Masih tiga jam lagi sebelum mereka terbang, Jisoo sudah akan bersiap ke bandara bersama Jennie. Bukan tanpa alasan Jisoo memilih pergi lebih cepat, ia tidak lupa untuk mampir ke rumah ibunya karena Kuma akan dititipkan disana jadi akan butuh sedikit waktu untuk ke rumah ibunya.Koper-koper sudah di dalam bagasi taksi, Jennie sedang menggelayuti Jisoo yang mengunci pintu rumah mereka.
"Sayang, tunggulah di dalam taksi. Aku akan periksa rumah sekalian sama garasi." ucap Jisoo lembut.
Jennie cemberut. Mungkin Jisoo kesal melihatnya bergelayut di tangan Jisoo, padahal Jennie senang melakukan itu.
"Kau selalu perfeksionis, Jisoo ya." ucap Jennie kemudian berlalu.
Jisoo tersenyum mendengar ucapan Jennie, kemudian ia berpindah ke garasi untuk mengecek apakah ia sudah menguncinya atau belum.
Memastikan semua sudah terkunci aman, Jisoo bergegas menghampiri Jennie agar mereka segera berangkat. Jisoo menemukannya, Jennie sedang menciumi bunga daisy yang Jisoo tanam. Bunga daisy yang sedang mekar dengan cantiknya.
"Baby, ayo berangkat."
"Cantik mereka atau aku, Jisoo ya?" Jennie memalingkan wajahnya dari bunga-bunga itu kepada Jisoo.
"Aku tidak tahu bunga jenis apa dirimu, tapi jelas kau lebih cantik dan lebih indah dari bunga manapun di bumi ini, Kim Jennie." ucap Jisoo sambil mengusap kepala Jennie.
"Kau ahli sekali menggombal, Jisoo-ku." Jennie menggoda Jisoo dengan tatapan matanya yang meremehkan.
Jisoo menangkup pipi Jennie lalu mencium bibir manis itu sekilas.
"Aku ahli merawat bunga, Jennie ah. Dan kau bunga yang paling indah yang pernah aku temukan dan aku rawat.
Tolong abadi untukku ya."