4. Kiss

191 30 0
                                    

"Selamat datang di Immorgent Academy."

Seorang pria berparas tampan walaupun umurnya sudah mencapai ratusan tahun. Dia tersenyum ramah kepada Arthemis sambil merentangkan ke dua tangannya, menyambut kedatangannya.

Athemis menatap pria tersebut membalas senyum ramahnya. Arthemis bisa menebak jika pria tersebut adalah pemilik Academy ini sekaligus kepala academy.

"Terimakasih," ujar Arthemis.

Pria tersebut melangkah mendekat dan mengulurkan tangannya, memperkenalkan diri.

"Saya Morgen Stevan William, kepala Academy ini." Pria tersebut memperkenalkan diri dengan kesan wibawanya.

"Saya Arthemis Lucrecia," balas Athemis membalas jabatan tangan Morgen.

"Saya sudah tau," ujar Morgen tersenyum.

Arthemis mengangguk dan menatap sekeliling. Terdapat beberapa pria dan wanita dewasa di belakang Morgen membuatnya bingung. Dia merasa jika kedatangannya disambut baik oleh mereka. Tapi dia merasa ini berlebihan karena mereka -Guru- menurut Arthemis, menyambutnya bagaikan orang penting di sini.

Hey. Dia hanya murid baru, kenapa mereka semua seperti ini. Hanya satu orang yang menatapnya tidak ramah.

Pria bermanik biru, sebiru samudra.

Raut wajahnya terkesan dingin. Ekspresi datarnya sulit Arthemis tebak. Tatapan tajam yang membuat Arthemis sulit mengartikannya. Tidak seperti yang lain, menatapnya ramah dan tersenyum.

"Kau pasti sudah mengenal tiga orang yang di sana," ujar Morgen melirik Nichole, Devan, dan Amelda membuat Arthemis mengangguk.

"Laki-laki yang berambut hitam itu bernama Zeno Artedis dan yang berwajah datar menyebalkan itu Darrel Demien Delux." Morgen memperkenalkan mereka dengan kekehan diakhir kalimatnya membuat laki-laki yang bernama Darrel itu menatapnya sinis.

Arthemis mengangguk dan tersenyum.

"Sedangkan mereka, aku tidak perlu memperkenalkannya karena kau akan tau ketika sudah memulai kelasmu," ujar Morgen menatap sepuluh oramg lebih itu dan Arthemis kembali mengangguk.

"Yah, aku akan mengetahuinya di kelasku besok," balas Arthemis.

"Dan mereka yang menjemputmu, lasti kau sudah mengenalnya, bukan?" tanya Morgen.

"Ya, dan kau tidak perlu memperkenalkannya," ujar Arthemis terkekeh karena mengetahui Morgen sudah mulai malas memperkenalkan orang-orangnya.

"Good. Sekarang ikut aku ke ruanganku," ujar Morgen dan berjalan membalikkan badannya.

Ketika baru lima langkah berjalan, Morgen berhenti dan membalikkan badannya.

"Darrel, kau ikut bersamaku," ujar Morgen datar dan kembali melanjuykan langkahnya.

Arthemis menatap Darrel yang mengendus dan dia berjalan melewati Arthemis begitu saja membuatnya jengkel.

Tidak ingin membuang waktu, Arthemis menatap yang lain dan tersenyum ramah. Dia pamit dan berjalan ke arah ruangan Morgen. Cukup jauh, akhirnya mereka sampai. Ya, dia dan Darrel. Karena Arthemis yang dapat mengejar langkah Darrel dan berjalan di belakangnya.

Mereka masuk dan duduk di sebuah sofa yang sudah tersedia di sana.

"Arthemis, apa kekuatanmu?" tanya Morgen serius.

"Elemen air dan perbaikan," jawab Arthemis.

"Perbaikan? Kau memiliki sihir istimewa?" tanya Morgen tidak percaya.

Immorgent AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang