Pagi hari itu Kim Saeron tengah berjalan dikoridor sekolah yang masih sepi sambil membaca buku fisika, karena hari ini akan ada ulangan, jadi Saeron menghapalkan beberapa rumus yang mungkin akan muncul dalam soal.
"Saeron." panggil seseorang dari belakang yang suaranya sudah Saeron sangat kenal.
Seseorang itu berlari kecil menghampiri Saeron lalu merangkul bahu Saeron bahkan hampir bergelayut disana.
"Yak! Sinb tubuhmu itu berat kau tau?! lepas.." erang Saeron
"Enak saja, tubuhku itu ideal, kau saja yang terlalu kurus." cibir Sinb dengan kesal.
"Aku tidak kurus!"
"Lalu apa?"
"hanya sedikit mungil." ucap Saeron dengan wajah datarnya
Sinb memutar bola matanya, "Yahh terserah, tapi tetap saja kau itu harus banyak makan,"
"Kau seperti tidak tau porsi makanku seperti apa."
Sinb meringis mengingat Saeron yang banyak makan, Saeron bahkan sanggup memakan ramyeon ukuran besar seorang diri ketika mereka makan bersama, tapi tubuhnya tetap kurus meski makan sebanyak apapun.
"Tapi tetap saja aku selalu khawatir padamu, apalagi musim gugur seperti sekarang."
"Waeyo?"
"Aku takut kau terbawa angin, kalau jalan sendirian."
Plakk.. Saeron memukul bahu Sinb dengan kesal, Sinb meringis kesakitan.
"Aaa.. sakit.. kenapa kau memukulku?"
"Kenapa kau menyebalkan?"
Sinb lalu hanya cengengesan. "hehe mian.. aku hanya bercanda."
"Bagaimana dengan kelasmu? apa ada hal yang menyenangkan?" tanya Sinb
"Aniyo." Saeron menggeleng.
"Kau sudah mendapat teman baru?"
Saeron mengerutkan kening, "Ada, tapi belum terlalu akrab."
"Syukurlah, aku kira kau akan kesulitan mendapat teman."
"Yak! aku tidak sekaku itu sampai tidak dapat teman dikelasku sendiri." protes Saeron
"Aku hanya sedikit khawatir, mengingat sifatmu yang tidak akan bersuara kalau tidak ditanya." ucap Sinb tak mau kalah, karena ia sangat tau sifat Saeron yang pemalu dan pendiam, dan sedikit tertutup pada orang lain yang baru ia kenal.
Saeron tersenyum karena ternyata sahabatnya dari SMP ini benar-benar mengkhawatirkannya.
"Gomawo.. sudah mengkhawatirkanku Sinb, tapi kau tenang saja, aku pasti akan punya banyak teman sekarang, dan tidak akan kesepian dikelas."
"Oke aku pegang kata-katamu, dan kau harus mengenalkan teman-temanmu padaku nanti."
"Nde." Saeron mengangguk meski ia masih belum yakin siapa yang pantas ia sebut teman dikelasnya. karena teman-teman perempuannya sibuk sendiri-sendiri, atau mungkin karena Saeron sendiri belum pernah mengobrol dengan mereka, lebih tepatnya gugup dan takut akan diabaikan jika bertemu dengan orang baru.
"Tapi sebenarnya aku juga sedih karena kelas kita berbeda, semoga tahun depan kita bisa satu kelas lagi ya Saeron."
"Iya, semoga saja." Saeron tersenyum, ia juga sebenarnya merindukan masa-masa dimana ia sekelas lagi dengan Sinb, meski sangat berisik ia adalah sahabat yang selalu peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend's Marriage
Fanficini tentang sebuah penantian, penantian panjang yang berujung menyakitkan. begitu menyakitkan, sampai rasanya berharap waktu dapat di putar kembali, agar bisa mencegah perpisahan itu, atau bahkan.. mencegah agar pertemuan pertama dengannya tidak te...