Synnove, 523th

825 107 24
                                    

UNTUK alasan yang sama dan tidak pernah berubah sejak kurun waktu separuh milenium terakhir, bumi masih mengizinkan setra lapang berselimut ketandusan itu membentang luas di salah satu sisi pada permukaannya. Katakanlah memang sudah menjadi fakta umum bahwa tiada makhluk yang niscaya mampu menghapus eksistensi tempat tersebut. Gunung-gunung di sisi selatan senantiasa melindunginya dari terjangan badai maupun ombak, sedangkan hutan lebat penuh rahasia di sisi utara melakukan kerjanya dengan baik dalam menghalangi sembarang orang masuk ke dalam sana.

Meski begitu, alam tetap mustahil menghentikan segalanya.

Meninjau dari arah mata angin yang berbeda, yaitu arah di mana matahari timbul dan tenggelam sepanjang yang diyakini umat manusia sebagai keabadian, berdirilah dua figur berlainan rupa saling berhadap-hadapan kendati dipisah jarak sejauh sepuluh meter. Keduanya kelelahan, terengah, dan terluka—cairan emas berulang kali mengucur dari luka baru yang selalu lekas menutup—tetapi kepala mereka yang berlapis helm baja masih mendongak sepongah dan segagah sebelumnya, kepercayaan kuat akan kemenangan yang diyakini masing-masing pihak.

"Menyerah sajalah." Sosok yang berdiri membelakangi timur menyeringai lebar. Rambut gelapnya yang dikepang awut-awutan jatuh mencapai pertengahan punggung. "Kau tidak akan menang kali ini."

Yang dari barat mendecih meremehkan. "Teruslah bicara. Sama seperti sebelum-sebelumnya, pertarungan kali ini takkan berakhir sesuai omong kosongmu," ujarnya sambil mengangkat dagu, memamerkan kilau dari ribuan bintang yang dipantulkan helm perunggunya.

Keduanya kembali menerjang satu sama lain ... lagi. Sudah lewat dari dua belas jam. Pertempuran brutal keduanya masih tidak menunjukkan adanya tanda-tanda bakal berakhir, tidak peduli seberapa parah tingkat kerusakan yang telah mereka torehkan di daratan yang semestinya bersifat mulia tersebut.

Si Timur dengan mudah berkelit tatkala parang milik Barat berayun untuk menebas kepalanya. Ia tertawa lepas sembari melancarkan serangan balasan berupa sabetan pedang ke torso milik lawannya yang tidak terlindungi sekeping besi kecuali rajutan kulit—sandang serupa yang juga tengah digunakannya sekarang.

"Kau tahu? Ayahmu mungkin raja dari para dewa, tetapi itu tidak mengubah fakta kalau dirimu tetaplah yang terburuk!" Tendangan Timur sukses mendarat di samping kepala Barat, cukup membuatnya agak goyah walau hanya sesaat.

Balasan Barat datang tidak lama setelah itu. Tangannya yang bebas segera meraih pergelangan Timur, memelintirnya lalu menghantamkan lututnya sekuat mungkin ke tulang hastanya. Bunyi patah memilukan serta merta terdengar disusul oleh pekikan si pemilik lengan. "Terburuk? Lalu kau ini apa?" Barat mencemooh.

"Dewi Perang terbaik, tentu saja," geram Timur. Tangannya yang patah berangsur-angsur memulih ketika ia memaksakan diri untuk meluruskannya.

"Hanya ada satu Dewa Perang yang pantas disebut terbaik, Merziah. Jangan pikir kau bisa mencuri gelar itu dariku." Giliran Barat menggeram rendah. Parang terhunus mengancam, siap menghabisi setiap senti tubuh lawan.

Timur, alias Merziah sang Dewi Perang, memilih menjawabnya dengan merangsek maju sambil melayangkan tinju ke wajah sempurna yang tak lain milik sang Dewa Perang; putra Erasil, Dewa Langit sekaligus pimpinan dari kesembilan Dewa-Dewi Kronos; lawan sejatinya selama berabad-abad. Merziah dan semesta mengenal betul dirinya dengan nama—"Aku tidak akan mencuri gelarmu karena sejak awal gelar itu sudah menjadi kepunyaanku, Akyas!"

Sepasang makhluk perkasa itu kemudian beradu kepalan tangan, yang satu bermaksud menyerang dan yang lain bermaksud bertahan. Efek dahsyatnya berimbas kepada daerah di sekeliling mereka, sebab dua tinjuan itu saja cukup untuk menghasilkan hempasan angin kencang dan retakan di tanah yang dipijak kaki keduanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Season SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang