Elsa merasa Lega yang luar biasa ketika ia keluar dari bilik toilet. Ia menghembuskan nafas. "Untung tuh si Yasha nggak jadi masuk toilet. Coba kalau jadi masuk, mampus gue!" gumamnya sembari berjalan.
"Tapi kalau di pikir-pikir serem juga ya kalau gue ketahuan sama dia," ucap Elsa sembari berjalan." Ah bodo amat yang penting gue selamat! Dan tentunya gue dapat berita yang sangat menghebohkan satu sekolah," sambungnya. Kali ini dengan senyum yang mengembang.
Sesampainya di kelas, Elsa langsung duduk di kursi sebelah Gina. "Sebentar lagi gue bakal jadi ketua eskul Jurnalistik. Yes!" batin Elsa sembari tersenyum, hal itu membuat Gina gadis di sebelahnya mengerutkan keningnya bingung.
"Lo kenapa dah, kesambet setan toilet lo?" bisik Gina. Elsa melirik sedikit ke arah Gina.
"Apaan sih lo kepo deh," ujar Elsa sengit.
"Ck, dasar boneka annabel. Kang halu, eh apa jangan-jangan lo lagi birahi ya?" tuduh Gina.
"Gila lo! Ya kali birahi!" seru Elsa membuat penghuni kelas menatap kearahnya.
"Ada apa lagi Elsa?" ucup Bu guru.
"Eum, anu Bu...,"
Bu guru hanya menggelengkan kepalanya. Menatap Elsa tidak habis pikir dengan gadis itu. "Kerjakan soal di depan!"
"Mampus!" gumam Elsa dengan raut wajah yang sulit di artikan.
"Elsa! Ayo maju ke depan," desak guru tersebut.
Gina tersenyum jahil, ia juga memberi jalan agar Elsa bisa keluar dari tempat duduknya.
Elsa berdiri, dengan buku paket yang ia bawa. Gadis itu menatap tajam kearah Gina yang menjulurkan lidahnya. Dalam hati Elsa mencaci maki Gina. Menyumpah, serapah Gina juga.
Bu guru memberi Elsa spidol. "Kerjakan nomor tiga."
Dengan ragu, Elsa mengambil spidol tersebut. Dan mencoba menatap soal angka di depannya.
"27 tambah 15 berapa ya?" batin Elsa menghitung menggunakan jarinya. Setelah mendapatkan jawaban.
"Duh! Mampus, 45: 9 berapa njir!" Elsa lagi dan lagi hanya bisa membatin.
Elsa mendongak kearah guru di sampingnya. "Bu, ambil kalkulator boleh?"
Guru tersebut mengerutkan keningnya. Lalu menatap papan tulis. "45:9 gak bisa?"
Elsa diam, ia meringis sembari menggelengkan kepalanya.
"Astagfirullah, kamu masuk Akuntansi tapi gak bisa itung-itungan?" ucap Guru tersebut. Lagi, Elsa menggelengkan kepalanya.
"Keluar kelas, hafalkan perkalian, sama pembagian 1 sampai 10 lalu menghadap saya!"
"Duh mampus!" gumam Elsa.
****
Istirahat kedua, sekolah Elsa cukup lama. Durasi yang di berikan antara jam 12.00-13.00. Istirahat di lakukan untuk ISOMA (istirahat, sholat dan makan) Gina membuka tasnya, ia mengambil mukena yang ia bawa dari rumah. Ia juga melirik Elsa, Elsa sedang menghafal tugas yang di berikan oleh guru tadi. Raut wajah Elsa terlihat begitu kusut. Bak pakaian yang sudah tidak di setrika selama sebulan.
"El, sholat dulu kuy, " ajak Gina.
"Gue nggak bawa mukena. Pinjem tempat lo ya nanti," ujar Elsa sembari tersenyum.
"Iya gampang," ujar Gina.
"Tugas lo gimana? By the way?" tanya Gina menatap buku Elsa.
"Bodo amat lah nanti aja! Sholat nomor satu," ucap Elsa acuh. Gadis itu memasukkan bukunya kedalam laci. Ini adalah sisi baik dari Elsa. Kadang Gina kagum dengan sikap gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E R L A M B A T
Teen FictionMenjadi tim jurnalistik di sekolahnya. Elsa Juwita Adytama, sering di sebut-sebut sebagai biang gosip. Gadis aneh dengan banyak keunikan. Dia tidak seperti 3 sahabatnya. Elsa berbeda. Berawal dari sebuah ketidak sengajaan. Dirinya tengah memergoki...