Bab 2

25 3 1
                                    

Bandung, Indonesia

Pagi ini, Muna baru saja sampai di Indonesia. Dan, kini ia sudah sampai di halaman rumahnya. Jujur saja, ia benar-benar merindukan Bandung. Kota kelahirannya.

Ayah dan Ibu sudah masuk ke rumah. Muna masih terpaku dengan pesona kota Bandung. Ia menghirup udara sejuk pagi itu. Lalu, menghembuskannya pelan. Muna beralih ke halaman rumahnya. Masih sama seperti tiga tahun yang lalu.

Muna pun berjalan masuk ke rumah. Menyusul Ayah dan Ibunya.

" Assalamu'alaikum. " salam Muna. Terdengar suara seseorang dari arah dapur. Bukan Ayah, bukan pula Ibu.

Siapa?

" Nenek!! " pekik Muna ketika Nenek baru saja keluar dari dapur. Menghampiri Muna.

" Nenek, Muna kangen, " Muna memeluk erat Nenek. Nenek pun membalasnya.

" Nenek juga kangen sama cucu Nenek. " Muna tersenyum. Namun, ia teringat satu hal.

" Bukannya Nenek tinggal di Bekasi sama kak Ferro dan kak Sinta? " tanya Muna. Nenek mengangguk.

" Terus, Nenek kok bisa di sini? " lanjut Muna.

" Nenek, kak Ferro, dan kak Sinta sepakat nunggu kalian di sini setelah mendengar kabar kalau kalian akan kembali ke Indonesia. " jelas Nenek.

" Lalu, kak Ferro dan kak Sinta kemana? " baru saja ia bertanya, terlihat Ferro dan Sinta keluar dari kamar Ayah dan Ibu.

" Kak Ferro!! Kak Sinta!! " teriak Muna. Ia memeluk keduanya.

" Wah, Muna udah tambah dewasa, ya. " sahut Sinta.

" Iya, ya. Senang di Korea? " tanya Ferro. Muna mengangguk antusias.

" Kapan-kapan kamu ceritain ke kakak ya pengalamanmu di sana, " ujar Ferro.

" Kakak juga lah, " sambung Sinta. Sinta adalah adik dari Ayah. Dan, Sinta menikah dengan Ferro. Seharusnya, Muna memanggil mereka berdua dengan sebutan 'om-tante'. Tapi, Ferro dan Sinta lebih memilih dipanggil 'kakak'. Katanya, agar tidak kelihatan terlalu tua.

" Nenek ke dapur dulu ya. Mau buat kue. " kata Nenek. Muna menggangguk. Nenek pun meninggalkan mereka bertiga. Muna kembali melepas kerinduannya.

" Kak, kakak tambah gendutan ya, " kata Muna ketika melihat Sinta. Sinta menatap Ferro. Mereka berdua tersenyum.

" Sebentar lagi kamu bakal punya keponakan. " ucap Ferro. Muna tersentak.

" Keponakan?! Kak Sinta hamil?! " pekik Muna. Sinta mengangguk.

" Astaga, kak Sinta. Selamat ya, kak! " Muna memeluk Sinta erat. Sinta membalas pelukan Muna dan tersenyum.

" Kakak jahat banget, sih nggak kasih tau Muna, " Muna pura-pura memasang raut wajah cemberut. Ferro dan Sinta tertawa.

" Awalnya, kita mau bilangin kamu. Tapi, setelah dapat kabar kalau kamu mau pulang ke sini, ya kita sepakat buat surprise. " jelas Ferro.

" Ih, pakai acara surprise segala! " tukas Muna cepat. Ferro dan Sinta tertawa.

" Udah-udah. Kamu segera istirahat. Baru aja sampai udah banyak omong. " kata Sinta. Muna menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

" Ya udah. Kakak mau bantuin Ayah Ibumu beres-beres. " pinta Sinta.

" Aku beres-beres nanti aja ya, kak, " gumam Muna.

" Iya, kamu istirahat aja dulu. " Ferro mengambil sepiring kue di dapur, lalu memberikannya ke Muna.

" Nih, kue buatan nenek. " ucap Ferro. Muna pun menerima kue itu.

" Aku jamin kamu bakal ketagihan, Muna. " sahut Sinta sambil terkekeh. Muna hanya mendengus menanggapi candaan kakak-kakaknya itu. Ia pun duduk di sofa depan televisi. Memakan sepotong kue buatan nenek.

Tiba-tiba, Muna teringat sesuatu. Ia merogoh handphone di saku bajunya. Mencari kontak Ha Na. Dan, melakukan panggilan video.

" Ha Na-ya. " panggil Muna.

" Muna-ya. Kau sudah sampai? " tanya Ha Na di seberang sana. Muna mengangguk.

" Kau tahu, Jonghun Oppa memarahiku ketika ku sampaikan salam kepergianmu. " jelas Ha Na. Muna terkekeh.

" Katakan kepadanya, dia tak perlu semarah itu. " kata Muna. Tiba-tiba, muncul wajah Jonghun.

" Jonghun Oppa!! " teriak Muna terkejut. Jonghun terlihat sangat marah.

" Apa-apaan kau, Muna-ya?! Kau membuatku benar-benar tersiksa. " ucapan Jonghun itu seketika membuat Muna tertawa.

" Kau selalu saja begitu, Oppa. " Muna terkekeh.

" Kau bilang, aku tak perlu semarah itu? Bagaimana aku tak marah jika kau pergi tak berpamitan denganku? " Jonghun menghela napas kasar. Melihatnya, Muna menjadi tak enak hati.

" Mianhae, Oppa. Aku tak bermaksud seperti itu, " Muna menundukkan kepalanya. Membuat Ha Na dan Jonghun tersenyum.

" Tak apa, Muna-ya. Tapi, kau harus berjanji bahwa kau akan kembali lagi ke sini. " pinta Jonghun. Muna tersenyum, lalu mengangguk.

" Aku pasti akan menemuimu, Oppa. " ucap Muna yakin. Jonghun dan Ha Na tersenyum penuh arti.

" Arraseo, Ha Na-ya, Oppa. Ku matikan panggilannya. Aku harus menyelesaikan banyak hal, " pamit Muna. Mereka berdua mengangguk.

" Bye, Ha Na, Oppa. " Muna melambaikan tangannya ke arah handphone-nya. Jonghun dan Ha Na pun membalas lambaian tangannya. Dan, setelah itu panggilan video berakhir.

Muna pun kembali asyik menikmati kue buatan neneknya. Ia menoleh ke arah belakang. Terlihat Ayah sudah rapi dengan pakaian kantornya.

" Ayah, Ayah mau kemana? " tanya Muna sambil mengunyah kuenya.

" Ayah harus pergi ke kantor, sayang. Dan, setelah itu mengurus kepindahanmu. " jawab Ayah seraya mengelus lembut rambut panjang Muna.

" Tapi, kita kan baru saja sampai. Beristirahatlah dulu, Ayah. " Muna mulai khawatir. Muna sangat menyayangi Ayah. Memang, Muna lebih akrab bersama Ayah daripada Ibu. Ia akan selalu takut jika Ayah pergi keluar rumah walapun hanya untuk ke kantornya.

" Nggak papa, sayang. Hanya sebentar. " ucap Ayah mencium kedua pipi Muna.

" Ayah berangkat ya, kamu baik-baik di rumah. " pamit Ayah. Muna mengangguk.

" Hati-hati, Yah. " pesan Muna. Ayah tersenyum. Ayah pun menghilang di balik pintu.

Muna beranjak pergi ke kamarnya. Membereskan semua barang-barangnya. Ia menatap sekilas kamarnya. Kamar yang masih sama setelah tiga tahun yang lalu ia tinggalkan.

" Muna!! " panggil Ibu.

" Iya, Bu. " jawab Muna. Ia mulai menata baju-bajunya di lemari.

" Segera selesaikan kegiatanmu. Kita akan makan bersama setelah Ayah pulang. " jelas Ibu.

" Iya, Bu. "

Muna bergegas menbereskan semuanya. Merapikan kamarnya. Setelah selesai, Muna segera menyusul Ibu ke ruang makan. Muna sudah kembali ke tanah kelahirannya. Berkumpul bersama keluarga kecilnya. Dan, ia akan membuka lembar kehidupan baru.

Muna tersenyum. Ia berdoa dalam hati, semoga Tuhan akan selalu menggariskan cerita bahagia dalam hidupnya.

~~~

Hai kawan! Senyum Mentari update lagi nih. Muna udah kembali ke Indonesia. Bertemu Nenek, kak Ferro, dan kak Sinta. Bagaimana kisah yang akan Muna jalani di sekolah barunya? Siapa ya teman-teman barunya? Tunggu kelanjutannya ya, guys.

Jangan lupa vote and comment ya.

Thanks,
Amel😊

Senyum MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang