Chapter 29

9K 209 1
                                    

Di dunia ini, banyak sekali hal yang menyenangkan dan menyedihkan. Bagi Victoria, hal yang menyenangkan adalah mencintai dan hal yang menyedihkan adalah ditinggalkan.

Tidak perlu diberitahu, Victoria sangat paham. Setiap orang memiliki perasaan, tapi apa salahnya jika perasaannya kepada Virgo tidak akan pernah berubah?

Banyak orang dengan mudahnya mengatakan untuk berhenti berharap kepada seseorang yang tidak bisa dimiliki, namun tidak pernah sekalipun merasakan bagaimana posisinya.

Antara memilih untuk melepaskan dan mempertahankan, Victoria tidak bisa memilih keduanya. Dua hal itu adalah hal menyedihkan untuk dipilih. Dan pada akhirnya? Perasaannya sendiri yang terombang-ambing.

Dan tiba-tiba saja, satu-satunya musuhnya mengatakan untuk berhenti mengharapkan cintanya? Tentu saja ia marah. Orang lain tidak akan pernah memahaminya.

Ia mendorong pundak Devlin hingga gadis itu mundur beberapa langkah. "Tutup saja mulutmu! Kau tidak punya hak melarangku untuk mengharapkan Virgo meskipun aku tahu dia tidak mungkin bersamaku. Itu lebih baik daripada aku melihat dia bersamamu!"

Amarahnya meluap-luap. Devlin menghela napas panjang. Temannya itu sangat keras kepala, dia tidak akan mendengarkannya. Padahal Devlin sudah memberi peringatan. Harusnya ada sesuatu yang bisa membuat Victoria down.

Arah pandangan mata Victoria menurun pada lehernya. Ia memperhatikan kalung yang dipakai Devlin dengan intens. Sekilas bayangan-bayangan memenuhi kepalanya dan tangannya mengepal. Ia pernah melihat Virgo di toko perhiasan, ternyata membeli untuk Devlin?

Devlin tersenyum. Ia menunduk sebentar lalu memegang kalung tersebut. "Sepertinya harapanmu tidak akan terkabul, Vic. Kau tahu? Sebelum Virgo pergi ke Swedia, dia memberiku kalung ini. Sangat cantik, ya?"

Tangan Victoria terkepal. Menatap kalung itu dengan marah. "Dimana kau bertemu dengannya?!" tanyanya tajam.

Diam beberapa detik, Devlin mengangkat bahu. "Di Carson City. Kebetulan sekali aku dan dia berada kota yang sama. Ah, atau ini takdir ya? Kuharap sih--"

"Itu hanya kebetulan!" potong Victoria tajam.

"Di dunia ini tidak ada namanya kebetulan, Vic." ucap Devlin datar. Ia mundur beberapa langkah, menghindari beberapa orang yang berlalu lalang disekitarnya. "Aku sudah memperingatimu. Kalau kau terus berharap kepada Virgo, kau akan terluka.."

"Tahun depan Virgo akan melamarku." Lanjut Devlin dengan raut wajah serius.

Bagai petir yang menyambar di siang bolong, Victoria melemas. Ekspresi tidak percayanya perlahan memudar seiring memperhatikan wajah Devlin yang sama sekali tidak menampilkan candaan.

Gadis berambut merah itu memegang pundak Devlin dan menatapnya nyalang. "Kau pasti berbohong! Virgo tidak mungkin-"

"Itu mungkin." Devlin memotong ucapannya. Ia tersenyum tipis. Pelan-pelan menurunkan tangan Victoria pada pundaknya. "Terima kenyataan saja."

Victoria menggelengkan kepalanya. Bersikeras menepiskan rasa ketidakpercayaan dirinya yang tiba-tiba menurun. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. "Bagaimana dengan pengawalmu? Sepertinya kalian mempunyai sebuah hubungan khusus. Benar 'kan?"

"Benar." sahutnya santai. "Aku punya hubungan khusus dengannya, bukan sekedar pengawal saja. Tapi itu tidak masalah. Virgo mengatakan padaku kalau dia menerima diriku apa adanya."

Sebenarnya, Devlin hanya mengarang saja. Semua yang dikatakannya semata-mata untuk membuat Victoria berhenti mengharapkan seseorang yang tidak bisa dimiliki. Lagipula Virgo sudah mengatakan semua padanya, mengenai kesalahpahaman antara Virgo dengan Victoria. Juga mengenai alasan pria itu memilih menetap di Swedia bersama ayahnya. Bukan karena alasan apapun, tapi Devlin sejujurnya peduli dengan Victoria, tak masalah jika gadis itu membencinya.

The Baby Boss With Hot Bodyguard #BOOK1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang