CHAPTER 6 - BEST 4 ALL

638 123 2
                                    

Kini, kami sedang berada di ruangan dengan pria berambut pirang di hadapan kami.

"Aku dengar penyeleksian pramugari untuk maskapai ini akan diadakan sekitar 3 bulan lagi. Benarkah itu?", tanya Petra gugup

Pria pirang itu mengangguk dengan penuh wibawa.

"Ya. Apa ada yang kau butuhkan?", tanyanya lembut.

"Ummm... Saya dan teman saya adalah mantan pramugari maskapai COLLOSAL AIRLINES. Ini sertifikat kami. Bolehkah langsung mengikuti seleksi 3 bulan ke depan tanpa mengikuti les dari awal?", kini giliranku bicara

Pria pirang itu membaca sertifikat kami lekat-lekat.

"Hmm... COLLOSAL AIRLINES? Bagus untuk kalian", ucapnya sambil mengangguk-angguk.

"Tunggu. Kau... (F/n) (L/n). Bukankah kau..."

"Maaf, Tuan. Anda belum menjawab pertanyaan saya. Jadi anda memperbolehkannya atau tidak?", ucapku memotong.

Pria pirang itu terdiam.

"Tentu saja boleh. COLLOSAL AIRLINES memiliki reputasi yang tinggi. Tapi, tidakkah kalian ingin lebih cepat menjadi bagian dari ROSE AIRWAYS?", tanya pria itu sambil meletakkan kembali sertifikat kami

"Ya! Tentu saja!", seruku semangat

"Maukah kalian menjalani ujian khusus tiga hari ke depan? Mungkin itu lebih baik daripada menunggu tiga bulan. Bagaimana?"

Aku dan Petra saling bertatapan, kemudian tersenyum lebar. Kami pun  menjawab bersamaan.

"Tentu saja!"

Setelah berbincang tentang maskapai ini lebih lanjut, kami pun dipersilahkan untuk pulang.

"Kalian harus kembali ke sini tanggal 17, itu artinya 3 hari lagi. Karena kalian bersedia untuk menjalani ujian khusus, panitia kami akan menyiapkan segalanya meskipun cukup mendadak.", jelas pria pirang itu

Kami berdua mengangguk.

"Ayo", ajak Petra

Aku mengangguk.

"Tunggu sebentar, (F/n) (L/n). Aku ingin bicara denganmu. Petra Ral, kau boleh keluar", ucap pria itu tiba-tiba

Aku mengerutkan alisku. Begitu juga Petra. Ia mungkin bertanya-tanya dalam hati ada apa denganku. Tapi, aku sepertinya tau apa yang ingin dibicarakan.

Petra pun keluar dari ruangan dan menunggu di luar, duduk di kursi tunggu.

"Jadi, nona (F/n) (L/n). Saya sangat yakin sekali, kru bagian surat menyurat maskapai kami sudah mengirimkan surat perekrutan berupa e-mail. Kami hanya merasa tidak ingin menyia-nyiakan keahlian anda dalam melayani penumpang, mendengar kabar tentang maskapai lama anda."

Aku menunduk mendengarkan.

"Saya juga cukup meyakini, sepertinya Petra Ral tidak mengetahui hal ini", lanjutnya

Aku mengangguk pelan. Pria dihadapanku menghembuskan napas.

"Sebenarnya, kami tak bisa begitubsaja merekrut awak kapal baru ditengah-tengah tahun seperti ini. Kecuali jika kami yang merekrutnya", pria itu menggantungkan kalimatnya.

"Jadi, sepertinya, akan sulit bagi temanmu itu untuk ikut terekrut juga dalam jangka waktu ini"

Aku membulatkan mata tak percaya.

"Jadi maksudmu... Petra tak bisa ikut juga? Lalu kenapa kau menyuruh kami untuk melakukan ujian khusus tiga hari yang akan datang?", tanyaku yang mulai keluar dari cara bicara sopanku.

"Tidak. Aku tak bilang begitu. Aku hanya mengatakan, akan sulit bagi temanmu yang satu itu. Kriteria penerimaannya jadi lebih tinggi daripada ujian pada umumnya. Dan terlebih lagi, kau akan 'pura-pura ujian', kan?"

Aku mengangguk lemah.

"Sepertinya anda mengerti masalah saya di sini", ucapku

Pria itu terkekeh pelan.

"Saya sedikit tidak mengerti mengapa anda tidak memberitahukan kepadanya bahwa anda direkrut secara resmi dan dapat bergabung dengan kami kapanpun yang anda inginkan. Tetapi, berdasarkan perlakuan anda tadi, saya paham bahwa anda tak ingin Petra Ral mengetahui tentang surat perekrutan yang kami kirimkan"

"Ya. Ini masalah rumit. Saya harap anda mengerti"

Pria di depanku mengangguk.

"Kalau begitu, apapun hasilnya tiga hari lagi, kau akan tetap kami rekrut"

"Bagaimana dengan Petra?", tanyaku, berharap Petra mendapatkan keistimewaan serupa.

"Tentu saja dia akan mengikuti ujian seperti biasa. Anda hanya menemaninya ujian"

Aku mengeluh kecewa. Yah, apa yang kuharapkan? Aku hanya beruntung karena mendapatkan surat perekrutan langsung.

"Baiklah, anda boleh kembali", ucap pria di hadapanku

"Baik. Terimakasih, emm... Tuan..."

"Erwin"

"Ya. Terimakasih Tuan Erwin"

Aku pun berdiri dari kursi empukku. Kemudian berbalik arah. Tapi sebelum itu, aku menemukan foto yang sesikit kukenali terpajang di dinding. Foto seorang pria dengan wajah datar yang memegang piala bertuliskan SKYTRAX AWARD.




































Hei, sepertinya itu Levi Ackerman




》》TO BE CONTINUED《《

AIRFALL [ Levi Ackerman X Reader] Fan Fiction (FF) - REVISI - Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang