Chapter 3

61 19 13
                                    

Setiap aku bertemu denganmu, aku ingin selalu mengetahui tentangmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap aku bertemu denganmu, aku ingin selalu mengetahui tentangmu. Apapun itu.
-Refan Samudra-

◎◎◎

Pagi harinya, Lauren bersiap-siap pergi ke sekolah. Dilihat dari raut wajahnya, ia terlihat sangat bahagia hari ini. Kini, Lauren tinggal sarapan saja, lalu berangkat. Dan sekarang, waktu menunjukkan pukul 06.00.

Lauren sangat bersemangat untuk kembali ke sekolah. Ia sudah menyiapkan semuanya sejak kemarin malam. Sebelum tidur, Lauren memilih buku apa saja yang harus ia bawa. Lalu menyetrika seragamnya yang ia simpan di lemari. Setelah itu, Lauren mengganti alat tulis lamanya dengan yang baru. Lauren benar-benar terlihat seperti murid baru yang baru saja mendaftar menjadi murid SMA. Padahal sebelumnya, ia sudah pernah sekolah disana.

"Yah, Ayah udah telepon kepala sekolah?" Tanya Lauren saat menuruni anak tangga.

"Udah, nanti ayah bawa surat-suratnya sama nilai kamu sewaktu homeschooling." Jawab Bram.

"Yeyy! Makasih Ayah." Lauren mengecup pipi Bram.

Bram hanya tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya itu.

◎◎◎

Benci, satu kata yang cocok untuk hari ini bagi para pelajar. Kenapa harus diadakan upacara disaat matahari sedang terik, kenapa harus memakan waktu yang lama saat upacara? Menyebalkan.

Waktu untuk memulai upacara tinggal lima menit lagi, artinya jika ada murid yang terlambat datang maka dia akan mendapatkan hukuman. Tidak ada murid yang ingin mendapatkan hukuman. Semua murid tampak berlarian menuju lapangan. Tapi, tidak dengan Refan dan ketiga sahabatnya, mereka berjalan santai menulusuri koridor menuju lapangan. Mungkin bagi mereka hukumannya tidak seberapa.

"Upacara mulu, atribut lengkap lah, rambut rapi lah, ini lah itu lah. Ribet banget sih, mending bobo di UKS," keluh Aldo keberatan.

"Ke UKS sama gue aja, Do. Kuy, mau gak?" Ajak Gibran yang langsung disetujui oleh Aldo.

"Gue sama Gibran ke UKS ya, bay Abang-abang!" Ujar Aldo sambil merangkul pundak Gibran.

Kedua sejoli itu memang terkenal malasnya. Lihat saja sekarang, mereka malah akan tidur di UKS ketika semua orang sedang upacara.

Refan dan Devan hanya menggeleng melihat tingkah kedua sahabatnya. Kini, Refan berjalan memasuki barisan sambil merangkul bahu Devan. Beberapa menit kemudian, upacara dimulai. Refan dan Devan berdiri tegak hingga upacara selesai.

"Upacara selesai barisan dibubarkan."

Refan menghela napas lega. Ia melangkahkan kakinya menuju kantin. Namun, saat ia akan keluar dari barisan, ia menangkap sosok seseorang yang terasa familiar baginya. Anehnya, ia memakai seragam yang sama dengan para siswi disini. Tapi sekarang, ia tengah berjalan menyusuri koridor, lalu belok menuju... ruang kepala sekolah?

(Not) HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang