Rasa penasaran kian menjadi, rasa pernah ada kembali terisi.
●●●
Mesin motor itu mati kala ia sampai di depan rumah Lauren. Gadis itu turun dan membawa barang belanjaannya.
"Makasih ya," ucapnya disertai senyuman manis.
Refan terpana melihat senyuman Lauren, sebelum akhirnya menjawab, "iya sama-sama."
Saat Lauren akan melangkahkan kakinya ke rumah, ia merasa ada sesuatu yang aneh, lalu berbalik. "Kok kamu tahu rumah aku ada disini sih?"
Pertanyaan Lauren membuat Refan kehilangan kata-katanya. "Eh? Itu... anu..."
"Anu apa?"
"Anu... ini udah mau hujan kayaknya, gue harus balik. Bye!"
Dengan segera, Refan menyalakan mesin motornya lalu melesat meninggalkan kediaman Lauren.
Melihat itu, Lauren segera mendongak menatap langit sore yang masih cerah. "Perasaan gak mendung deh, kok hujan?"
●●●
Setibanya di rumah, Refan membuka pintu kamarnya. Ia hanya geleng-geleng kepala melihat teman-temannya yang sedang asik bermain ps. Sudah tak aneh memang, teman-temannya jika bermain ke rumahnya selalu begitu. Mereka masuk ke dalam kamar Refan tanpa malu pada kedua orang tua Refan, paling berbincang hanya sekedar izin.
"Ehh, abang epan. Sini bang, main ps sama dedek!" Ucap Aldo.
"Jijik, Al!" Balas Refan sambil bergidik ngeri.
Revaldo Pramuditya, salah satu sahabat Refan sejak SMP yang kerap dipanggil Aldo. Otaknya memang rada gesrek dan... sedikit mesum.
Refan melangkahkan kakinya menuju balkon kamar. Disana ia memikirkan kejadian-kejadian hari ini. Mulai dari kalung yang dipakai Lauren, hingga sikap orang itu padanya.
Kalung yang dipakai Lauren, mirip sekali dengan kalung yang Refan berikan pada seseorang. Kemungkinan besar, ia adalah seseorang di masa lalunya. Tapi, jika dia benar seseorang di masa lalunya, mengapa saat Refan menyebutkan namanya dia tidak ingat? Dan juga, dengan perubahan sikapnya sewaktu di minimarket, itu perubahan sikap yang drastis ya! Pikir saja, pagi hari saat mereka bertemu, Lauren begitu terlihat pendiam. Sore harinya, Lauren itu sangat menyebalkan.
"Arghhh! Kok gue jadi bingung setengah kesel gini sih?!" Keluhnya sambil mengacak rambut hitamnya.
Seketika semua temannya menoleh padanya.
"Lo kenapa Fan? Ada masalah? Cerita sama kita!" Gibran membujuk Refan supaya cerita.
"Iya bang epan, kalo ada masalah sini cerita sama dedek." Imbuh Aldo dengan nada manja membuat Devan dan Gibran mendelik jijik.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Him
Teen FictionTiga hati yang sedang di uji. Bersama kisah yang saling berhubungan, mencari keping keping ingatan yang hilang. Bersama tawa serta luka yang ternyata saling membentuk keping keping ingatan itu menjadi sebuah kisah seperti putaran film. -S B P R...