Chapter XIII

1.1K 57 2
                                    

(Edited)

Zoe menghentakan kakinya kesal. Usahanya untuk keluar dari kastil ini rasanya mustahil. Jendela-jendela bertralis besi terlalu sulit untuk Zoe tembus.

            Loteng kastil juga tak mungkin Zoe lalui, mengingat tingginya jarak antara lantai dengan atap. Untuk kesekian kalinya Zoe mengeluarkan makian-makian untuk Ksatria.           

            Apakah lelaki itu gila? Membiarkan Zoe berada diruangan membosankan ini selama satu dekade? Lebih baik Zoe menjemput kematiannya sendiri.

            Gerakan Zoe terhenti ketika ia melihat seseorang memasuki kamarnya. "Anda ditunggu diluar Nona," perintah seorang penjaga setelah memasuki kamar Zoe.

            Ditunggu? Siapakah yang menunggu seorang Aspimar? Zoe lalu berjalan mendekati penjaga. "Siapa yang menungguku?"

            "Cepat keluar dan jangan banyak bertanya nona," perintah penjaga itu membuat Zoe mendengus kesal.

            Zoe mengikuti langkah penjaga didepannya. Sedangkan dibelakangnya, dua orang penjaga terlihat mengawal dari belakang. Pelarian Zoe kemarin membuat Theo makin meningkatkan penjagaannya pada gadis ini, mengingat Zoe bisa melakukan hal nekat diluar nalar.

            Setelah menuruni tangga besar yang pernah Zoe lalui untuk melarikan diri. Zoe sampai disebuah lorong panjang yang menghubungkan lantai dasar dengan halaman belakang.

            Sebuah hal baru yang baru pernah Zoe lihat. Halaman belakang kastil terlihat megah, pilar-pilar besar berdiri dengan kokoh menyangga bangunan kastil. Sebuah air mancur terlihat jernih di sisi kanan halaman.

            Beberapa pohon pinus terlihat berjajar mengelilingi sisi halaman. Hingga mata Zoe melihat keberadaan orang yang begitu ia benci. Apa yang lelaki itu lakukan disini?! Batin Zoe tak senang.

            Theo lalu mengangguk dan membiarkan para penjaga tersebut meninggalkan mereka berdua. Zoe yang melihat para penjaga meninggalkan dirinya membuatnya bertanya-tanya.

            "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Zoe saat Theo melangkah mendekatinya.    

            "Aku akan mengajakmu ke suatu tempat," balas Theo.

            "Aku tidak mau! Lagipula ada seseorang yang sudah menungguku," balas Zoe menyombong.

            Theo kembali mendekati Zoe. "Dan orang itu akan membawamu kesuatu tempat," balas Theo penuh penekanan.

            Zoe menoleh dan memandang Theo tidak percaya. "Jadi maksudmu? Kau yang menungguku?!" ucap Zoe tak percaya.

            "Aku tidak sudi menunggu gadis bodoh sepertimu," ucap Theo lalu berbalik meninggalkan Zoe.

            Zoe yang melihat Theo pergi meninggalkannya spontan berlari mengejarnya. "Berhenti mengataiku gadis bodoh!," balas Zoe tak terima.

            Namun makiannya terhenti saat beberapa penjaga terlihat membuka sebuah gerbang besar yang ada diseberang halaman. Sementara Theo berbalik dan melihat Zoe yang masih memandangnya dengan tatapan bertanya.

            "Sudah kukatakan aku tidak sudi menunggumu," ucap Theo saat Zoe tak kunjung mendekat.

            Hingga akhirnya Zoe sadar dari tatapan kagumnya. Bagaimana ia tak kagum, sebuah lorong panjang terpampang saat para penjaga membuka gerbangnya.

            Beberapa obor juga terlihat menyala disepanjang lorong. Membuat suasana gelap menjadi sedikit berkurang. Zoe melangkahkan kakinya mendekati Theo.

Zoe's EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang