❛ 🈀۪۪̥•─ P R O L O G

19 4 1
                                    

Sabtu, New zealand
10:00 pm

"Ah lelah nya..."

Ucap gadis itu yang tengah merenggangkan jari jari nya. Lalu ia mengambil selembar foto yang tersimpan di halaman spesial buku itu.

"Hai gerhana ku, apa kabar? 10 tahun sudah kita berpisah. Apa kamu masih ingat dengan bulan mu ini? Maaf sudah ku ingkari janji kita dulu. Maaf telah pergi tanpa pamit kepadamu. Aku merindukan mu, bulan ini merindukan gerhana nya...."

Perlahan suara gadis itu mulai serak, dan tetesan air mata muncul di detik setelah nya.
Gadis itu benar benar merindukan sosok itu, sangat rindu. Perlahan jari nya yang mungil mulai mengelus foto lama itu.

Setelah larut akan kerinduannya pada sang gerhana, dengan cepat gadis itu menghapus air mata yang mulai membasahi punggung tangannya.

"Udah malam, waktunya tidur. Selamat malam gerhana ku"

Meletakkan kembali foto tersebut ke dalam halaman buku itu dan menutup nya. Di letakannya buku diary itu di laci meja dekat kasur nya. Lalu perlahan ia menutup mata, dan berharap ia akan bertemu gerhananya di alam bawah sadarnya.

***

Senin, Indonesia
06:00 am

"Sayang bangun dong, harus berangkat sekolah kan hm?"

Ucap perempuan paruh baya itu sambil mengelus wajah putra nya agar dirinya terbangun.

"Iya bun"

Balas laki laki tersebut dengan suara serak khas orang baru bangun tidur. Merenggangkan otot tangan nya dan mengerjapkan mata berulang kali.

"Bunda tunggu di bawah ya nak"

Wanita paruh baya itu keluar dengan senyuman manisnya ke sang putra.

Setelah siap dengan pakaian sekolah nya. Alfaro, pria itu melangkahkan kaki ke ruang makan dimana orang tua dan adiknya sudah menunggu nya.

"Eh anak ganteng bunda udh turun, ayo sini makan"

"Idih ganteng apanya pacar aja abang gak punya" Cibir seorang gadis yang tengah menyantap sarapan yang di buat oleh sang bunda.

"Jangan salah, banyak yang ngantri sama abang, kamu jangan sok tau"

"Trus kenapa abang gak pacaran? Masih mau nungguin kaka yang di foto itu? Emang kapan kaka itu kesini? Aku juga mau kenalan"

Seketika hening. Alfaro tidak bisa menjawab pertanyaan adik nya itu. Ia juga tidak tahu kapan gadisnya itu akan kembali, atau tak akan pernah kembali. Ada rasa rindu di hati nya tetapi rasa itu tersingkirkan oleh rasa benci yang lebih besar dari rindunya. Entahlah mengapa ia sangat membenci gadis nya itu.

***

"Dulu kita membuat janji"

"Janji sepasang anak kecil"

"Janji manis yang bermakna"

"Yang membuat aku"

"Dan kamu serindu ini"

"Hidup bersama dan menikah"

"Dengan..."

"Menara eiffel sebagai saksi nya"

Ucap kedua orang itu bersamaan. Padahal jarak dan dan waktu memutuskan mereka.

Sambil mendongak ke atas, menikmati sejuknya angin malam. Dan langit yang di hiasi oleh para bintang.

Tak ada bulan, maupun gerhana di atas langit tersebut. Hanya terdapat beberapa bintang yang seolah memberikan mereka berdua pesan rindu.

Hana DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang