Kamu daritadi nggak berhenti ngegedorin gudang yang nggak tahu kenapa macet nggak bisa dibuka.
Ini bukan sekedar kamu sendirian di gudang terus takut banyak setan. Tapi masalahnya kamu di gudang ini sama hwang yunseong yang notabene mantan terindah.
"tangan lo nanti lecet kalau terus terusan ngegedor," ucap yunseong datar.
Kamu membalikan badan menatap yunseong kesal, "pokoknya gue nggak mau diem disini semaleman."
Yuseong memutar bola matanya malas, "coba telfon siapapun yang lo kenal."
kamu memeriksa ponselmu, "mati, coba pake hape lo."
"Mati juga."
"Ya hidupin dong!"
"Ga bawa pb!"
kamu mendengus kesal lalu menendang asal barang-barang yang ada di sekitarnya.
Yunseong kembali memutar bola mata malas, tangannya ia lipat di dada, dan tubuhnya ia dudukan di atas meja. "Masih aja bocah."
Kamu berkacak pinggang lalu melotot menatap yunseong, "tau apa sih lo tentang gue?!"
"Ga inget gue mantan lo?"
Kamu jadi mingkem pas yunseong nyindir gitu. Karna capek kamu akhirnya duduk dilantai sambil senderan ke pintu gudang siapa tau ada yang lewat.
yunseong melepas jaketnya lalu menghampiri kamu, memakaikan kamu jaketnya, dan ikut duduk bersama kamu.
Tidak, tidak, sebenarnya ini tidak baik untuk hati kamu tapi apa boleh buat kamu pun kedinginan gara-gara memakai baju sabrina ini.
"baju tuh jangan yang kekurangan bahan." kamu nggak ngegubris, udah capek nanggepin omongan mantan kamu itu.
"..."
"..."
"..."
"..."
"Heh—"
"APA SIH YUNSEONG?"
Yunseong menatap kamu dari pinggir, kamu pun sama menatap yunseong dari pinggir namun bedanya dengan air wajah yang kesal.
yunseong mengamatimu, gadis yang selalu ia rindukan disetiap malamnya, gadis yang selalu ia sebut dalam mimpinya, gadis yang selama ini selalu tersimpan di hatinya.
Kalau boleh egois, yunseong menginginkan kamu kembali padanya.
Egois? Kenapa tidak yunseong coba?
"Balikan yuk sama gua."
kamu terdiam, takut-takut telingamu salah dengar karna sekarang kamu sangat merindukan pemuda yang ada disebelahmu ini.
"Apaan si nggak jelas."
yunseong memainkan sepatunya, "kita bisa pacaran diem-diem—"
"Lo udah punya yeji, yunseong!"
"I know, but I still like you from the first time we broke up. Kita bisa pacaran diem-diem tanpa sepengetahuan yeji—"
"—gue bisa putusin yeji demi balik lagi sama lo."
Kamu memalingkan wajah, tidak sadar kini air matamu mengalir mendengar perkataan yunseong.
"Egois."
A/n
Aku tuh nggak bisa nggak buat yunseong jadi brengsek mianeeee uljima wkwk