Harga Pertama

579 11 1
                                    

Payton's POV

Hari ini tanggal 23 November 1997 aku melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia masih sangat merah dan lemah. Kukira ia tidak akan hidup, karena 3 menit setelah ia keluar dari perutku ia belum juga menangis dan tak ada nafas yang keluar dari hidung mungilnya. Namun 4 menit telah berlalu, akhirnya tarikan nafas pertamanya datang dan membawa rasa gelisahku pergi jauh-jauh, karena ia hidup. Ayahnya, Jakko sedang berada diluar kota untuk mengurus ibunya yang sedang sakit. Aku sedih, bagaimana tidak?, setiap wanita pasti menginginkan suaminya berada disampingnya saat ia sedang melahirkan. Tapi tidak apa-apa, keadaan memang sudah sangat mendesak.

Aku ingat beberapa hari yang lalu ada 15 orang wanita dan 4 orang pria berpakaian rapi datang menemuiku. Mereka membicarakan tentang harga pertama dari suatu kehidupan terpilih. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, dan apa hubungannya denganku. Tak berapa lama kemudian salah satu dari 15 wanita itu bertanya padaku "Untuk penjaganya, kau bisa pilih antara angka 1-4, pilihlah salah satu angka tersebut dari hatimu". Aku masih bingung apa maksud dari pertanyaannya itu, tapi aku akan memilih angkanya dan menjawab pertanyaannya. "1" kujawab pertanyaannya dari pilihan hatiku. Lalu salah seorang pria berkaos hitam dari 4 pria tadi menghampiriku dan berkata "Bagaimana dengan Harga Pertama?, penderitaan atau pengorbanan?". Aku jadi semakin bingung. Karena aku masih tak mengerti dengan keadaannya, aku tak menjawabnya dan pergi masuk kedalam rumahku. "Kuanggap itu dengan pilihanmu, no 1, yaitu dengan penderitaan. Selamat menjalani kehidupan" kudengar suara teriakkan pria itu yang berasal dari luar rumahku. Aku tidak mengerti apa artinya itu, aku tidak akan membebani pikiranku dengan kejadian tersebut. Aku tidak menganggap kejadian itu dengan serius. Lagipula saat itu aku sedang hamil, aku tidak boleh stress.

Aku belum memberikan bayiku yang sedang kugendong ini sebuah nama. Aku akan memberikannya nama saat Jakko pulang dan datang menemui bayi laki-lakiku ini secara langsung. Kuharap Jack akan segera pulang. Keesokkan harinya Jakko datang dan ia mengungkapkan perasaan bahagia dan harunya kepadaku. Jakko memintaku untuk menentukan nama depannya. Karena mengingat kejadian beberapa hari yang lalu, aku jadi teringat tentang kata-kata penderitaan. Aku harus memberikan nama yang pas untuknya, agar ia kuat, percaya, dan tak mudah menyerah dari masalah dan penderitaan. Aku akan menamainya dengan nama Faith. Aku menyisipkan nama tengahku kepadanya. Jakko memilih nama Alden dan menurunkan nama belakangnya kepada Faith.

Ia sudah berumur 3 bulan didunia ini. Aku melihat perkembangan tubuhnya. Aku sangat senang ia bisa tumbuh dan berkembang secara sehat. Aku tidak mau kehilangannya. Aku akan menjaganya sekuat tenagaku. Mungkin aku akan sedikit agak overprotective kepada Faith, mengingat 1 minggu yang lalu Faith hampir diculik segerombolan orang. Sudah 2 kali Faith hampir diculik. Akhir-akhir ini memang sedang marak penculikkan bayi. Tak akan kubiarkan Faith diculik, aku akan selalu menjaganya.

Hari ini aku membawanya pergi kerumah kakakku yang juga mempunyai bayi berumur 1 bulan. Kakakku Amy baru saja melahirkan anak keduanya yaitu Nicole. Bayi perempuan lucu ini sangat menggemaskan. Nicole Tatum Abbey nama panjangnya. Kakak Nicole, Samantha Jasmine Abbey sangat senang akan kehadiran adiknya. Dua bersaudara ini terlihat sangat lucu walaupun mereka masih sangat kecil. Meskipun Sam berbeda 2 tahun dari adiknya, ia sangat menyayanginya dan sering mengajak Nicole mengobrol. Sam juga senang melihat aku membawa Faith kemari. Sam bilang adik bayi memang menggemaskan. Saat aku berada dirumah kakakku, Amy, Faith hampir jatuh dari tempat tidur Sam yang lumayan tinggi. Untungnya aku bisa menangkapnya.

Sepulang dari Rumah Kak Amy aku mendapat telepon dari adik iparku, Nick. Dengan suara yang tak jelas diselingi tangis dan deru nafas yang tak teratur ia berbicara di telepon "Halo?, Payton, kau disana?, ini aku Nick. Aku menelponmu karena aku ingin memberitahumu bahwa Ibuku sudah tidak ada, tolong beritahu Jack bahwa pemakaman ibu akan dilaksanakan besok pagi, ....(suara tarikkan nafas terdengar) selamat malam". Aku tidak percaya ini, Nyonya Renata meninggal. Ibu mertuaku meninggal. Ia sangat baik kepadaku, aku pernah belajar menjahit bersamanya. Aku sangat akrab dengannya. Aku tidak percaya ini. Kenapa ia harus pergi secepat ini. Aku sangat sedih, hingga aku tak sadar bahwa aku sudah menangis selama 1 jam lebih. Aku sudah menjadi anak yatim piatu sejak aku berumur 15 tahun. Nyonya Renata lah satu-satunya orangtua yang bisa kuajak untuk berbagi suka duka hidupku. Ia adalah ibuku yang kedua.

Setelah Jakko pulang dari kantornya aku memberitahukannya tentang berita duka tersebut. Ia sangat terkejut dan sedih setelah mendengarnya. Wajahnya berubah menjadi lesu dan pucat pasi. Apakah ini yang disebut Harga Pertama?. Inikah harga yang harus kubayar?, yaitu dengan penderitaan-penderitaan tersebut. Sekarang ini baru kusadari bahwa penderitaan lebih buruk daripada sebuah pengorbanan. Penderitaan dapat berupa apapun, maupun itu penderitaan maupun pengorbanan, karena pada akhirnya itu semua akan berakhir pada penderitaan lagi, dan penyesalan. Pengorbanan hanya menyakitkan satu kali dan secara langsung. Penderitaan membuatmu sakit dalam pedih yang mendalam secara berulang-ulang dan tak berujung, pada akhirnya semua orang akan meminta kematian (pengorbanan) dari penderitaan tersebut. Aku sadar, aku telah mengambil pilihan yang salah waktu itu. Dan sekarang, aku harus menjalani hidupku kembali.

The ObscurityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang