Chapter 42

2.5K 124 9
                                    

Semuanya semakin kacau.

Hubungan Kenneth dan Olivia semakin hambar.

Keluarga Kenneth sekarang menatapnya dengan tatapan; apa kau masih Kenneth yang kami kenal?

Hubungan Kenneth dan wanita yang ia cintai sudah kandas.
Terakhir, Alden Mitchell yang menyuruhnya untuk menceraikan Olivia saja.
Cih! Alden tidak tahu saja jika jalan perceraian sudah akan ia tempuh jika ia tidak memiliki Zendra. Namun, di sini, Zendra ada dan anak itu adalah anak yang ia adopsi—secara tidak langsung, Zendra yang dititipkan pada Kenneth dan Olivia, akan diawasi apakah benar Zendra diasuh dengan baik atau tidak.
Jadi, jika Kenneth dan Olivia bercerai, apa yang akan terjadi pada Zendra?

Hari ini tepat sudah satu bulan sejak semua orang tahu tentang perselingkuhannya. Ia tidak pernah lagi menghubungi Violet. Ia tidak pernah lagi bertemu dengannya. Ditambah hubungan Olivia dengannya hanya status. Yap, banyak sekali dampak yang dihasilkan dari perbuatan hinanya.

“Kenneth.” Pria itu membalikkan badannya untuk melihat Olivia yang menatapnya dengan kerutan di dahinya. Kenneth menghela napas—suasana paginya dengan ditemani secangkir kopi hangat adalah cara terbaik untuk menghilangkan stres akibat masalah ini untuk sementara, dan sekarang kenapa istrinya malah memilih untuk memulai pertengkaran?

Yap, pertengkaran sudah menjadi hal yang biasa, kini di antara mereka.

“Ada apa, Oliv?”

“Aku ingin membicarakan tentang masalah kita.” Olivia berjalan untuk mendekati Kenneth. Ia melipat kedua tangannya di depan dada.

Sialan. Kenneth mengumpat. “Apa?”

“Kau yakin sudah memutuskan semua kontak dengan Violet?” Kenneth mengerutkan dahinya mendengar ucapan Olivia. Apa? Kenapa tiba-tiba Olivia menanyakan hal itu di pagi hari seperti ini?

“Kau masih tidak percaya?” Kenneth mendengus. Lama-kelamaan pun ia kesal jika dicurigai terus-menerus oleh Olivia. Lagipula, apa masalah yang dimiliki olehnya hingga melarang Kenneth untuk berkontak dengan wanita yang ia cintai?

“Kenneth, aku serius.”

Kenneth mengangkat kedua bahunya. “So do I. Seharusnya kau tidak terlalu membenci kakakmu, karena dia sendiri yang menyuruhku untuk kembali padamu—”

“Violet tetap salah.”

Yap, tapi aku yang lebih berengsek. “Aku juga, Olivia.”
Olivia hanya menghela napas mendengarnya. Sudah lelah ia mendengar pembelaan yang dilontarkan Kenneth untuk Violet—karena bahkan hal itu tidak membantunya untuk segera berbaikan dengan kakaknya. Well, tentu saja ia butuh waktu. Tidak semudah itu untuk memaafkan orang yang sudah melakukan perbuatan fatal padanya.

“Lalu, apa yang kau inginkan?” tanya Olivia—yang sebenarnya merupakan pertanyaan pokok dari kelakuannya selama ini. Kelakuannya yang mencaci maki Kenneth dan Violet, juga sampai memberitahu keluarga pria itu tentang perselingkuhannya. Karena, yang ingin ia tahu adalah; apa yang diinginkan Kenneth sekarang?

“Aku yakin kau tidak mau mendengarnya.”

Olivia tersenyum. Ia sudah tahu jawabannya—jadi, ia hanya memastikan bahwa perkiraannya memang benar. “Aku tidak serapuh itu.”

Olivia melihat Kenneth menghela napas sesaat. Mengusap wajahnya dengan putus asa, Kenneth menatap Olivia dan berkata, “Aku ingin kembali pada Violet.”

PLAK!

Itu adalah refleks yang ditimbulkan dari perkataan Kenneth padanya. Sejujurnya, tidak ada niatan dari dirinya untuk menampar Kenneth pagi ini. Ia sudah lelah memarahi suaminya—toh, bukankah itu sama saja? Kenneth tetap dimiliki oleh Violet, dan ia tetap menjadi istri bodoh yang mau-mau saja dan tidak tahu diselingkuhi suaminya.
“Oliv, kau sendiri yang mengatakan bahwa kau ingin mendengar kebenarannya—setidaknya, hargai kejujuranku.”

“Berengsek!”

Kenneth tersenyum kecil. “Iya, sayang sekali kau mau menikahi si berengsek ini.”

***

Violet menatap perutnya dengan tatapan menyelidik. Ia memeriksa apakah perutnya sudah kelihatan atau belum—karena, jika kelihatan, ia akan senang karena berarti anaknya tumbuh dengan sehat. Jika tidak pun, ia tetap baik-baik saja karena dapat menyembunyikan kehamilannya untuk sementara.

Violet menghela napas. Mengingatnya selalu membuat matanya memanas. Hidupnya sudah tidak tertata dengan baik. Hubungannya dengan sang ayah yang memang dari dulu sudah tidak dekat, semakin merenggang karena kelakuannya—terutama hubungannya dengan Olivia. Hubungannya dengan Kenneth? Oh, tolong jangan tanyakan itu, karena Violet tidak pernah lagi bertemu dengannya. Ia tidak berani, lagipula, untuk apa ia bertemu dengan pria itu? Violet juga tidak ingin repot-repot menanyakan apa alasan Kenneth memberitahu tentang perselingkuhan mereka, karena memang ia ingin Kenneth mengatakannya. Ia harus jujur dalam hidupnya.
Violet harus bangkit dan menata kembali hidupnya—bukankah dengan begitu ia bisa menyelesaikan masalahnya dengan perlahan?

Maka, langkah pertama yang ia lakukan adalah pergi ke restorannya. Tempat kerja yang didirikannya dan sudah beberapa hari ini tidak ia kontrol karena kesehatannya terganggu—sejak hamil, calon anaknya memang tidak bisa diajak berkerja sama, karena selalu membuatnya mual setengah mati. Akhirnya, ia merelakan pekerjaannya untuk diurusi orang lain sementara ia harus melawan morning sickness yang dialaminya.

Okay, baby. Ayo kita lakukan ini.” Violet tersenyum dan menatap perutnya dengan tatapan bersemangat. Ia akan melakukannya—ia akan menata kembali hidupnya.

“Hai, Violet,” sapa pegawainya—hampir semua pegawainya menatapnya antiusias—ketika ia sudah berada di restorannya. Violet hanya menjawabnya dengan senyuman tipis dan masuk ke bagian dapur untuk memeriksa apa yang sedang dikerjakan di sana.

Aroma makanan yang biasanya menggugah seleranya kini berbalik untuk menyiksanya. Mual yang sering ia rasakan, kembali muncul. Sial. Violet tidak percaya calon anaknya akan berulah di saat yang seperti ini.

Violet membekap mulutnya dengan tangan ketika rasa mual itu tidak kunjung reda.
..... “Hoekk...” Violet segera keluar dari bagian dapur dan masuk ke toilet terdekat.

Sial. Sial. Sial.

***

Saat jam makan siang, Kenneth mengantarkan Zendra ke apartemen mereka. Ia kembali dengan membawa pulang surat yang ditujukan untuk Olivia.

“Ibu.” Zendra tersenyum melihat ibunya yang sedang menyiapkan makan siang. Olivia tersenyum dan mencium pipi Zendra yang gembul.

“Zendra, lebih baik kau ganti bajumu dan kembali lagi untuk makan siang, okay?” titah Olivia yang segera dilakukan oleh Zendra. Melihat Zendra sudah pergi dari hadapan mereka, Kenneth menghampiri Olivia.

“Ini,” ujarnya seraya memberikan surat tersebut pada istrinya.

Olivia hanya mengerutkan dahi menanggapinya, namun tangannya bergerak untuk mengetahui apa isi surat tersebut.

“Itu surat kelompok pendukung di luar kota yang memintamu untuk datang sebagai cancer survivor. Aku harap kau menerimanya.” Kenneth mencoba untuk berperilaku baik pada istrinya—karena bagaimanapun, Olivia tetap istrinya, dan bagaimanapun ia yang salah di posisi ini. Maka, bukan salah Olivia sebenarnya di situasi seperti ini.

“Dan kau bisa bertemu dengan Violet ketika aku pergi?”

Astaga.

Kenneth meraup mukanya menahan kesal, dan menghela napas. “Kali ini saja, Olivia. Percaya padaku; aku tidak akan kembali padanya—karena dia yang menyuruhku seperti itu.” Walaupun aku mau menggantikan semua yang aku punya di dunia ini untuk kembali padanya.

“Siapa yang akan mudah percaya jika sudah dikhianati?”

Skakmat.

Kenapa semua kalimat Olivia selalu membuatnya terdiam? Kenapa kalimat yang dilontarkannya selalu kalimat yang menyinggung perselingkuhannya? Kenneth lelah mendengarnya, jujur saja.

“Terserah kau saja.”

Kenneth melenggang pergi untuk kembali ke kantornya. Berada di apartemen bersama Olivia, hanya akan membuatnya naik darah.

***
TBC

Ms. Addict

Morning Coffee [Terbit di Dreame]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang