For Chan, Hyunjin is a special case.
Hyunjin adalah korban dari domestic abuse, dan terbiasa hidup berpindah-pindah, kebanyakan berada di rumah sosial dengan teman-teman 'tak diinginkan' lainnya. Tetapi pada umur ke-15, ia kabur dari tempat perlindungannya untuk hidup sendiri, tetapi nyaris tidak bisa bertahan. Bertahun-tahun Hyunjin harus hidup dengan mempersuasi orang, membujuk, dan mempengaruhi siapapun yang bisa ia jadikan target dalam hidupnya yang seperti inang.
Dengan tampang dan kemampuan membujuk yang dipunya, Hyunjin terbiasa⏤atau selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Changbin pertama kali melihat pemuda yang lebih muda sedang mencopet pria tua di dalam minimarket. Dan dengan potensinya itu, ia berhasil di rekrut oleh Chan; dan Hyunjin akhirnya berhasil menemukan rumahnya.
Hyunjin selalu tahu bagaimana cara menggunakan mulutnya itu, ia pintar menemukan kata-kata yang tepat demi mendapatkan apa yang ia mau. Dan itu juga membuatnya terlihat mengerikan, lebih menyeramkan daripada yang lainnya. Pemuda itu memilih korbannya secara acak dan saat bekerja ia dengan mudah mendapatkan atensi dari korbannya itu, laki-laki maupun perempuan.
Dan itulah yang akan ia lakukan, memasukki sebuah klab malam, dan mencari mangsanya.
"Udah nemu orangnya?" tanya Seungmin kepada Hyunjin lewat earpiece-nya. Sementara itu pemuda yang ditanya hanya mengelilingi klab sebentar lalu berjalan kearah bar bersama Felix dan Ruby yang juga ikut.
"Belum, kita lagi mau ke bar." Hyunjin bersandar ke meja bar dan memberikan bartender itu senyumnya yang menawan. "Yang penting jangan sampe mabok, lo seharusnya bahkan nggak berada disitu." Seungmin mengerang di seberang sana dan Hyunjin bisa mendengar bunyi klik-an dari mouse-nya.
"Nggak kok. I've found the girl, I need to go." Hyunjin memberi sinyal singkat kepada Felix dan Ruby agar mereka berdua keluar sementara pemuda itu akan mengantarkan gadis yang dimaksud kepada kematiannya.
Hyunjin dengan keren menghampiri gadis yang setengah mabuk itu, duduk di sebelahnya, dan menyiarkan senyuman khasnya. "How are you doing tonight?" tanya Hyunjin sambil bersandar di bar, menyisir rambutnya yang sudah sempurna dengan jari-jarinya.
"Nggak apa-apa, cuma lagi down." Gadis itu kembali meneguk vodka-nya dengan mudah.
"Well, I can make it better." Hyunjin memberikan gadis itu senyuman miring yang terlihat inosen, dan menawarkan tangannya. Gadis itu agak ragu tetapi Hyunjin langsung menariknya lembut kearah lantai dansa, dan menari sesuai ketukan. Hyunjin terlihat sangat menggiurkan di mata gadis cantik yang memakai kalung berlian itu.
Sementara Hyunjin hanya memandang rendah kearah gadis itu karena menurutnya mereka terlalu mudah. Pemuda itu mengambil langkah selanjutnya dengan memberikan leher si cantik ciuman-ciuman panas, sambil berbisik rendah. "Mau keluar nggak?"
Hyunjin sudah menariknya kearah pintu belakang klab begitu gadis itu mengangguk sambil cekikikan.
"Make me feel good..." Gadis itu kecegukan sekali setelah mereka berdua sudah berada di luar dan Hyunjin yang menempelkan gadis itu ke tembok di belakang klab. "I'll make you feel good, very good." Hyunjin tertawa rendah sambil melepas kancing kemejanya sedikit.
Ia tidak akan memanfaatkan gadis itu, tetapi cukup menyenangkan rasanya melihat gadis itu seperti memohon kepadanya. Sama seperti ia yang akan memohon untuk nyawanya nanti.
Hyunjin kembali fokus beberapa detik kemudian, melingkarkan jari-jari panjangnya di leher gadis itu dengan erat. Dengan tangan bebasnya ia menjetikkan jarinya, memberi sinyal kepada Felix dan Ruby untuk keluar. Keduanya langsung keluar dari persembunyian dan Hyunjin hanya memiringkan kepalanya sambil menatap mata ketakutan gadis itu lekat-lekat.
Cengkeramannya mengeras di sekeliling leher gadis itu, sementara Hyunjin menikmati bagaimana sekarang nyawa gadis itu seperti terkuras dari matanya.
"Pisau mana yang mau dipake?" Ruby mengeluarkan dua pisau dari sakunya, menunggu di belakang Hyunjin bersama Felix. "Dua-duanya sini." pinta Hyunjin sebelum akhirnya ia membanting tubuh gadis itu ke tembok di belakangnya, membuat gadis itu terkejut dan mulai meronta.
"You said you wanted me to make you feel good, baby. Jangan ngelawan." Hyunjin dengan cepat mengambil dua pisau tersebut dari tangan Ruby, menenggelamkan salah satu pisaunya dalam-dalam ke perut gadis itu.
Rengek kesakitan keluar dari mulut gadis yang sudah mulai pingsan kearah tubuh Hyunjin, "Ambil kalungnya biar gue bisa kelarin ini." perintah Hyunjin kepada Felix yang langsung menurut dan menarik kalung berlian yang setara dengan beribu-ribu dolar tersebut dari leher si gadis.
"Semoga kamu senang malam ini. Kita pergi sekarang." Hyunjin menempelkan bibirnya sekilas ke bibir si gadis yang nyawanya mulai hilang sedikit demi sedikit. "Bye, sweetheart." katanya lagi dengan suara serak dan setelah itu Hyunjin menarik pisau keduanya dan menebas tenggorokan si cantik.
Hyunjin melepas tubuh gadis itu, dan membiarkannya jatuh membentur trotoar dengan keras. "Serem abis lo." kata Felix merinding. Ketiganya kemudian keluar dari situ, dan meninggalkan mayat gadis itu sendirian disana.
"Lo serius ninggalin badannya disitu?" tanya Ruby menyipitkan matanya kepada Hyunjin, berpikir jika mereka benar-benar harus menyingkirkan tubuh gadis itu.
"Pasti bakal ada yang nemuin dia, bukan urusan gue." Hyunjin mengangkat bahunya dan menyeka bintik-bintik darah dari wajah tampannya. Di belakang mereka kemudian terdengar suara pintu dibuka kasar kemudian teriakan melengking.
Ruby membelalakkan kedua matanya dan sedetik kemudian ketiganya berlari menjauhi tempat kejadian perkara menuju mobilnya. "Did you even know her name???" tanya Felix dengan nada tidak percaya begitu mereka sudah masuk ke dalam mobil.
"Seungmin said it was (y/n)." kemudian Hyunjin hanya tersenyum sambil menyalakan mesin mobilnya, lalu ketiganya pergi dari situ.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOOLIGANS.
Fanfictionwe don't deal with outsiders very well. © 2019 charliesletter