- 3 -

261 45 4
                                    


At the end of the winter
I met you who became my spring
Oh miracle, for me, meeting you was such a miracle
Ever since you came
This winter’s not cold as it used to be anymore
Because I have you
Who is looking at me yeah


"Kenapa kau tak melakukan perlawanan sama sekali?" Gadis dengan surai hitam itu menyodorkan satu cup besar berisi ramen instan yang baru saja dibelinya. Ia duduk tepat di samping Jinyoung. Mereka sedang berada di sebuah supermarket dekat sekolah.

Jinyoung tidak menyahut. Lebih memilih untuk menyantap ramen perlahan. Berusaha menghangatkan tubuhnya yang masih terasa menggigil— kedinginan.

"Bagaimanapun mereka itu salah. Mana boleh melakukan tindakan seperti itu," Gadis itu berucap lagi. Kali ini sembari memakaikan jaket merah muda kesayangannya ke pundak Jinyoung. Baju pria itu masih agak basah.

Park Jinyoung menoleh. Memperhatikan gerak-gerik yang dilakukan oleh sang gadis—yang bahkan ia tidak tahu siapa namanya. Sedikit merasa risih ketika gadis itu memberikan jaketnya.

"Aku Bae Suzy, siswa pindahan dari Gwangju. Namamu siapa?"

Pria itu—Park Jinyoung—berhenti mengunyah makanannya. Ia meletakkan cup ramen itu di atas meja. Kemudian memandang dahi—ia merasa terlalu gugup untuk menatap matanya—sang gadis yang mengaku bernama Bae Suzy tadi.

"Park Jinyoung," Ucap Jinyoung terlampau singkat.

Gadis yang memiliki marga Bae itu tersenyum tipis. Ah, bahkan dengan senyuman setipis itu, wajahnya terlihat begitu cantik. Jinyoung membatin.

"Mari berteman, Jinyoungie."

_____

Sudah lewat seminggu semenjak pertemuannya dengan Bae Suzy. Awalnya, Jinyoung memang masih cukup sulit untuk melakukan interaksi dengan gadis itu, tetapi sekarang, ia jadi banyak mengobrol. Ia merasa menjadi Jinyoung yang lain. Jinyoung yang banyak bicara, tidak seperti sebelumnya.

Yah, setidaknya ia memiliki teman bercerita sekarang. Meskipun mereka tidak berada di kelas yang sama, dan bertemu ketika jam istirahat serta waktu pulang sekolah seminggu terakhir.

Saat ini, jam tangan digital yang dikenakan Jinyoung menunjukkan pukul 17.00 KST. Jam pulang sekolah dimajukan, karena para saem yang memiliki jadwal acara mendadak. Pria Park itu berdiri di depan perpustakaan sekolah. Ia menunggu Suzy. Gadis itu tengah mencari beberapa buku referensi. Dan Jinyoung tidak ingin mengganggu konsentrasi sang gadis, jadi pria itu memutuskan untuk menunggu di luar saja.

"Hei pembawa sial!" Suara nyaring seorang pria membuat Jinyoung mau tak mau menoleh ke sumber suara tersebut.

Ia melihatnya. Di sana, ada kumpulan pria lain—kakak tingkat nya—beserta beberapa gadis yang terlihat centil mengikuti mereka.

"Kau membuat Heejin, dongsaeng ku dihukum. Kau tahu itu?" Kakak tingkat nya itu mulai berjalan mendekat. Yah, sudah dapat diduga. Heejin pasti bercerita yang tidak - tidak kepada kakak tingkat dengan wajah garang itu.

Untuk saat ini, Jinyoung menjadi dia yang sebelumnya. Hanya terdiam di tempat. Tidak ada minat sama sekali untuk bergerak. Bahkan untuk sekadar mengeluarkan suara.

"Sial, kau tidak punya telinga huh?"

Geraman kesal pria di hadapannya itu keluarkan. Ia semakin berjalan mendekat ke arah Jinyoung. Kedua tangannya terangkat meraih kerah kemeja milik Jinyoung.

"Kau harus menerima akibatnya!" Satu pekikan yang ia keluarkan membuat pria lain yang ada di belakang nya turut maju. Kembali, kejadian itu terulang. Ia mendapat pukulan bertubi-tubi dan hanya mampu diam.

Setelah dirasa cukup, para pria mundur. Digantikan oleh para gadis centil itu. Mereka melempari Jinyoung menggunakan telur, yang entah mereka dapatkan dari mana. Lagi, Jinyoung benar-benar merasa lemah. Ia tidak mampu dan tidak mau melawan mereka. Jadi ia hanya memilih duduk dan menundukkan kepalanya.

Hup!

Park Jinyoung yang semula memejamkan matanya. Perlahan membuka benda itu. Ia terkejut setengah mati melihat gadis itu ada di hadapannya. Persis di hadapannya, karena gadis itu—Bae Suzy—memeluk nya erat dengan posisi nya kini berdiri. Berusaha menghalau lemparan telur tadi.

Pria Park itu mendongakkan kepalanya. Menatap wajah Suzy yang ada di atas kepalanya persis. Kedua bola mata hazel nya mulai nampak. Bersitatap dengan manik Jinyoung. Perlahan tapi pasti, bibir tipis itu mulai menyunggingkan sebuah senyuman.

"Kau tidak sendiri Jinyoungie, aku ada di sini. Aku akan melindungi mu," Bisik gadis itu lirih, namun masih dapat didengar oleh Jinyoung. Bisikan yang berhasil membuat bibir sang pria melengkung ke atas. Park Jinyoung, tersenyum.

Apa yang gadis itu—Suzy—katakan memang benar. Ia tidak sendiri lagi. Ia memiliki Bae Suzy. Bintang kecil yang menyinari malam gelapnya. Memberikan cahaya untuknya. Memberikan kehangatan di atas dinginnya malam musim dingin di hatinya.

Ia, Bae Suzy, bintang kecil itu. Keajaiban yang datang padanya secara tak terduga.

__________

Haduuhhh. Maaf ya kalau gaje.
Hehe, jangan lupa Vote dan comment nya ya...
Love you all❤

MiRACLE [Jinyoung X Suzy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang