The worst thing about you is when you can't decide to hold on or give up on me...
Jisoo dan Lisa sudah merencanakan sejak jauh-jauh hari untuk melakukan double date jika mereka memiliki waktu luang. Gadis mereka mungkin senang jika bisa bermalas-malasan di rumah, tapi sesekali pasti menyenangkan bisa menghabiskan waktu bersama.
Pekan ini, Jisoo dan Lisa ingin mewujudkan rencana mereka dengan pergi ke Aqua Planet, wisata akuarium yang sangat besar.
Mereka tiba di tempat yang dituju setelah makan siang bersama di restoran. Sesampainya di akuarium mata mereka langsung takjub memandangi betapa besarnya akuarium di tempat itu. Ikan-ikan besar hingga yang tampak begitu kecil seperti Nemo memenuhi akuarium. Setelah berunding sebentar akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah, Jisoo dan Jennie melihat ikan-ikan sementara Lisa dan Rose pergi menuju akuarium yang di dalamnya terdapat penguin.
"Jisoo eonni..", panggil Jennie pada Jisoo.
"Mmm?"
"Di reinkarnasi selanjutnya aku ingin dilahirkan dalam wujud ikan.. ", ucap Jennie.
"Eoh, kenapa ikan?"
"Lihat mereka, bebas berenang kesana kemari tanpa beban. Tidak perlu melakukan apapun, memikirkan hal rumit apapun selain berenang.
Seperti kata Dory pada ayah Nemo. Terus berenang.. Terus berenang.."
Jisoo yang semula sedang melihat ikan-ikan besar yang melintas di atas mereka lantas berpaling pada Jennie. Diusapnya lembut anak rambut gadisnya itu.
"Semua makhluk yang hidup pasti punya sesuatu untuk dikerjakan, Jennie ah. Kau pikir ikan tidak punya masalah?"
"Sepertinya begitu, eon."
"Nemo hilang itu sudah masalah bagi ayahnya dan mereka ikan, seperti katamu. Dory menderita kehilangan ingatan sementara.
Bahkan paus muda yang baru melintasi kita juga kesepian.Selagi kita hidup, tidak ada yang bisa dihindari sayang. Itu takdir namanya." Jisoo menanggapi panjang lebar pemikiran Jennie.
Sepasang mata mereka bertemu tatap. Meski Jisoo mengenakan topi, hal itu tidak menutupi jernih matanya yang kini dilihat Jennie.
"Kalau aku hilang seperti Nemo, kau mencariku tidak eon?" Jennie memajukan wajahnya lebih dekat ke wajah Jisoo.
"Tidak Jen..."
Jisoo mengatakan itu dengan tatapan mata yang serius. Pandangan dalam seolah ia sedang menyelami seberapa dalamnya makna pertanyaan Jennie.
Raut wajah Jennie pias mendengar jawaban Jisoo. Tapi ia ingin mencium Jisoo saat itu juga setelah mendengar perkataan Jisoo selanjutnya.
"Tidak Jennie ah, aku tidak akan membiarkanmu hilang. Aku akan menjagamu dan memastikan kita bersama sampai ke reinkarnasi selanjutnya."
.
.
.
.
.
"Jisoo eonni, boleh aku masuk?"
Jennie berdiri di pintu kamar Jisoo, masih memegangi pegangan pintu."Masuk sayang, tunggu ya aku sedang menutup jendela."
Jisoo baru saja menutup jendela kamarnya karena malam sudah datang. Memastikan sudah terkunci dan tirainya tertutup rapat, Jisoo menghampiri Jennie yang sudah duduk di tepi kasurnya.
"Kau tidak lelah? Aku pikir sudah tidur."
Jisoo mengambil tempat di samping Jennie, tangannya mengusap kepala kekasihnya itu.
"Aku.. Aku belum mengantuk eon. Sebenarnya ada yang ingin aku katakan padamu."
"Serius sekali. Kalau begitu katakanlah."
"Aku takut, takut sekali. Aku ingin kita berpisah sebagai kekasih, Jisoo eonni."
Tubuh Jisoo menegang, ia tidak yakin dengan apa yang baru saja Jennie katakan.
"Kau ingin kita berpisah, Kim Jennie?"
"Tidak eon, tidak benar-benar berpisah. Bukan itu maksudku."
Mata karamel Jennie berkaca-kaca. Jisoo berusaha masuk ke dalamnya, mencari kesungguhan tentang permintaan pisah yang diam-diam ingin Jisoo abaikan.
"Aku menyayangimu eon, aku sangat menyayangimu. Tapi aku takut dengan hubungan ini.
Tidak bisakah kita saling menyayangi tanpa peduli apa statusnya?"
Jisoo larut dalam hening. Setengah tidak sadar bercampur pening.
Hubungan tanpa status ya? Kim Jennie.. Kau ini benar-benar..
Masih dalam awang-awang, genggaman tangan Jennie di telapak tangan Jisoo mengembalikannya pada kenyataan.
Kenyataan yang entah bagaimana membuat Jisoo kehilangan perasaan."Tidak ada yang berubah, Jisoo eonni. Aku tetap menyayangimu, selalu. Hanya saja-"
"Ucapanmu di akuarium tadi pertanda ya? Kau sungguh ingin hilang dariku, Jennie ah." Jisoo mengusap punggung tangan Jennie, berusaha menyembunyikan ledakan-ledakan hebat di dadanya.
Suhu kamar Jisoo mendingin, padahal jendela sudah tertutup. Matanya terpejam menikmati sentuhan tangannya dengan Jennie. Tangan mereka masih terpaut, meski tidak mengerat. Sebuah ingatan mendobrak kepala Jisoo dengan sangat keras.
Ini bukan pertama kalinya Jennie ragu pada hubungan ini, mungkin aku harus merelakannya
"Jennie ah, aku mengabulkan keinginanmu. Kita bukan kekasih lagi sejak saat ini."
Bersamaan dengan berakhirnya kalimat mengerikan itu, Jennie luruh dalam tangis. Derai air matanya jatuh deras tanpa kendali. Kedua tangannya melepas tautan mereka tadi, Jennie menutupi wajahnya yang benar-benar diluar kendali.
Jisoo tidak tahan melihat keadaan dihadapannya, hatinya yang hancur tidak penting lagi karena Jennie selalu lebih berarti.
Satu pelukan Jisoo melingkupi Jennie, pelukan sangat erat kali ini. Jisoo mengerti ketakutan Jennie pada ketidakpastian, pada ketidaknormalan mereka. Hanya Lisa dan Rose yang mengerti hubungan yang mereka jalani. Mati-matian Jisoo berusaha menahan keegoisan diri untuk memiliki dan memperjuangkan Jennie sekali lagi. Ia hanya ingin mengerti, memberikan segala yang Jennie butuhkan bahkan jika itu perpisahan.
Dalam pelukan yang penuh isak tangis Jennie bibir Jisoo berbisik lirih,
"Di reinkarnasi selanjutnya aku ingin terlahir sebagai laki-laki, Jennie ah. Agar aku tidak kehilanganmu sekali lagi. Aku tidak akan membiarkanmu benar-benar hilang. Aku akan selalu jatuh cinta padamu, berjuang untukmu meski harus melewati seribu kali kehidupan."
Hubungan tanpa nama, demi Jennie seorang Jisoo berdamai padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nox
Short StoryNox berarti malam. Nox adalah mantra untuk melenyapkan cahaya. Nox, cerita-cerita tetang sisi gelap sebuah hubungan, penuh dengan penolakan. Cerita-cerita yang didalamnya, harapan (cahaya) ditiadakan. Nox is Hydrangea sister.