Chapter 28

10.4K 245 0
                                    

Setelah cukup lama berenang, akhirnya kedua orang itu naik ke atas dengan memakai kimono handuk yang telah disediakan didekat gazebo kecil disamping kolam.

Memilih masuk ke kamar masing-masing untuk berganti pakaian. Di kamarnya, Devlin menjatuhkan pilihannya pada Spaghetti-Strap Jumpsuit. Rambut cokelat bergelombangnya dibiarkan tergerai.

Usai merias natural wajahnya, Devlin memakai sepatu kets putih lalu melangkah keluar kamar menuju kamar Justin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Usai merias natural wajahnya, Devlin memakai sepatu kets putih lalu melangkah keluar kamar menuju kamar Justin. Saat di kolam tadi, lelaki itu mengajaknya keluar untuk mencari udara segar-- ehm tidak, lebih tepatnya berjalan-jalan.

Kesempatan untuk berdua memang selalu ada, tapi tidak dengan pada waktu informal seperti saat ini. Devlin sudah menanti hal itu akan terjadi. Sekarang ia sudah siap, tinggal menunggu lelaki itu. Hari ini Devlin memilih untuk tidak membawa tas kecuali ponsel yang akan ia simpan di saku jumpsuit.

Tanpa mengetuk pintu Devlin menyelonong masuk kedalam kamar Justin. Kamar dengan desain khas laki-laki dan aroma maskulin. Rumah 'mereka' yang saat ini di tempati adalah arsitektur atas kesepakatan antara ia dengan Justin. Sebab itulah mengapa Devlin menyebutnya rumah kita.

Ia menemukan Justin baru saja keluar dari kamar mandi, hanya memakai celana jeans dan bertelanjang dada. Devlin mengerjapkan matanya beberapa kali lalu tersenyum salah tingkah.

Meskipun sudah sering menemukan Justin topless, sejujurnya Devlin terkadang malu. Bagaimana tidak malu jika tubuh kekar dengan lengan berotot disertai perut kotak-kotak itu sungguh menggoda membuatnya tidak ingin siapapun melihat tubuh lelaki itu.

Di dunia ini, hanya Devlin Hellary saja yang boleh melihat dan menyentuh tubuh Justin Hiflager. Tidak boleh yang lain. Itu sudah menjadi kehendaknya.

Lelaki itu belum menyadari keberadaannya. Devlin bersandar di dinding dekat pintu dan melihat gerak-gerik Justin dalam diam. Dari belakang, Devlin dapat melihat jelas bentuk punggung lebar dengan sebuah tatto. Ugh, pasti sangat nyaman memeluk Justin dari belakang, biar terasa romantis.

"Pakaian yang tepat." ujar Devlin ketika Justin melapisi kaus polo dengan kemeja hitam pada tubuhnya.

Mendengar suara itu, Justin menoleh dan tersenyum. Sembari mengancingkan kemejanya, ia berjalan mendekati gadis itu dan berhenti tepat didepannya.

"Tidak sopan memasuki kamar orang lain tanpa mengetuk pintu dulu." bisiknya dengan suara rendah tanpa melunturkan senyuman.

Devlin mendengus pelan lalu mengambil alih mengancingkan kemeja lelaki itu. Dengan iseng gadis berambut cokelat tersebut membuka kancing atasnya dan mulai mencium dada lelaki itu.

Melihat betapa nakalnya nona muda itu membuat Justin menggeram menahan sesuatu dibawahnya yang mulai mengeras. Setiap sentuhan dan bibir gadis itu membuatnya terlena.

Sedangkan Devlin tahu keisengannya membangkitkan gairah lelaki itu. Devlin tidak tahu sejak kapan ia mulai bersikap seperti wanita liar. Tapi lelaki didepannya tidak bisa dilewatkan begitu saja.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang