Elf

348 56 2
                                    

Suara musik kencang dan orang - orang yang menari sudah memenuhi pandangan Mino saat ini.

Kalian ingat insiden ketika Mino bertindak kurang ajar pada Sejeong?

Mino tidak benar-benar brengsek, ia hanya suruhan. Ya. Suruhan Joy.

Jika kalian sempat lupa, Joy adalah orang yang tergila - gila pada Daniel saat masih duduk dibangku SMA.

Sayangnya Joy tidak terlalu cukup baik untuk membiarkan lelaki yang ia cintai harus bersama orang lain.

Ia sangat tidak menyukai Sejeong.

"Gimana? Ada yang Lo suka disini?" Tanya Joy yang baru saja datang lalu duduk disamping Mino.

Mino melirik, "Gaada."

"Suka beneran Lo sama si Sejeong itu?"

Mino sempat terdiam sejenak, kalau boleh jujur memang iya. Tapi, akan berbahaya jika ia memberitahukan perasaannya pada Joy. Gadis berbisa seperti ular ini. Bisa - bisa Sejeong lebih ditekan lagi.

"Oh iya, kalau Lo lupa biar gue ingetin lagi. Hari ini gue mau ke kantor Daniel. Dan ya, Lo bisa abisin Sejeong saat gue sama Daniel lagi di satu tempat."

Anjing lo Joy! Umpat Mino dalam hati. Tangannya mengepal.

"Lo gapunya pilihan buat nolak," Joy menyeringai, "Nyawa papi Lo ada ditangan gue loh hahaha..."

Joy berdiri lalu menepuk bahu Mino,
"Good Job, honey.."

Mino menunduk sambil memukul beberapa kali sofa dengan kepalan tangannya. Melihat jijik pada seorang wanita yang baru saja pergi dari sisinya.

"Mana gua bisa anjing! Gua cinta sama Sejeong!!"

.

Daniel lagi lihat-lihat berkas dari calon client -nya itu. Namanya Joyanita. Kaya ga asing kalo di inget - inget dari profil fotonya.

Ponsel Daniel bergetar. Satu pesan masuk dari Sejeong.

Sayangkuy🎃
Nilll

Apaa?

Aku ke kantor yaaa

Mau apa?

Masa kesana aja gaboleh?

Aku lagi sibuk

Yaudah deh, gajadi huft

Main sendiri dulu sana
Read

Sekretaris Daniel masuk dengan seseorang disampingnya.
"Pak Daniel, ini dia Bu Joyanita."

Joy? Batinnya.

"Selamat siang, Pak Daniel. Saya Joyanita, salam kenal."

Daniel sangat ingat.

Senyuman itu. Racun bagi semua orang.

"Nona Kim, kau sudah boleh kembali keruanganmu."

"Baik, Pak."

Di ruangan Daniel hanya ada Joy.

"Rupanya Danielku masih tidak berubah, selalu tampan setiap saat."

Daniel mengepalkan tangannya, "Mau apa lo temuin gua lagi?"

"Kamu pikir aku bakal diem aja liat kalian balikan."

Hah? Dia tau hubungan gua sama sejeong? Batin Daniel.

"Mau lo apa sebenernya?"

"Daniel."

"Sinting."

Sayangkuy🎃 calling....

Ketika Daniel akan mengangkat telfon Sejeong ponselnya direbut oleh Joy.

"Hallo sayang?"

"Halo?"

Sejeong terdiam.

"Danielnya lagi sibuk, gabisa diganggu. Jadi aku tutup ya. Bye!"

Diseberang sana Sejeong terdiam.
"Hey, are you okay?" Sejeong mengangguk, "i'm okay."

Joy memberikan ponsel Daniel.

"Maksud lo apa?"

Joy hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Daniel dengan kata terakhir, "Kalo Lo masih sayang sama nyawa Sejeong, dateng ke Cafe Manggis."












Natan melihat Sejeong hanya diam. Sejak tadi. "Sejeong?"

"Ah ya?"

"What happened to you? Are you ill?"

"No, i'm fine. Seriously, Nat."

Natan menggeleng tak percaya.

"Something bad?"

"Maybe. I think so."

"Oh come on, Relax Sejeong!"

"Es ist einfach, wenn du redest, ohne meine wahren Gefühle zu kennen."

(mudah sekali kau berbicara tanpa tahu perasaanku yang sebenarnya)

Natan terkekeh, "You really are an expert at hiding in languages." Sejeong terkekeh.















Setidaknya, biarkan keadaan mempermainkan mereka. Untuk kesekian kalinya.

[2] Schicksal | Sejeong DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang