Chapter 1

8.6K 260 6
                                    

"Lihat wanita dengan gaun biru itu, Kenneth. Violet Mitchell, namanya-Ayah kenal dengan ayahnya." Kentzo-adik kembarnya menunjuk wanita yang ia maksud dan membuat Kenneth mengalihkan pandangannya pada wanita itu.

"Sepertinya dia cocok denganmu, Brother." Kentzo tersenyum jahil dan meminum minumannya dengan tenang seraya melirik kembarannya. Kenneth yang mengetahui maksud Kentzo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak percaya.

Kenneth kembali menatap pasangan yang baru saja mengikrarkan janji pernikahan mereka, berdansa di tengah ballroom hotel diiringi pasangan-pasangan lain. "Daripada kau menangisi wanita yang sudah menjadi istri kakakmu itu, lebih baik kau mencari wanita lain." Kentzo tidak ada habisnya menggoda kakaknya itu.

"Stop, Kentzo."

Kentzo tertawa jahil dan meninggalkan kakak kembarnya ketika istrinya memanggilnya. Kenneth kembali memperhatikan kakak tertuanya yang ia yakin sedang berbahagia hari ini. Alexandria Neville-wanita yang ia cintai, pernah ia cintai-tersenyum pada pria itu dan akhirnya pria itu mengecup keningnya dengan lembut.

Kau sudah merelakannya, Kenneth.

Kenneth tidak peduli sekalipun ia sudah meyakinkan dirinya bahwa ia tidak lagi mencintai Alexandria, tetap saja ia tidak bisa untuk tidak mengatakan bahwa kecantikan Alexandria membiusnya. Sedari awal, ia tidak bisa mengalihkan pandangan selain kepada wanita itu.

"Oops! Sorry!" Kenneth akan berbalik untuk menghampiri orangtuanya jika saja tidak ada wanita yang berjalan berlawanan arah darinya seraya memegang segelas minuman dan menumpahkannya ke jas yang dipakainya. Walaupun tidak banyak yang mengenai jasnya, tetap saja itu menguji kesabaran Kenneth.

Kenneth menatap naas jasnya dan beralih untuk melihat siapa wanita itu. Ternyata, wanita bergaun biru yang ditunjuk oleh Kentzo tadi.

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja, sungguh!" Wanita itu mengusap-ngusap jas Kenneth seolah gerakannya bisa mengeringkan air di sana. Melihat wajah wanita yang sangat bersalah dan takut itu, Kenneth jadi tidak tega apalagi melihat minuman itu juga tumpah pada gaun wanita tersebut.

"Tidak apa." Kenneth menjawab tenang. Mendengar itu, wanita tadi semakin merasa bersalah.

"Aku sungguh minta maaf. Cerobohnya aku."

Kenneth tersenyum tipis. "It's okay."

"Tidak, aku sangat bersalah. Aku terlalu cero-"

Kenneth memegang kedua bahu wanita itu, dan seketika membuat wanita itu terdiam. "Violet Mitchell, bukan?"

"Iya, bagaimana kau tahu namaku?" Wanita itu berkata dengan gugup.

"Kembaranku mengenalmu."

"Okay, Violet. Jasku baik-baik saja, kau tidak perlu meminta maaf ataupun merasa bersalah. Lagipula, look at your gown, Violet." Kenneth berucap tenang dan membuat Violet yakin bahwa memang pria itu tidak masalah.

Violet menatap gaunnya. "God, bodohnya aku!" rutuknya.

"Are you okay?" tanya Kenneth melihat Violet yang melihat gaunnya dengan sedih.

Violet menatapnya, setelah ia menghela napas. "Ya, aku tidak apa-apa."

Kenneth mengulurkan tangannya. "Kenneth Wijaya."

"Hai, Kenneth."

Hanya dari pertemuan kecil mereka itu, akan tercipta satu kisah cinta lagi. Dan, Kenneth tidak pernah menyangka itu.

***

Kenneth sibuk menatap buku menu dan berusaha menemukan menu apa yang ia inginkan hari ini. Akhirnya, setelah menentukan pilihannya ia memberitahu pelayan di restoran kecil itu dan menunggu hingga pesanannya datang. Siang ini, ia berniat untuk makan siang di luar kantornya, karena ia merasa suntuk-entah untuk alasan apa. Dan tepat hari ini pula, dua minggu setelah pernikahan Alexandria dan Sean Wijaya-kakak tertuanya-dan, hari-hari Kenneth berjalan seperti biasa. Awalnya, ia mengira ia akan terpuruk setelah wanita yang ia cintai sudah menikah dengan lelaki pilihannya, namun dugaannya salah, tenyata ia masih bisa melakukan aktivitasnya seperti biasa.

Morning Coffee [Terbit di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang