04 : Simpanan Sang Iblis (2)

7.6K 232 58
                                    

Pria itu kembali padaku sepuluh menit kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pria itu kembali padaku sepuluh menit kemudian.  Kukira ia akan meninggalkanku cukup lama mengingat ia harus mengantar tunangannya yang cantik itu.

Ia mendengus dingin melihat kekagetanku, aku terpaku berdiri di tengah kamar.

“Jangan berpikir akan melarikan diri sementara aku tak ada, mansionku ini dijaga oleh para bodyguardku.  Sekali lagi kau melarikan diri aku akan melempar tubuhmu pada mereka dan.. suamimu akan terbunuh dalam penjara!”

Aku bergidik ngeri mendengar ancaman iblis ini, aku yakin dia memang tak punya hati sehingga bisa mewujudkan kekejaman itu. 

Ya Tuhan, aku harus mencari cara lain agar bisa terbebas darinya.  Tidak dengan cara melarikan diri!

“Tuan, tunangan Anda cantik dan baik,” cetusku sembari menatapnya penuh arti.

Mendadak pria itu mencekik leherku dan menatapku penuh amarah.

“Jangan harap kau bisa menyakitinya!  Aku tak akan membiarkan kau menyentuhnya seujung kuku pun!  Bila Lily terluka olehmu sedikit saja, aku akan balas membunuh suamimu!”

Satu hal yang kini kutahu pasti, dia mencintai tunangannya!  Dan dia amat melindungi gadis itu bagaikan berlian. 

Tapi dia salah paham padaku, aku tak mungkin menyakiti gadis sebaik Lily.

Aku melepas tangannya yang telah mencekik leherku.  Untung ia mau membebaskan cekikannya di leherku.  Aku mulai bernapas memburu dengan dada naik turun.

“Aku.. tak mungkin.. menyakiti.. gadis sebaik.. dia, Tuan!  Kau tenang.. saja.  Justru aku ingin bilang, kau.. sudah menyakitinya.  Dengan memperlakukan aku seperti ini, kau.. telah mengkhianatinya,” ucapku menghujatnya.

Hatinya mungkin sudah beku,  saat aku berusaha menyadarkannya dia justru menatap dadaku dengan penuh hasrat yang terlihat di matanya.

“Aku pria normal, aku butuh pelampiasan nafsu.  Lily terlalu suci untuk kujadikan wadah pemuasan hasrat liarku.”

Ucapannya secara tak langsung menohok hatiku.  Aku ini bukan wanita kotor yang biasa ia jadikan pelampiasan nafsunya!  Sebelum ini aku adalah istri setia yang tak bernoda.  Justru dia yang telah merusakku, dia yang telah mengotoriku. 

“Jangan salahkan aku,” tukas pria itu saat menyadari tatapan penuh dendam dariku, “ini salah suamimu yang begitu tolol telah menyerahkan dirimu ke meja judi!”

Hatiku mencelos.  Mas Harun, aku benci padamu!  Teganya kau menjualku seperti ini.  Apa salahku padamu?  Selama ini aku telah berusaha menjadi istri yang sempurna bagimu.  Meski kita hidup serba kekurangan, aku tak pernah mengeluh dan menerimanya dengan baik.  Bahkan aku berusaha mencari pendapatan sampingan demi membantu perekonomian kita! 

“Jadi terimalah takdirmu menjadi simpananku, pemuas nafsuku!”

“Simpanan?  Atau pembantumu?!” sindirku pedas.

28. Wife For Sale (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang