Chapter 2 : Sunday Lovely

141 12 15
                                    

Akhir pekan saatnya menghabiskan waktu libur yang hanya satu hari dengan beristirahat di rumah. Entahlah hari minggu ini rasanya aku hanya ingin merebahkan tubuh di kasur atau di sofa rumah. Setelah beberapa hari kemarin kedapatan lembur yang melelahkan rasanya tidak salah aku menghabiskan waktu untuk bermalas-malasan hari ini.

Pagi menjelang siang matahari sudah terik mengingat bulan ini sudah masuk musim panas. Sebuah cola untuk menyegarkan kerongkongan sudah ku buka dan ku minum. Aku medudukkan tubuhku di sofa ruang tengah rumahku. Dan menyalakan televisi yang sudah hampir seminggu ini aku abaikan kehadirannya.

Drrt… Drrt…

Ponsel hitamku bergetar diatas meja menandakan telepon masuk. Aku segera mengambilnya dan mengangkatnya yang sebelumnya kulihat panggilan dari pamanku dari Ulsan.

yeoboseyo, samchon!” sapaku terlebih dahulu.

“eoh, yeoboseyo Jimin-ah. Hari ini kau ada dirumah kah?"

Aku mengangguk meski paman Jooho tidak mengetahuinya. “tentu, ada apa?”

aku sedang diperjalanan menuju rumahmu. Aku titip Naeun padamu bisa, kan? Nanti malam ku jemput Naeun. Mama-nya sedang ada di luar kota aku ada keperluan mendadak. Tak apa kan?” ucapnya panjang lebar. Mendengarnya aku senang karena bisa menghabiskan waktuku bersama sepupu bule-ku itu. aku sudah lama tidak bertemu dengannya.

“tentu, samchon. Aku tunggu dirumah kalau begitu. Sampai bertemu dirumah, Naeun-ie!” ucapku bersemangat kemudian mengakhiri sambungan telepon.
Sekitar setengah jam menunggu suara mobil berhenti di depan gerbang rumahku terdengar menandakan paman Jooho dan anak perempuannya sampai di depan rumahku. Aku segera menemuinya dan betapa menggemaskannya gadis kecil itu.

“Jimin oppa!” serunya sembari berlari ke arahku.

annyeong Naeun-ie!” ia menyerangku dengan pelukannya.

“aku merindukan Jimin oppa.” Ujarnya dengan cara yang menggemaskan. Aku tak kuasa untuk tidak mencubit pipinya. Aku menggendongnya dan sedikit bercanda pada gadis cantik nan pintar ini.

Ayah Naeun mendekati kami dan memberikan sebuah tas yang kuyakini milik Naeun.

“disini ada beberapa baju ganti dan makanan kesukaan Naeun. Aku percayakan Naeun padamu, Jimin-ah. Naeun-ie, jangan rewel dan jangan merepotkan Jimin oppa ya? Naeun harus baik dan nurut pada Jimin oppa, arraseo?” ucap ayah Naeun dan di angguki oleh sang anak. “aku harus segera pergi, Jim. Nanti malam sekitar jam delapan aku jemput Naeun.” Lanjutnya kemudian berpamitan untuk undur diri. Sepeninggal ayah Naeun, kami berdua memasuki rumah. Gadis kecil itu tampak bahagia meski dirumahku tidak punya mainan untuk anak kecil.

“naeun mau main? Tapi oppa tidak punya mainan.” Kataku sembari mendekatinya yang sudah duduk di depan televisi. Gadis itu memencet tombol remote televisi, memindahkan channel secara acak. Mungkin mencari channel yang menayangkan acara kartun favoritnya.

“tidak apa oppa. Naeun bawa mainan di tas!” ucapnya kemudian beranjak untuk mengambil sesuatu di dalam tasnya.

“kalau jalan-jalan Naeun mau ikut tidak?”

“jalan-jalan? Naeun mau!” pekiknya girang. Aku sudah tau pasti gadis kecil ini mau jika diajak pergi jalan jalan.

“naeun-ie mau jalan-jalan ke mana?” tanyaku sembari mengelus rambut panjang terurainya.

“ke taman bermain di mall! Naeun suka main disana.”

“baiklah, tapi kita pergi dengan bus tak apa ya?” gadis itu sedikit berpikir kemudian mengangguk dan tersenyum. Yeah sebagai seorang anak rantau memiliki sebuah rumah saja sudah sangat bersyukur. Setidaknya aku sedang menabung untuk memiliki kendaraan pribadi seperti mobil.

Crush On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang