Dio, batin Nana
"Oh oke, kalian bakal mengenal ruangan serta tempat di SMA Raikarya. Jadi kalian akan dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok akan dibimbing 1/2 Osis," kata Galih.
Nana masih kurang paham dengan penjelasan Galih. Nana masih memikirkan tentang Dio yang tiba-tiba kembali.
"Na, ayo! Kita sekelompok. Lu dengerin kgk sih. Tuh Osisnya kak Rendi sama kak Dio," ucap Sherlin.
"Apa?," kata Nana terkejut mendengar nama Dio.
Jadi benar dia kembali, guman Nana.
"Iya ih. Ayo dah ditinggal kelompok tuh," ucap Sherlin sambil menarik Nana.
Sepanjang perjalanan Nana benar-benar tak fokus dengan penjelasan Rendi. Dan sekarang Dio juga ada dibelakang Nana, membuat Nana benar-benar gugup.
Saat tiba didekat perpus yang sepi, tiba-tiba tangan Nana ditarik oleh seseorang.
"Ehh apaan sihh," ucap Nana sambil melepaskan tangannya.
Betapa terkejutnya Nana saat tau bahwa yang menariknya adalah Dio.
"Nana," ucap Dio. Nana bisa melihat tatapan mata nya. Matanya yang selalu menenangkan Nana.
Dan kini yang Nana lihat sayu. Mata itu seperti telah hilang.
"Nana inget Yoyo-kan. Na maafin Yoyo ya, Yoyo salah udah ninggalin Nana," ucap Dio, ia menangis. Nana ikut menitikan air mata, kenapa saat Nana berdoa pada Tuhan untuk tidak membuatnya pergi malah dibuat pergi. Sedangkan sekarang, Nana hanya ingin melupakan dan tak ingin bertemunya, dan malah sebaiknya.
Tuhan memang Maha membolak-balik kan hati hambanya.
Diam. Nana hanya diam. Kini Dio memeluknya erat, Dio benar-benar sangat merindukannya. Tapi pelukan itu usai setelah Nana melepaskan rangkulan Dio.
"Gua mau masuk kelas. Sherlin pasti lagi nyariin gua," ucap Nana dingin.
Hal itu membuat Dio terkejut. Kini ia hanya melihat punggung Nana yang mulai meninggalkannya.
"Na, seberapa jauh lagi lu lari gua janji bakal bikin lu kembali. Dan inget bahwa gua selalu sayang sama elu," ucap Dio.
Nana tetap berjalan, ia dengar tapi mencoba untuk pergi. Ia tak mau keinginan untuk melupakan Dio goyah.
-sampai dikelas
"Nana, lu dari mana aja sih ya ampun. Lahh lu nangis, kenapa Ya Allah," ucap Sherlin panik.
Nana tak menjawab pertanyaan Sherlin. Ia langsung duduk. Saat ini kelas sepi karna jam istirahat.
Tak selang lama, suara dorongan pintu membuyarkan Sherlin dan Nana.
"Na, lu gak papakan," tanya laki-laki itu.
"Eh lu siapa sih? Dateng-dateng main nyelonong aja. Ouhh jangan² lu ya yg buat Nana nangis, ngaku lu anjir," ucap Sherlin yang marah hendak memukul laki-laki itu. Namun ia dengan cepat mencekal tangan Sherlin.
"Belagu amat lu. Kalo gak tau ya gak usah bacot. Gua abang nya Nana, kenapa?" kata laki-laki itu. Iya dia abangnya Nana 'Rey'.
"Bener Na," tanya Sherlin pada Nana yang sedari tadi memerhatikan.
Nana menjawab dengan anggukan.
"Tuh liat. Ehh lu gak papakan," tanya Rey pada Nana.
Nana pun mengisyaratkan Sherlin untuk memberi waktu mereka untuk mengobrol.
"Abang tau," tanya Nana balik.
"Tadi abang gak sengaja liat," kata Rey menunduk.
"Abang tau dia sekolah disini, terus kenapa nggak kasih tau Nana. Kalo gini gimana cara Nana lupain dia," kata Nana kembali menangis.
"Na, abang cuma nggak mau kamu sakit kalo tau dia kembali. Abang juga nggak tau kamu bakal sekolah disini. Abang minta maaf," kata Rey sambil menggegam tangan Nana.
Nana salfok dengan tangan Rey. Tangan Rey nampak sedikit biru, dan terdapat sedikit darah.
"Tangan lu kenapa bang," tanya Nana penasaran.
"Emm, tadi pas elu pergi gua...
...nonjok Dio," kata Rey.
Sontak membuat Nana kaget.
"Kenapa harus nonjok dia sih," marah Nana.
"Abang kesel liat sikap dia ke elu," bela Rey.
"Nana emang benci sama dia bang karna pernah ninggalin Nana. Terus dengan abang nonjok dia Nana bakal sembuh. Enggak bang," kata Nana lalu pergi.
Rey membiarkannya, karna ia tau apa yang akan Nana lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tlah' Kembali
Short StoryKecewa... Atas kepergianmu lalu Kecewa... Atas kedatanganmu lagi Kecewa... Atas sikapku kini