Bahagia itu sederhana

18 1 0
                                    

Medan, 2015.

Sore itu, Embun berjalan ke luar rumahnya tanpa memoles wajahnya terlebih dahulu, ia pergi dengan tampil apa adanya. Kaos lengan panjang dipadukannya dengan celana jeans selutut. Tak lupa ia memakai sneakers pink kesayangannya.

Ia terus berjalan ke arah sisi timur daerah perumahnya. Tepatnya di persimpangan dekat lapangan basket.

Langkahnya terhenti ketika sepasang matanya melihat pemuda berjaket denim duduk di atas kereta sambil memandang ke arahnya. Ia tersenyum pada Embun.

Kemudian Embun berjalan lagi ke arah cowok itu.

"Lama ya?" tanya Embun.

Cowok itu menggeleng, "enggak kok."

"Hmm, bagus deh," ucap Embun.

"Kenapa gak jemput di depan rumah aja sih?" tanya Yo penasaran.

"Ada anak buaya lepas di dekat rumahku. Nanti kamu digigit." jawab Embun asal.

Lantas membuat Yo sedikit tertawa.

"Padahal bapaknya buaya disini," ucap Yo sambil tertawa.

"Dimana?" tanya polos Embun sambil menoleh ke kanan kiri.

"Lupain aja," Yo menghidupkan motornya, "yuk!".

Angin berhembus kencang menerbangkan rambut pendek Embun. Di depannya ada lelaki bernama Yo yang sedang memandangnya lewat kaca spion tanpa diketahui gadis itu.

Di perjalanan mereka lebih banyak diam. Begitu pula Embun yang tak seceria biasanya. Yo merasa ada yang beda dengan Embun.

Apa terjadi sesuatu padanya? Batinnya.

Setibanya di sebuah basement, Yo memarkirkan motornya. Sedangkan Embun yang baru sadar langsung berkata, "kita dimana?" Embun merasa seperti berada di dunia lain, karena dari tadi ia lebih banyak melamun tanpa tau ketika sudah berada disini.

"Di basement."

"Kamu ngapain ajak aku kesini?"

Yo tak langsung menjawab dan menarik tangan Embun hingga membuat gadis itu kepayahan mengikuti langkah Yo.

Yo berhenti di depan lift dan menekan angka 4.

"Yo, kita mau kemana?" tanya Embun.

"Tenang aja."

"Yooo..."

"Kenapa sih, Embun?"

"Kita mau kemana?"

"Pokoknya mencari kebahagiaan. Dimana kamu bisa melupakan masalah yang ada di pikiranmu itu. Udah?" jelas Yo.

"Kamu kok tau aku ada masalah?" tanya Embun dengan suara memelan.

"Wajahmu itu enggak bisa bohong."

Spontan Embun langsung menutupi wajahnya.

Ting!

Bunyi lift menandakan mereka telah tiba di lantai tujuan mereka.

'Timezone'

Kata pertama yang dibaca Embun. Ia mengedipkan matanya merasa tak percaya akan apa yang dilihatnya. Ia sering pergi Mall tapi tak pernah singgah lagi kesini.

Melihat zona bermain ini membuatnya de javu akan moment 10 tahun lalu bersama keluarganya. Sudah lama sekali. Rasanya ingin sekali ia menaiki komidi putar yang dulu sering perebutkan dengan Cakra, abangnya.

Perlahan bibirnya tertarik ke atas, dan penampakkan itu tertangkap jelas di mata Yo. Tahap satu ia telah berhasil.

"Tau gak Yo?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang