Chapter 2

6 0 0
                                    

Reno mempercepat langkahnya ketika ia melihat Tania di taman dekat rumahnya. Tania yang tampak sedang duduk di atas ayunan sembari melihat handphone nya membuat Reno semakin penasaran.

Namun, ketika sudah di depan taman Reno menghentikkan langkahnya. Ia mengurungkan niatnya.

Akhirnya Reno memutuskan untuk tetap mengawasi Tania dari tempat ia berdiri saat ini.

"Masih saja bodoh, selalu saja duduk disitu. Ahhh!" Gumamnya frustasi.

Reno membalikkan tubuhnya dan mulai berjalan menjauh dari taman itu. "Dia memang bodoh, Reno. Tenang aja dia bisa menjaga dirinya sendiri" gumam Reno untuk meyakinkan dirinya sendiri.

"Argghh!" Teriak Reno frustasi.

Ia dengan cepat membalikkan tubuhnya kembali dan berlari kearah taman itu. Lagi-lagi Tan, sampai kapan gue harus berlari kearah lo?

Reno dengan cepat membuka jaketnya, lalu ia dengan cepat juga memakaikan jaketnya untuk Tania. "Hei bodoh, jangan duduk disini. Paling tidak, kalau mau keluar pakai jaket bisa?"

"Reno.." balas Tania.

Reno menutup matanya sejenak. Betapa ia tidak tahan mendengar namanya yang dipanggil seperti itu.

"Aku.." sebelum Tania menyelesaikan ucapannya, Reno dengan cepat menarik Tania untuk mendekat dan berkata, "Gue anterin pulang sekarang ya. Jangan ngomong, gue nggak mau dengar"

"Tapi aku mau bilang..." Reno tetap tidak menbiarkan Tania menyelesaikan ucapannya.

"Hari ini aja gue baik. Kalau lo ngomong sekarang gue benar-benar pergi."

"Listen to me. Reno" pinta Tania.

Reno akhirnya menyerah dan ia pun mulai memberikan respon kepada Tania. "Buruan"

Tania tersenyum lalu berkata, "Biarkan aku ketemu sama Rendy. Sekali ini saja"

Reno terdiam, namun ia memilih untuk tetap diam dan mendengarkan.

"Aku harus mengatakan sesuatu padanya."

"Apa yang mau lo sampaikan?" Tanya Reno dengan raut wajah yang begitu dingin.

"Aku sakit" Tania mengeluarkan air matanya.

"..."

"Kenapa Rendy meminta kamu datang, dan membuat kita menjadi sahabat? Kamu saudara kembarnya, Reno. Dan membuat aku bingung. Setidaknya ketika aku bertemu dengan dia, aku tidak akan bingung lagi"

"Lo sakit apa, Tan?" Tanya Reno tanpa menghiraukan ucapan Tania sebelumnya.

"Aku harus bersikap gimana ke kamu, Reno? Kamu sangat mirip dengan Rendy, dan terkadang hati aku berdebar"

"..." Tidak ada jawaban.

"Sikap kamu. Sangat mirip dengannya. Perlakuan kamu, dan juga cara kamu marah sama aku."

"Nggak adil buat aku, Reno. Kamu tahu kalau Rendy adalah cinta pertamaku"

Reno mendekat dan mulai mempersempit jarak antara dia dan Tania. Kemudian ia mengangkat dagu Tania pelan membuat Tania menatap matanya kali ini.

"Rendy cuma pengecut yang nggak akan bisa jujur dan berhadapan langsung sama lo. Lupakan dia"

Tania kembali meneteskan air matanya.

Reno dengan lembut menutup bibir Tania yang sudah setengah basah karena air matanya dengan bibirnya sendiri.

Rendy hanya pengecut bodoh, Tan.

WHO YOU LOVEWhere stories live. Discover now