Lembaran Hidup 2

35 12 0
                                    

Pace e Bene 

Banyak orang menghadapi kerumitan dalam mengatasi masalah mengenai hubungan antara iman dan rasio. Namun sebetulnya tidak ada masalah mengenai hubungan antara iman dan rasio, yang ada ialah masalah mengenai hubungan rasio dan gambaran serta rumusan iman. Selama iman masih dihayati sebagai hubungan pribadi dengan Tuhan, tidak ada masalah.

Penyelidikan metodis di semua bidangb ilmu jika dijalankan secara sungguh ilmiah, dan menurut kaidah-kaidah kesusilaan, tidak akan pernah sungguh bertentangan dengan iman, karena hal-hal profan dan pokok-pokok iman berasal dari Tuhan yang sama.

Tetapi kalau kita mulai berbicara mengenai iman, khususnya bila kita mulai mengungkap iman dalam bahasa ilmiah, timbullah banyak pertanyaan. Dan karena pertanyaan-pertanyaan itu, bisa terjadi bahwa kita tidak hanya meninggalkan iman kita, tetapi juga kepercayaan akan Tuhan sebagai dasar hidup, sampai menjadi ateis.

Lalu apa itu 'ateisme'?

Istilah "ateisme" menunjuk kepada gejala-gejala yang sangat berbeda satu dengan lainnya. sebab ada sekelompok orang yang jelas-jelas mengingkari Tuhan, ada juga yang beranggapan bahwa manusia sama sekali tidak dapat mengatakan apa-apa tentang Dia. Adapula yang menyelidiki persoalan tentang Tuhan dengan metode sedemikian rupa, sehingga masalah itu nampak kehilangan makna. Banyak orang secara tidak wajar melampaui batas-batas ilmu-ilmu positif, dengan berusaha keras menjelaskan sesuatu dengan cara yang melulu ilmiah itu, atau sebaliknya sudah sama sekali tidak menerima adanya kebenaran yang mutlak lagi. Ada yang menjunjung manusia sedemikian rupa, sehingga iman akan Tuhan seolah-olah lemah, tak berdaya, sehingga hasil khayalan yang mereka tolak itu memang sama sekali bukan Tuhan menurut Kitab Suci. Dan semua itu dikarenakan manusia berpikir tidak dalam keadaan secara Rahmat. Pemikiran tentang Tuhan, tidaklah boleh disalah artikan secara ilmiah, prinsip dari pengetahuan akan Tuhan adalah berpikir secara Rahmat.

Karena pemikiran manusia sendiri bersumber dari otak, dan otak adalah anugerah Tuhan yang istimea bagi manusia. Bukan sekedar otak yang menjadi istimea, tetapi hati nurani pun termasuk didalam keistimeaan itu sendiri. 

Orang lain bahkan mengajukan pertanyaan tentang Tuhan pun tidak. Sebab rupa-rupanya mereka tidak dapat merasakan soal-soal keagamaan, atau tidak juga melihat mengapa masih perlu memperdulikan agama. Selain itu ateisme tidak jarang timbul atau dari sikap memprotes keras kejahatan yang berkecamuk di dunia, atau karena secara tidak masuk akal mengklaim sifat mutlak dikenakan pada nilai-nilai manusia tertentu, sehingga nilai-nilai itu sudah dianggap menggantikan Tuhan. Peradaban zaman sekarang pun, bukannya dari diri sendiri, melainkan karena terlalu erat terjalin dengan hal-hal duniawi, acap kali lebih mempersulit orang mendekati Tuhan.

Dalam keprihatin kaum Katolik, Gereja berusaha menggali sebab musababnya yang terselubung, mengapa dalam pemikiran kaum ateis Tuhan diingkari. Karena menyadari beratnya masalah yang ditimbulkan oleh ateisme, dan terdorong oleh cinta kasih terhadap semua orang, Gereja berpandangan, bahwa soal-soal itu perlu diselidiki secara serius dan lebih mendalam. Ateisme bukan pertama-tama masalah politik, melainkan hati nurani dan pengalaman hidup. Maka Gereja juga menyesalkan diskriminasi antara kaum beriman dan kaum tak beriman, yang secara tidak adil diberlakukan oleh beberapa pemimpin negara, yang tidak mengakui hak-hak pribadi manusia.

Gereja yakin bahwa setiap orang bagi dirinya sendiri tetap menjadi masalah yang tak terselesaikan, ditangkap samar-samar. Sebab pada saat-saat tertentu, terutama pada peristiwa- peristiwa hidup yang agak penting, tidak seorang pun mampu menghindari sama sekali pertanyaan semacam itu. Persoalan semacam itu hanya Tuhan saja yang dapat menjawab sepenuhnya dengan sepasti-pastinya, Dia yang memanggil manusia ke arah pemikiran yang lebih mendalam dan penyelidikan yang lebih rendah hati.

Mater CarissimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang