Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, namun tak ada tanda-tanda jika pemilik kamar akan menampakkan diri. Saling bergelung dalam selimut, Jennie dan Jisoo masih menikmati tidur mereka dengan baik. Perjalanan panjang berlibur mereka tentu saja melelahkan.Jisoo menggeliat kecil, tenggorokannya terasa kering. Dengan berat hati dan melupakan rasa kantuk yang masih ada Jisoo melepas pelukan Jennie dengan pelan, dirinya butuh minum dengan segera.
Lampu rumah mereka belum menyala, wajar saja karena keduanya baru tiba siang tadi dan lebih memilih langsung tidur. Selesai dengan segelas air dingin Jisoo kembali ke kamarnya, membereskan beberapa barang yang berserakan untuk kemudian kembali naik ke atas kasur. Dipeluknya tubuh Jennie saat tidur kekasihnya itu sedikit terusik.
"Mmhh Jisoo.."
"Waeyo? Tidurlah lagi."
Beberapa kecupan di pucuk kepala Jisoo berikan pada panda gempalnya ini, semacam mantra agar kekasihnya kembali tidur dengan lelap.
"Jam berapa sekarang? Aku merasa sangat lapar baby.." suara parau Jennie terdengar, rasa lapar tiba-tibanya segera dikeluhkan.
"Jam delapan malam, kita pesan makanan saja ya? Atau mau makan diluar? Kita bisa mandi dan siap-siap dulu."
Tangan Jennie seketika menahan tubuh Jisoo yang ingin beranjak,
"Pesan makanan saja sayang, aku masih pusing."
Jisoo memahami kondisi Jennie sekarang, jetlag bisa membuat seorang Kim Jennie ingin terus melekat padanya. Jennie merubah posisi, tubuhnya kini menindih Jisoo yang tengah duduk setengah bersandar pada dinding.
"Mau apa mm?" Jisoo segera mendekap tubuh mungil Jennie setelah tadi sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Mmhh.."
"Apa sayang?"
Jisoo yang tak tahan dengan tingkah Jennie yang membuatnya gemas segera mengecup bibir ranum Jennie, tiga kecupan kecil untuk kemudian kembali memeluk erat kekasihnya.
"Lagi.." pinta Jennie dengan puppy eyes miliknya.
Jisoo sedikit memiringkan badannya, dikecupnya kembali bibir Jennie dengan lembut.
"Bagaimana perjalanan kemarin? Apa kau suka? Apa kau bahagia, Kim Jennie?"
Netra teduh Jisoo menyapa hangat, ditatapnya pupil mata Jennie yang berbinar lucu.
"Tentu saja aku bahagia Jisoo-ya, kau benar-benar kekasihku yang penuh kejutan."
Kali ini Jennie yang memulai kecupan, sepertinya rasa lapar Jennie bukan perihal makanan. Tapi dia lapar Kim Jisoo.
"Kau masih ingat tentang buku yang kugemari kan? Jurnal hidupku yang semua isinya tentangmu?"
Jennie mengangguk malu, dari jarak sedekat ini Jisoo tentu saja dapat menangkap semburat merah yang perlahan menghiasi pipi gempal milik Kim Jennie, Rapunzel Kim nya.
"Aku tidak bercanda soal hal itu Jennie ah, kau adalah satu-satunya bagian paling penting dalam jurnal hidupku. Bahkan jika aku melakukan perjalanan mengelilingi dunia rasanya akan hambar jika tidak bersamamu, jadi maukah kau untuk terus menemaniku? Berjalan disampingku dengan genggaman tangan yang erat nan hangat? Aku mencintaimu Kim Jennie, sangat mencintaimu."
Jennie menangkup pipi Jisoo seolah netranya hanya ingin terus memandang Jisoo sepenuhnya.
"Aku yang lebih mencintaimu, Paddingsoo."
Jisoo menatap manik-manik mata Jennie yang cemerlang sebelum melumat bibir gadisnya itu. Dirasakannya bibir gempal Jennie, seluruh perasaan miliknya pada beruang panda kesayangannya itu berusaha ia salurkan selembut dan sehati-hati mungkin.
Bermenit kemudian ciuman panjang itu usai, berganti dengan Jisoo yang mengucap banyak kata lagi sembari mengusap kepala Jennie.
"Setiap perjalanan selalu butuh pulang, Jennie ah."
"Mm ya, lalu?"
"Kau adalah pulangku. Pergi dan pulangku selalu tentang dirimu."
Jennie menatap Jisoo haru, seperti tidak punya kata lagi untuk mengungkapkan betapa beruntungnya ia memiliki Jisoo di hidupnya.
Namun sekelebat hal muncul secara acak di kepala Jennie.
"Sayangnya, aku punya tempat lain untuk pulang Jisoo ya, mianhae."
"Apa rumah ini tidak cukup bagimu, Jennie ah? Apa aku masih tidak cukup menjadi rumah bagimu? Apa-"
"Hatimu. Rumahku ada disana, Kim Jisoo. Tempat paling aman dan nyaman sedunia untukku pulang."