Permohonan Maaf Pada Masa Lalu

350 62 0
                                    

*note: Putar video lagu di atas

"But the blood on my hands, scares me to death, maybe i'm waking up
today
i'll be good, i'll be good
And i
love the world like ike i should
I'll be good
i'll be good
For all of the time
i never could." 

- "I'll be good", James Young

================================

POV Vlado

Hari ini, 11 Juli. Sebuah hari peringatan, untuk mengingat para manusia yang sudah dibantai oleh orang-orang yang berasal dari bangsaku. Mengingat itu nembuatku benci diriku sendiri. Aku ini pembunuh, ya pembunuh.

Sofia dan Karim tak pernah menceritakannya pada kalian tapi itulah kenyataannya. Aku, penyebab kematian beberapa orang yang pernah kusebut sebagai teman dan musuh.

Ketika aku mengingat kejadian itu, itu membuatku makin membenci diriku sendiri. Aku ini tidak pantas untuk hidup. Seharusnya aku sudah berada di dalam peti mati dan dikubur.

Kalau bukan karena keberadaan Karim dan Sofia yang memaafkan dan menerima serta berusaha menuntunku untuk menjadi seorang manusia yang lebih baik, aku pasti sudah membunuh diriku sendiri. Rasa bersalah ini terlalu berat untuk ditanggung.

Mereka bilang itu bukan salahku. Kematian mereka ketika kami memasuki ladang ranjau karena aku mengejar-ngejar Karim, Sofia dan teman-temannya bersama komplotanku dengan niat untuk menghabisi mereka adalah unsur ketidaksengajaan tapi itu bukanlah sebuah ketidaksengajaan.

Kalau saja pada saat itu aku lebih toleran, kalau saja pada saat itu aku bukan seorang pembenci. Mereka tidak berbuat salah ataupun menyakiti kami, mereka tidak memulai perkara duluan namun akulah yang memulainya dan pada akhirnya, akulah yang menanggung akibatnya.

Berkali-kali aku mendatangi Gereja Orthodoks yang ada di kota ini dan melakukan pengakuan dosa pada pendeta namun rasanya tetap sama.
Aku tak merasa tuhan mengampuni dosa-dosaku karena aku tahu bahwa beban dosaku terlalu berat. Bagaimana mungkin seseorang yang pada saat itu masih merupakan seorang anak kecil membunuh? Tapi itulah kenyataannya. Layaknya seorang Tiran yang mengejar buronan bersama tentaranya hanya untuk menangkap dan menyiksa buronannya yang merupakan warga tak bersalah, begitulah perlakuanku pada anak-anak muslim yang dalam pikiranku merupakan musuh yang harus aku basmi saat aku masih tinggal di desaku di Bosnia sana.

Aku dibutakan oleh fanatisme akan bangsaku sendiri, aku dibutakan oleh mereka-mereka yang dengan bangganya berbuat semena-mena kepada manusia lainnya untuk membuat golongannya terlihat hebat yang pada kenyataannya merupakan aib dan penyakit yang membuat umat manusia menjadi tidak lebih seperti binatang.

Malam ini, aku mendatangi seorang Pendeta di Gereja Orthodox di kota ini setelah membuat janji temu dengannya. Aku bertemu untuk melakukan pengakuan dosa dan melakukan konseling padanya namun, hasilnya masih sama. Aku tidak mendapat ketenangan sehingga harus pulang dengan keadaan batinku yang bergejolak.

Di dalam kamarku di kosan juga seperti itu, aku tidak bisa tidur. Masa laluku terus menghantuiku mengirimiku cuplikan demi cuplikan dari kejadian di mana aku menjadi pemicu kematian mereka. Cuplikan kematian mereka yang mengenaskan karena bagian tubuh mereka terpental ke sana-sini menjadi serpihan kecil, bau darah mereka yang menguap di udara yang menyengat hidung, terlebih lagi raut wajah mereka yang ketika bagian atas tubuh mereka yang terpisah dari bagian bawahnya tergeletak di depan tempat aku berdiri dan isinya berceceran kemana-mana ketika itu.

Tuhan kenapa kau tidak mengambil nyawaku saja! Ambilah nyawaku dan masukan aku ke neraka! Untuk apa aku hidup sedangkan kesalahanku tidak akan pernah bisa kutebus?! Mereka bilang Engkau adalah pengampun namun kenapa aku merasa Engkau belum mengampuniku?! Apa tanda-tandanya engkau mengampuniku, apa?!

Antara Darah dan Hati (Open PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang