Chapter 3 - Dissolution

763 141 5
                                    

Aku berjalan di lorong kantor dengan langkah gontai. Semalam, aku dan kru lainnya menerima surat pertemuan perusahaan. Dengan segala kepelikan yang terjadi di perusahaan kami, kami bisa menebak bahwa ini bukanlah hal yang baik.

Tepat di depan pintu ruang pertemuan setinggi 3 meter itu, tiba-tiba ragaku membeku. Terlintas di benakku, bisa jadi ini adalah pertemuan terakhirku bersama para pegawai maskapai Collosal Airlines. Sambil mengumpulkan keberanian, aku meneguk liurku untuk kemudian melangkah masuk. Di dalam ruangan seluas 5 stadion itu, terlihat ribuan orang yang sudah mengisi kursi mereka masing-masing. Wajah mereka terlihat mendung. Sepertinya mereka memiliki firasat yang sama sepertiku.

Aku melangkah pelan, mencari kursi kosong. Sampai kulihat Petra dan teman-temanku yang lain melambai lesu ke arahku. Kutatap wajah mereka yang sedu. Eren mengacak rambutnya frustasi. Sedangkan Armin bahkan tengah menangis terisak sekarang. Begitu pula dengan Sasha dan Christa. 

Mikasa menepuk kursi di sebelahnya, menyuruhku untuk duduk di sana. Aku pun mengangguk pelan dan berjalan ke kursi kosong yang ia maksud.

Setelah beberapa belas menit berlalu, Nona Annie, Tuan Bertholdt, dan Tuan Reiner selaku pimpinan maskapai, beserta seorang pria berjas hitam memasuki ruang pertemuan akbar. Mereka berempat menaiki podium dan duduk di masing-masing kursi. 

Pria berjas hitam membenarkan posisi mikrofon, kemudian berdeham.

"Selamat siang, tuan dan nona. Saya Uri Reiss, pemegang saham perusahaan maskapai Collosal Airlines", ucapnya. "Pada hari ini, berdasarkan penetapan oleh pemerintah dan likuidator, dengan berat hati, kami mengumumkan likuidasi COLLOSAL AIRLINES COMPANY"

(Likuidasi: Pembubaran perusahaan. Likuidator: Orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara likuidasi.)

Seketika terdengar keributan. Banyak sorakkan tak percaya dan tak terima. Bahkan orang-orang di meja belakang kami hampir berlari ke depan podium. Beruntung yang lainnya menahan mereka. Sedangkan tiga pimpinan kami, Tuan Bertholdt, Tuan Reiner, dan Nona Annie tertunduk di kursi mereka masing-masing. Aku hanya dapat tertegun. Aku sudah mengkhawatirkan kejadian ini  sejak berbulan-bulan lalu. Dan sekarang, ini benar-benar terjadi.

"Semuanya diharapkan untuk tenang", 

Suara penuh wibawa milik Tuan Uri Reiss berhasil mengheningkan seluruh ruangan.

"Perusahaan kita memiliki hutang lebih dari 70 T. Semua kemitraan gagal, serikat pekerja berperang melawan rencana PHK. Sementara Collosal Airlines dicintai sebagai simbol negara, maskapai kita malah dibenci oleh penumpang. Apalagi dengan angka kecelakaan yang cukup besar tahun-tahun ini, kementrian perhubungan tidak lagi mengeluarkan surat izin terbang untuk maskapai ini."

"Krisis tanpa akhir akhirnya menyebabkan penurunan kualitas layanan. Sejak beberapa waktu ke belakang, kami yakin banyak sekali  karyawan yang mendapatkan surat pemutusan hubungan kerja karena beberapa masalah keuangan di perusahaan. Hal ini membuat banyak penerbangan tertunda atau dibatalkan dan penerbangan jarak jauh jadi lebih sedikit.", Tuan Bertholdt akhirnya angkat bicara.

"Negara memutuskan bahwa mereka harus berhenti mendanai perusahaan dengan uang pajak. Dengan itu, sebenarnya kami memiliki 4 opsi terhadap perusahaan ini. Opsi pertama, kementrian akan memberikan dukungan penuh pada perusahaan ini melalui pemberian pinjaman atau suntikan ekuitas. Namun, upaya ini memiliki risiko bagi perusahaan. Dukungan berupa pinjaman akan meninggalkan utang warisan yang besar dan membuat perusahaan menghadapi situasi menantang di masa depan", lanjut Nona Annie.

"Sementara untuk opsi kedua, yaitu Kementerian akan menggunakan hukum perlindungan kebangkrutan untuk merestrukturisasi emiten berkode CAA. Cara ini menggunakan legal bankruptcy process untuk merestrukturisasi kewajiban, misalnya utang, sewa, kontrak kerja. Namun, cara ini memiliki risiko karena tidak jelas apakah undang-undang di Jepang mengizinkan restrukturisasi. Selain itu, restrukturisasi memang berhasil memperbaiki masalah seperti utang dan leasing, namun tidak menyelesaikan persoalan mendasar, seperti budaya dan warisan.", ungkap Tuan Reiner.

AIRFALL [ Levi Ackerman X Reader] Fan Fiction (FF) - REVISI - Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang