tiga

9 0 0
                                    

"Ryan kenapa baru pulang? gue cariin dari tadi" tanya Revan - abang Ryan - 

Ryan hanya memutar bola matanya "ngapain lo nyariin gue?" tanya Ryan tidak suka. 

"mama tadi nyariin lo" ucap Revan yang berjarak tidak jauh dari Ryan. 

"ngapain?" tanya Ryan.

Revan maju selangkah "kangen lo. kapan lo main kerumah Mama?" tanya Revan yang kini sedang menatap Ryan. 

Ryan menoleh ke arah Revan "buat apa gue main ke rumah perempuan itu? gue ga akan pernah main ke sana" ucap Ryan dengan intonasi dinginnya, lalu berjalan menuju kamarnya.

"Asal lo tau, Yan! mama masih ibu kita!" teriak Revan kesal. 

Ryan berhenti "ibu? mama? perempuan yang ninggalin kita setelah papa meninggal, masih bisa gue sebut ibu? gue ga pernah ngerasain yang namanya ibu setelah papa meninggal. ninggalin kita demi laki - laki lain? apa itu yang di sebut ibu? hm-" 

BUGH!

Revan memukul pipi kanan Ryan. "Lo ga berhak ngatain mama kek gitu, Yan!  mama yang ngelahirin kita, mama yang berjuang 9 bulan demi kita! usaha mama lebih besar buat anak berandal kek lo, Yan!" seru Revan marah

Ryan bangkit sambil memegang pipi kanan nya "gue berandal gara - gara perempuan itu! coba kalo dia selalu ada buat kita, dia ga sama laki - laki lain, gue ga bakalan se berandal ini!" seru Ryan, lalu berjalan menuju ke kamarnya. meninggalkan Revan yang  mengusap wajah nya kasar, menatap punggung Ryan.

disisi lain...

"udah bisa belom?" tanya Sana pada Sena saat mengajari Sena bermain rubik.

"udah dong! kak, keren ga? haha" seru Sena yang duduk menghadap pintu ruang tamu.

"keren!" balas Sana 

"kak ko aku bisa ya? aku ker- mama?" ucap Sena pelan, Sana yang mendengar terkejut. Sana yang membelakangi pintu segera memutar tubuh nya, dan benar saja sekarang ia sedang menatap seorang perempuan bertubuh tinggi, dengan rambut yang di ikat dan membawa sebuah koper besar.

"Sana? Sena? ini mama nak, mama pulang" ucap Mamanya sambil melangkah maju. 

"Anda siapa?! mama kami pergi, tidak berada di sini! ia lupa akan rumah nya, menelantarkan anak - anak nya dengan seorang pembantu!" seru Sana marah. 

mama nya merasa tersindir "ini mama kalian yang menelantarkan anak - anak nya, yang lupa akan rumah" balas mama nya. Sana terdiam mendengar mamanya. 

"Sana, Sena maafin mama, mama mau kita memulai dari awal lagi" ucap mamanya memohon.

Sana memalingkan wajah nya "anda boleh tinggal disini, tetapi Sana belum bisa memanggil anda dengan sebutan 'mama' " ucap Sana dingin meninggalkan Sena dan mamanya yang masih terdiam.

BRAK!

"kenapa disaat gue ngerasa bahagia sama Sena, kenapa perempuan itu pulang dengan tiba - tiba." ucap Sana tiduran di atas tempat tidurnya. 

"udah ah mending gue cari angin aja" ucap Sana bangkit menuju lemari, mengambil tennis skirt putih, sweater abu - abu dan sneakers putih nya. 

(kurang lebih seperti itu)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(kurang lebih seperti itu)

"oiya hampir lupa tas!" ucap Sana saat sudah sampai di ambang pintu kamarnya. akhirnya ia kembali masuk dan mengambil tasnya. 


setelah itu ia segera keluar kamarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

setelah itu ia segera keluar kamarnya. ia mendapati mamanya dan Sena sedang mengobrol di ruang TV. Sana tidak peduli, ia tetap berjalan keluar. 

"kakak mau kemana?" tanya Sena dengan tangan nya yang sibuk bermain rubik. 

dengan tatapan dingin ia menjawab pertanyaan Sena "cari angin, gerah di rumah" 

mamanya menatap Sana "hati - hati" ucap mamanya pelan. Sana berhenti sebentar, berusaha mencerna apa yang sudah di ucapkan mama nya. lalu berjalan lagi keluar rumah. 

---------------

"gila gue gans banget" ucap Evan saat sedang nongkrong dengan Rexigen di cafe milik Reihan. 

"gans mbah mu! lo tuh cantik, Van!" balas Ezam yang sedang menyeruput lemon tea nya. 

"kalian mau tau ga? kedudukan kalian di hati gue?" ucap Evan sok mendramatis. mereka diam tidak berminat mendengarkan. 

"jadi, Reza lo tuh kek emak gue,  Ryan lo kek abang paling tua gue, Ezam lo kek adek gue, dan lo Rei! lo yang paling istimewa! lo pasangan gue" kata Evan sambil menggenggam tangan Reihan. teman - teman nya yang lain tertawa. 

Reihan memukul tangan Evan yang menggenggam tangan nya "Homo lo! pergi jauh - jauh dari gue!" ucap Reihan mengusir Evan.

"gamau bang, aqu zheyenk sama qamu bang-" ucap Evan duduknya mendekat ke Reihan.

"bacot lo!" seru Reihan. Reza dan Ezam udah tertawa terbahak - bahak sampai membuat pengunjung lain menengok karena merasa terganggu. Ryan sejak tadi diam tidak fokus dengan apa yang berada di sekitanya. ia hanya memandang ke arah luar jendela.

lalu tiba - tiba ia melihat ada seorang perempuan yang sangat ia kenali sedang duduk menghadap ke cafe Reihan. 

"Sana?" gumam Ryan pelan. spontan teman - teman yang lain auto nengok waktu Ryan ngomong.

"hmm? Sana?" tanya Ezam ikut mencari dimana keberadaan Sana. Ryan terus menatap Sana. lalu ia melihat Sana bangkit dari tempat duduk nya, ia pun mengikuti kemana arah Sana pergi. 

"bang Rei! ada yang mau pesen nih!" seru salah satu pegawai di cafe itu. 

"oh bentar!" ucap Reihan lalu berjalan menuju kasir. Ryan terdiam saat ternyata Sana memasuki cafe Reihan, dan sekarang posisi Reihan dan Sana yang sedang berhadapan. ia terus memperhatikan Sana, tatapan nya masih sama kek 2 tahun yang lalu. 



gue ga minta yang muluk - muluk ko. gue cuma minta vomment- 

RexigenWhere stories live. Discover now