Woojin duduk di dalam mobilnya sambil menggenggam pinggiran stir dengan erat. Changbin dan Ruby sedang melakukan transaksi narkoba makanya Woojin menunggu dengan sabar di dalam mobil yang tersembunyi di gang kecil.
"Hey, semua oke kan?" Woojin berbisik ke earpiece-nya untuk mengecek kalau transaksinya berjalan sesuai rencana. Ia menghela napas berat begitu tidak mendapatkan jawaban apa-apa dari Changbin maupun Ruby. Woojin tahu bahwa keduanya pasti bisa menangani hal simpel seperti transaksi narkoba tetapi diamnya mereka mulai membuatnya khawatir.
Kedua matanya mengintip keluar gang untuk melihat tanda-tanda kehidupan dari gang kecil yang benar-benar kotor dengan banyaknya sampah-sampah dan grafitti asal-asalan. Satu-satunya suara yang dapat ia dengar adalah grusukan dari sampah kertas dan suara mobil yang jauh di depan sana.
"Ruby, do you guys need a back-up?" suaranya cenderung terdengar kasar daripada khawatir. Statis. Woojin bukan tipe orang yang suka konflik jika tidak benar-benar penting tetapi jelas ada yang salah disini. Perlahan ia mengeluarkan pistolnya dari sakunya, metal berwarna silver itu memantulkan cahaya, "Gue kesana sekarang juga kalau kalian nggak ngerespon." Woojin memberikan pesan lainnya dan berharap kalau ia tidak perlu berkelahi.
"NYALAIN MOBILNYA SEKARANG!" Changbin akhirnya merespon dengan teriakan ke earpiece yang membuat Woojin meringis. "Damn do you really have to be so loud?" gerutu Woojin sambil menyalakan mobilnya dan menuju kearah pintu samping yang tadi dimasukki oleh Changbin dan Ruby. Pintu itu kemudian terbuka lebar, cahaya dari dalam bangunan menyinari gang sempit yang gelap itu.
Changbin dan Ruby pun segera melompat masuk ke dalam mobil, sedikit kesusahan dengan tas duffel besarnya. "ADA APA SIH?" tanya Woojin seraya menginjak gas mobilnya, melihat kearah Ruby yang bibirnya terluka dan Changbin yang kesulitan dengan tas besarnya itu.
"NGGAK BISA JELASIN UDAH CEPET NGEBUT!" seru Ruby setelah membanting pintu mobil dan Woojin tanpa pikir panjang segera mengebut dari gang itu. Tepat setelah itu beberapa peluru berhasil ditembakkan kearah mereka.
"Shit, nunduk lo semua." perintah Woojin dengan suara tenang, dan cenderung santai, sebenarnya cukup geli dengan keadaan mereka. Pemuda itu tersenyum menyeringai, menertawakan peluru-peluru yang tidak bisa menembus mobilnya yang bergerak cepat.
Setidaknya sampai di ujung jalan, dua orang muncul entah darimana yang menembakkan peluru tepat kearah kaca depan. "Anjing!" Pekik Woojin yang jelas jengkel tetapi terus menggas mobilnya sampai kecepatan penuh. Ruby menurunkan kaca di sampingnya dan menembak butakan pelurunya.
"Lo ngapain sih?!" Tanya Changbin frustasi sambil melindungi kepalanya sendiri. Suasananya benar-benar kacau tetapi Woojin menganggap itu menantang.
"Mereka berdiri di depan mobil kaya gue nggak berani nabrak mereka aja." Kata Woojin santai lalu menginjakkan pedal gasnya sampai mobilnya maju lebih cepat dari sebelumnya, dan menabrak dua orang tersebut tanpa rasa menyesal.
Tubuh dua orang yang tertabrak itu terpental jauh dan Woojin sama sekali tidak peduli untuk tahu dimana akhirnya tubuh-tubuh tersebut mendarat.
"This isn't a fucking video game, Woojin!" Seru Ruby sambil melotot. Changbin yang sudah yakin kalau tembakan-tembakan tersebut sudah berhenti mulai mengangkat kepalanya perlahan-lahan di kursi belakang.
Setelah terbebas dari gang dan jalanan sepi itu, ketika mereka sudah mulai memasukki jalan utama, Woojin nyengir. "Nggak ada yang luka, kan?" tidak memedulikan Changbin yang sedang mengacak rambutnya untuk menjatuhkan serpihan-serpihan kaca.
"Nggak apa-apa sih, gue sempet ngira kalo gue nggak bakal bisa keluar dari situ aja." Ruby terlihat lega karena mereka bertiga sudah terbebas dari kekacauan singkat tadi.
"Tenang aja, By. Gue udah ngelakuin ini for a long time. I'll always get you guys out safe one way or another."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOOLIGANS.
Fiksi Penggemarwe don't deal with outsiders very well. © 2019 charliesletter