

"Bubun! Cepat! Abang udah terlambat nih!" teriak Cakra dari luar rumah.

"Kita kan satu sekolah, Bang. Bubun tau kali jam berapa bel masuk kelas!" balasnya tak mau kalah dari dalam rumah.

"Huh! Punya adek kok gak bisa ya dikibulin dikit." gumamnya sambil memanaskan mesin motor maticnya.

Beberapa menit kemudian, Embun keluar dengan cengiran polosnya. Sedangkan di seberang sana terlihat wajah bosan Cakra karena terlalu lama menunggu Embun berdandan.

"Sudah?"

"Sudah Bang.."

"Kamu di kamar selama 20 menit ngapain aja?"

"Catok rambut, Bang."

Cakra mengerutkan keningnya sambil memegang helai-helai rambut Embun yang katanya habis dicatok tadi. "Rambutnya. Gak ada bedanya. Kayak kamu bangun tidur tadi."

Embun nyengir sambil mengelus pelan rambutnya. "Itu dia Bang masalahnya."

"Kenapa?"

"Tadi waktu Bubun lagi nyatok, Bubun gak tau kalo dirumah kita ternyata lagi mati lampu."

"Astagfirullahhaladzim.. Jauhkanlah Hamba dari godaan mencekik adik hamba sendiri Ya Allah."

***

Sesampainya di sekolah, Embun langsung memasuki kelas dan meletakkan tasnya di atas meja.

"Hallo.." sapanya pada kedua sahabatnya.

"Lohha.." sahut mereka bersamaan.

"Ada gosip apa pagi ini?" tanya Embun sambil menaik-turunkan alisnya.

"Duduk dulu Embun.." pinta Binar.

Lantas Embun langsung duduk dan melipat tangannya di atas meja. Seolah ia benar-benar bersemangat ingin mendengarkan ada gosip terbaru apa di sekolahnya hari ini.

Tak bisa dipungkiri bahwa rutinitas mereka bertiga setiap pagi adalah bergosip ria. Dengan Kirana sebagai pembawa acara sekaligus pemberi info gosipnya. Anehnya setiap Kirana mendapatkan info tentang siapa dan apapun di sekolahnya, kabar itu adalah benar adanya.

Kirana mulai mengedarkan pandangannya ke tiap sudut kelas. Seperti seorang pengintai yang sedang memata-matai tersangka.

"Menurut gosip yang beredar.."

Embun dan Binar mengangguk.

"Ternyata.."

Embun dan Binar semakin mendekatkan kepala mereka ke arah sumber suara.

"Si Bul-"

"Woi!! Ada orang berantem! Panggil guru!" teriak seorang anak lelaki berseragam yang sama dengan mereka sambil berlari mengelilingi sekolah, mencari keberadaan guru terdekat.

"Astaga. Siapa pagi-pagi gini berantem?" tanya Embun sambil berdiri dari bangkunya, diikuti kedua sahabatnya. Mereka bertiga berlari menuju tempat perkelahian terjadi.

"Siapa sih yang berantem?" tanya Binar penasaran pada sekelompok orang yang sedang berkumpul di TKP.

"Bang Angga XII-IPA 2 sama Bang Rizky XII-IPS 3." jelas salah seorang dari kelompok mereka.

"Waduh." Lantas Binar melihat Embun yang langsung menyorotkan tatapan khawatir.

Tanpa aba-aba Embun langsung menerobos kerumunan massa yang sedang menonton aksi perkelahian. Beruntung ia memiliki tubuh yang kecil, jadi dengan mudahnya ia bisa menyelip diantara ramainya orang. Alhasil, ia meninggalkan kedua sahabatnya yang kesulitan masuk kedalam kerumunan orang.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang