PART 2 : PAHLAWAN

17 9 1
                                    

Sebelumnya di SMA Garuda Nusantara

"Hei Vania, besok jalan yuk!" Ucap salah seorang remaja

"Nggak ah, aku ada urusan" jawab Vania

"Urusan apaan? Perasaan setiap kutanya kamu selalu ngomong begitu"

"Ya terserah aku lah, sibuk aja ngurusin hidup orang lain"

Kata-kata dari Vania membuat cowok remaja tersebut penasaran dan meninggalkan kelasnya sembari bergerutu

"Hmm susah banget ya pdkt sama adik kelas yang satu itu"

"Haha lu aja yang terlalu agresif"
.
.
.
.

Sesinaran matahari menyinari sekolah yang terlihat begitu asri tersebut, nampak dua orang siswa sedang berjalan menuju ke kantin melewati lapangan yang disinari matahari

"Haciiim!!!"

"Eh?" Sontak kaget

"Maaf ya tadi aku gak sengaja ngelihat matahari langsung jadi sontak hidungku gatal dan bersin" jelas remaja yang baru saja bersin

"Haha aneh banget ya sindrom lu, sindrom bersin cahaya" ucap Panji

"Ya gitu mau gimana lagi, eh lu tadi tuntas UH sejarah?" Tanya remaja yang bernama Fiko tersebut

"Alhamdulillah gue dapat 90, baru tau ternyata ada guru sejarah yang seperti itu ya ngajarnya, ngajar sambil memotivasi ngalahin motivator-motivator di TV, gue yakin buk Berta itu guru favorit di sekolah ini" ucap Panji

"Haha iya gue juga suka cara beliau mengajar" balas Fiko

Tiba-tiba langkah Panji terhenti

"Eh lu duluan aja ke kantin nanti aku nyusul" ucap Panji

"Eh? Ya udahlah oke" balas Fiko tanpa basa basi
.
.
.
.

Panji berlari ke sebuah tempat yang dimana ia melihat sebuah bayangan dan suara krasak krusuk, tepatnya di suatu sudut sekolah

Bak buk! Buak!

Terlihat seorang remaja sedang dibully dan dipukuli oleh 3 orang siswa

"Kalo besok lu belum ngasih uang setoran lu gue tonjok lagi lu, bahkan lebih dari ini!" Serunya

"Hei kalian bertiga! Beraninya cuma memukuli yang lemah! Kalo berani satu lawan satu!" Ucap Panji lantang pertanda seperti menantang dari arah belakang mereka

Ketiga remaja tersebut langsung membalikkan muka dan melihat ke arah datangnya suara sembari memperlihatkan muka mereka yang tidak senang kepada Panji

"Lu siapa?! Beraninya ikut campur urusan kami hah?!"

"Sepertinya gue kenal dia bos, bukannya dia ini si remaja yang bekerja sampingan jadi pengantar koran yang berwajah tampan yang sering dibicarakan emak emak komplek itu ya?" Jelas salah seorang pembully tersebut

"Hei tukang koran! Kalo gak mau kena gebuk juga kayak dia mending lu minggat dari sini! Atau perlukah gue hancurin tuh muka cantik lu!" Ucapnya Sambil menunjuk ke arah muka Panji

Panji melihat korban bully an mereka yang berperawakan Gempal dan terlihat begitu memprihatinkan tanpa mendengar terlalu jelas bacotan mereka

"Hei hei! Ngapain lu liat dia! Fokus lu itu harusnya ke kami!"

Tiba-tiba sebuah tamparan menghantam muka Panji...

Plak!!!

"Hei lu denger gue gak sih!" Ucap Pembully tersebut

Panji kembali meletakkan mukanya ke arah Pembully tersebut dengan sebuah tatapan layaknya singa yang hendak mengamuk dengan warna merah di sebelah kiri pipinya

"Kenapa?! Sakit ya?!" Ejek para Pembully tersebut

Tiba-tiba Panji memiliki senyum diwajahnya yang membuat mereka semua terkejut

Kretek kretek...

"Sudah lama sekali aku tidak merasakan hal seperti ini lagi, sepertinya ini akan lebih seru karena 3 lawan 1" Ucap Panji

"Hei kamu cepat pergi dari sini, eh sebentar... tapi kejadian disini tolong rahasiakan ya" Kata Panji kepada korban bullying tersebut

.
.
.
.

***

Sementara itu...

Hoaahm...

"Aku benar-benar bisa mati kebosanan disini tanpa melakukan sesuatu!" Ucapku berteriak

"Vania dan Panji sekarang masih bersekolah sedangkan aku hanya tidur dari pagi sampai siang disini" Curhatku dalam hati

"Aku iri sekali dengan orang lain yang memiliki kehidupan normal" ucapku dalam hati sembari kembali membaringkan tubuh ke lantai

Cuaca begitu cerah namun suasananya begitu hening sampai suara angin pun bisa terdengar seperti sebuah nyanyian

Dari dalam kuil kupandang sebuah patung, tidak kusadari selama ini ada sebuah patung seperti patung pahlawan disini, namun saking tuanya sudah ditumbuhi berbagai tumbuhan rambat dan tidak terlalu terlihat seperti patung pahlawan lagi

Pahlawan... Ya pahlawan...
Andai aku seperti beliau, dikenal oleh masyarakat luas dan begitu dihormati sampai dibuatkan patungnya yang cukup besar seperti itu...
Namun siapalah diriku di dunia ini,
Tapi mungkin suatu hari nanti aku akan membuktikan mimpi tersebut
.
.
.

Meow...

"Eh? Oso! Kamu kemana aja?" Ucapku sambil memeluk kucing kesayanganku tersebut

Ya kucingku bernama El Oso, karena tubuhnya yang berwarna coklat dan terkadang sifat lucunya dan marah bak seekor Oso hehe

***

Maaf ya semuanya karena lambat update soalnya lagi sibuk jadi mahasiswa baru hehe...
Vote comment and share ya 😚
Oke see you next update! 🤗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You're My Panda✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang