Dari jarak dekat aku memandang pohon yang sudah aku targetkan sebagai tempat bersantai. Aku butuh sendiri, bukan bermaksud membatasi diri dari keramaian, namun aku membutuhkan ketenangan. Aku duduk bersila, tas yang semula tersampir disebelah bahuku diletakkan di atas pahaku. Aku mengeluarkan foto kedua orang tuaku. Foto itu yang yang selalu ku bawa sebagai pengingat.
Lembaran-lembaran masa lalu mulai terbuka. Hari ini tepat hari kedua orang tuaku pergi. Bukan pergi ke luar negeri ataupun luar kota, namun pergi ke tempat yang lebih tinggi. Di surga. Aku yakin itu.
Aku anak tunggal. Kami bukanlah orang asli Indonesia. Kedua orang tuaku berasal dari Portugal, tepatnya dari Fatima tempat terjadi penampakan Bunda kami. Keluarga kami adalah keluarga Katolik yang taat. Taat bukan berarti karena paksaan. Taat karena iman, taat dikarenakan cinta yang mendalam kepada Tuhan.
Namun aku tidak bisa menyematkan istilah itu untuk diriku sendiri, aku merasa berdosa terhadap Tuhan. Terkadang imanku selalu terombang ambing. Aku pernah menyangkal keberadaan Tuhan, secara langsung artinya aku nyaris seorang Atheis. Namun Bunda kami kembali menolongku.
Sebelum kematian ibuku, dia mengungkapkan hal yang sangat aku rindukan.
Ibuku menyaksikan Perawan Terberkati menampakan dirinya melalui mimpi ibuku. Ibuku bahkan tidak bisa mendeskripsikan kecantikan dan keindahan Bunda kami."Ibu melihat Maria di dalam sebuah ruang kaca. Ruang itu hanya berlapisi kaca tanpa ada bahan tambahan lainnya. Awalnya ibu melihat itu adalah patung. Saat itu ibu mengejarmu karena kau tahu sendiri kau begitu aktif dan nakal . Kau mengelilingi ruangan itu, ibu khawatir kau akan memecahkannya. Lalu kau terjatuh, disaat itulah ibu menghampirimu. Ibu tidak bermaksud memukul mu, ibu hanya ingin mencubit mu namun ada sepasang kaki bercahaya berdiri tepat di depanmu. Dia lah Bunda kita, Maria. Ibu melihat kecantikan dan keindahan wajahnya. Ibu tidak bisa mendeskripsikan bagaimana itu terjadi. Bentuk wajahnya yang bulat, bola mata nya berwarna biru laut yang bercahaya, memancarkan ketenangan disana. Anak rambutnya yang jatuh dan tertiup angin secara beraturan, Ia tidak mengenakan kerudung. Dia menunduk mengulurkan tangannya kepadamu, lalu kau menerima uluran tangannya dengan senang. Dia membawa mu pergi"
Aku tidak bisa berkata apa -apa. Aku terlalu syok.
"Kau anak Tuhan. Bunda selalu menyayangimu. Dia selalu melindungimu, nak. Jangan pernah mengecewakan Dia"
Itulah perkataan ibuku. Dan aku sangat berdosa. Seminggu setelah kematian ibuku, aku pergi ke Kapela. bertemu seorang pastor tua yang mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan dan melakukan pengakuan dosa. Buah dari pengakuanku, aku diberkati pencerahan sekaligus kesedihan akan penyesalan yang perih. Pastor tua yang memberiku sakramen pengakuan dosa benar-benar membuatku bertobat. Dia menunjukan aku arah menuju jalan Tuhan.
"Anakku, kau menyatakan imanmu telah mengkhianati Tuhan. Tanpa sepengetahuanmu, kau telah membentuk sebuah garis vertikal. Lalu, kau melakukan dosa dengan menjadi anak pembangkang bagi kedua orang tuamu. Hal itu membuat sebuah garis horizontal. Kau tahu artinya itu anakku?" Aku menggeleng.
"Jika kau menggabungkan kedua garis tersebut maka akan terbentuk Salib. Dan arti dari Salib itu adalah kau telah mengkhianati Salib Suci"
Itulah gambaran dan penjabaran yang diberikannya padaku. Hatiku sakit, perih, akan penyesalan mataku hampir menumpahkan air mata penyesalan. Namun ada yang tak ku pahami, kalimat terakhir pastor itu.
"Anakku, kau akan mengalami pencobaan, merasakan cinta yang membentang jarak yang sangat signifikan, merasakan sakit dan penderitaan, namun akhirnya kau yang akan membawa perubahan terhadap pandangan para pendosa akan kemuliaan Bunda kita. Karena mu, mereka kembali dalam lindungan Bunda kita. Karena Maria merupakan pengantara bagi jalan kita menuju Tuhan. Namun ingatlah satu hal anakku, karena kau, iblis akan kembali ke wujud aslinya"
Kalimat itu yang selalu terngiang-ngiang dalam kepalaku. Hal itu tidak menyakitkan namun menampakkan keindahan disana. Entah apa itu dan tidak aku pahami. Karena yang ku yakini hanya aku yang bisa memecahkan jawabannya. Dan kalimat itu yang mengawali kisahku kini dan masa yang akan datang kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mater Carissima
RomanceKerinduan. Itu menyakitkan. Namun indah bila terbalaskan. Kerinduan. Harapan akan cinta sejati. dan Kasih. Kerinduan. Tidaklah mudah. Kebaikan Selalu memiliki cobaan, tantangan Memiliki Kerinduan. Seringkali membuat hidup terombang-ambing. Berdosa. ...