dua

14 2 0
                                    

"mba sana? mba ayo bangun udah jam 6" ucap Bi Meri membangunkan Sana. 

"hh, jam 6? UWAA JAM 6!" teriak Sana lompat dari tempat tidur menuju kamar mandi. Bi Meri hanya menggelengkan kepala nya melihat Sana, dan keluar dari kamar Sana. 

seselesainya dari kamar mandi, Sana langsung bersiap dan menuju meja makan.

Sana melihat Sena yang sudah siap di meja makan "Pagi, Kak!" sapa Sena tersenyum lebar.

"pagi, Sen! Kakak duluan ya, udah telat nih" ucap Sana mengambil roti bakar miliknya. 

Sena mengangguk dan melambaikan tangan nya pada Sana "bai kak!" 

-------------------

"Sana! dari mana aja lo?" tanya Rina - teman sebangku Sana -

Sana yang masih mengatur nafasnya, menjawab "kesiangan kampret" ucap nya sambil meletakan tas di kursinya. 

"hoo ga masang alarm lagi ya lo" ucap Rina dengan mata tetap tetuju pada buku kas kelas nya. Sana tidak menjawab, ia menatap keluar jendela. dan ia menemukan cowo yang ditabrak nya kemarin. 

"Rin! itu yang lagi duduk di pinggir lapangan pake jersey merah tulisan nya Bulls nomer 13 itu siapa?" tanya Sana pura - pura tidak tahu. 

Rina yang sedang mencatat kas kelas - dia bendahara - pun menengok "lo gatau? itu lo Ryan anak yang terkenal banget sama sifat dingin nya. geng nya Rexigen, Ryan tu ketua nya. anak 12 MIPA - 2" jelas Rina. 

"ko gue gatau ya ada yang nama nya Ryan?" ucap Sana sambil terus menatap keluar jendela. 

"makanya lo jangan main sama buku, sama orang sakit doang. dasar mentang - mentang lo PMR" ucap Rina lalu kembali pada buku kas kelas nya. Sana masih terdiam menatap Ryan. 

-----------------

"Sana, setelah ini bantu ibu membawa tugas -tugas teman mu ke ruang guru ya, dan pelajaran bu guru cukupkan. Selamat Siang" ucap Bu Nofi - guru sosiologi - .

"HUAH! akhirnya sosio selesai gaes! ga pake rumus sih tapi lebih susah daripada itung -itung an" seru Evan setelah Bu Nofi keluar kelas. Sana yang sedang membereskan tugas - tugas hanya menggelengkan kepala nya. 

lalu ia keluar membawa tumpukan buku dari 36 anak kelas nya. tinggi nya mencapai dagunya sampai kadang ia tidak seimbang membawanya. apalagi kelas Sana 12 IPS - 3 berada di ujung lorong, sedang kan ruang guru berada di lantai bawah. 

"heu, lumayan ya buku - buku nya" gerutu Sana sambil terus berjalan. sesampainya di tangga, ia sedikit bingung cara turun nya. " aduh gimana ini?" ucap Sana. akhirnya ia berjalan pelan melewati tangga. hingga tersisa 5 anak tangga lagi, tiba - tiba muncul segerombolan cowo yang entah datang dari mana. dan itu jelas membuat Sana terkejut, sampai buku - buku yang di bawanya terjatuh semua. 

"aduh" ucap Sana pelan. cowo yang berada di depan nya, hanya menatap Sana yang sedang membereskan buku nya.

"lain kali hati - hati ya" ucap salah satu dari mereka , Reza. Reza pun membantu Sana membereskan buku. 

"udah gausah di bantu, dia udah besar" ucap cowo yang tadi hanya memperhatikan Sana. Sana yang kesal pun bangkit.

"apa? songong banget lo! bukan nya ngebantuin malah diem aja" seru Sana kesal. cowo itu pun maju "Ha? ngebantuin? bukannya lo yang jatoh tiba - tiba? buat apa ngebantuin kalo kek gitu?" balas cowo itu yang ternyata adalah Ryan. 

Sana terkejut. ia diam menatap Ryan.

"udah, Za. biarin aja" ucap Ryan berjalan mendahului yang lain.

segerombolan cowo itu tadi adalah Rexigen. yang terdiri dari Ryan, Reza, Evan, Reihan dan Ezam. 5 cowo 'most wanted' di sekolah. punya banyak fans yang jelas. tapi, gitu - gitu otak nya lumayan semua. sering selip - selip an nilai sama Sana juga. Sana menatap Punggung mereka yang sudah berjalan jauh darinya. lalu ia segera membawa buku itu menuju ke ruang guru.

sekembalinya ia ke kelas, ia melihat Evan dan Ryan sedang berdiri di depan pintu kelasnya. Sana jalan mendekati mereka. lalu mereka berdua, menengok ke arah Sana. "sori" ucap Sana sambil menundukan kepala nya, Ryan dan Evan auto minggir. "bukannya dia cewe yang tadi?" tanya Ryan.

Evan mengangguk "hooh dia sekelas sama gue" ucap Evan. 

Sana dapat mendengar apa yang dibicarakan mereka "ngomongin orang frontal banget sih?" gerutu Sana sambil terus berjalan menuju kursi nya. 

"gila, lo! barusan lo ngelewatin Ryan" ucap Rian histeris.

"lah trus kenapa kalo gue ngelewatin Ryan? ga ada yang istimewa tuh?" ucap Sana tidak peduli.

Rina mendengus kesal "yauda lah terserah lo aja" lalu memalingkan wajah nya menatap ke arah pintu kelas. 

Sana menatap Ryan sebentar, saat ia menatap Ryan ternyata Ryan pun sedang menatap Sana. dengan cepat keduanya memalingkan wajah.



-jangan lupa vomment ya gaes. 

RexigenWhere stories live. Discover now