In my time, I used to walk alone
You reached out your warm hands
They wrapped my fading, past dreams
And warmed them up
You let them blossom
Just like the spring has come for me
Park Jinyoung POVAku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ku di Universitas Howon—fakultas seni. Begitu juga dengan Suzy. Namun, gadis itu berada di fakultas yang berbeda denganku. Dia lebih memilih fakultas bahasa—Bahasa Inggris. Dia sangat menyukai lagu-lagu barat sehingga lidahnya itu seperti sudah tidak kaku lagi jika berbicara bahasa asing. Hari ini tepat tiga bulan aku dan Suzy resmi menjadi mahasiswa di Universitas Howon. Kami sama-sama tidak mengambil kelas setiap hari. Itu terlalu melelahkan.
Sekarang jam tangan ku menunjukan pukul 01.00 PM. Kami baru saja menyelesaikan kelas terakhir hari ini. Suzy duduk di sebelahku. Menyantap es krim cone rasa Raspberry di tangannya dengan lahap. Sementara aku, menyedot milkshake dari dalam cup berukuran sedang.
"Bagaimana dengan kuliahmu? Semuanya baik-baik saja kan?" tanyaku mengawali perbincangan di antara kami berdua.
"Hmm, bagaimana denganmu? Apa kakak tingkat itu mengganggumu lagi? Cih, dasar kurang pekerjaan. Apa mereka hanya bisa mengganggu ya," Suzy mencibir dengan bibir yang sengaja ia majukan. Yah, memang seperti ini dia jika sedang menyangkut masalah bullying yang—masih—aku alami. Tapi omong-omong, Suzy benar-benar terlihat imut jika sedang dalam mode mencibir seperti itu.
"Kau diam berarti benar. Di mana mereka? Biar aku yang menangani nya," Suzy berucap dengan setengah memekik.
"Kau tahu, aku sudah semakin ahli taekwondo tahu—," Gadis Bae itu menghentikan omelan nya sendiri ketika aku mengecup bibirnya singkat.
Kulihat dia mematung. Mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum rona merah itu menghiasi pipi chubby miliknya. Ah, benar-benar imut.
"Ayo pulang. Kau bilang ada tugas super banyak dari saem genit—Suzy itu sering sekali kena modus sana sini karena dia terlampau cantik—itu? Pulang dan kerjakan bersama, ayo," Aku beranjak dari duduk ku. Kemudian menarik tangannya. Berusaha menahan tawa melihatnya masih dalam mode blank. Ah, you're so cute Ji!
_____
Kelas baru saja berakhir. Aku tersenyum ketika melangkahkan kaki keluar dari ruangan. Kata-kata Im saem tadi membuatku melting di tempat. Aku tidak menyangka beliau akan menyukai lukisan yang ku buat —bersama Suzy—satu minggu yang lalu. Secara dia itu salah satu dosen killer di Universitas ini. Dia juga mengatakan, bahwa aku dapat mengikuti kelas melukis tambahan miliknya secara gratis setiap minggu. Astaga, aku tidak menyangka dapat bergabung di kelasnya. Beliau memang memiliki kelas khusus melukis tiap minggu, tapi itu tidak percuma. Memakan biaya hingga ratusan ribu won per pertemuan. Ingat, dia itu pelukis terkenal di Korea Selatan. Dan aku diizinkan untuk mengikuti kelas itu secara gratis!
Ku langkahkan kaki pelan menyusuri koridor. Aku tidak sabar untuk bertemu Suzy dan mengatakan padanya hal yang membahagiakan ini. Kubayangkan ekspresi yang akan Suzy tampilkan setelah aku menyampaikan berita ini. Dia pasti akan melompat-lompat seperti anak kecil kemudian tersenyum dengan sangat lebar. Menarik kedua tanganku lalu menari, berputar, secara random. Imut, dan aku suka!
Tahukah kalian, dia itu moodboster ku. Tingkahnya selalu berhasil membuatku tersenyum. Bahkan ketika dia sedang menangis tersedu karena kematian salah satu karakter fiksi dalam drama kesukaannya yang tamat bulan lalu. Itu terlihat begitu lucu di mataku.
Aku memutuskan berhenti di depan loker milik ku. Akan mengambil beberapa barang, seperti sebatang cokelat putih kesukaan Suzy. Aku akan memberikan itu padanya. Sebagai hadiah.
"Hei, kudengar anak itu diizinkan mengikuti kelas khusus Im saem secara gratis. Kalian mendengar itu juga kan?" beberapa anak di depan loker mereka nampak sedang berbicara, aku mulai mendengarkan beberapa pembicaraan mereka.
"Hah! Paling juga dia menyuap. Kalian tahu kan siapa dia? Diam-diam dia itu orang kaya."
"Iya kau benar, Im saem tidak mungkin memperbolehkan anak itu mengikuti kelas spesial miliknya. Mungkin dia itu sejenis makhluk halu."
"Maklum saja lah, tak ada yang menyayangi anak itu di rumah. Jadi dia sering sekali menghalu. Malang sekali hidupnya."
"Lagipula lukisannya itu jelek, aku pernah melihatnya. Lebih bagus lukisan anak TK kan," Kata-kata itu, entah kenapa berhasil membuatku ragu. Down. Tidak percaya pada diriku sendiri. Apakah memang begitu ya? Benarkah kata mereka? Aku tidak pantas mengikuti kelas itu?
Ku tundukkan kepalaku. Lantas termenung lagi. Ucapan mereka itu ada benarnya. Aku belum pantas menerima semua itu. Memangnya aku siapa? Menjadi pelukis, sepertinya cita-cita yang terlalu tinggi buatku. Aku ini masih di kelas amatir. Kenapa jadi terlalu membanggakan diri seperti itu?
"Kalian kira kalian siapa hah?!" Suara nyaring yang sangat ku kenal itu tiba-tiba terdengar dari arah belakang.
"Memang lukisan kalian bagus? Sebagus apa? Sebagus lukisan Leonardo da Vinci? Sini biar kulihat!" Itu Suzy. Mempercepat langkahnya. Kemudian berhenti—berkacak pinggang—di depan kerumunan mahasiswa tadi. Yang kini nampak terdiam.
"Hei, kalian tidak berhak untuk menghina siapapun. Meskipun itu pengemis sekalipun," Gadis itu mulai mengeluarkan kata-kata bijaknya dengan nada lembut namun tajam. Eh?
"Meskipun kalian seorang raja sekalipun, kalian tidak mempunyai hak menghina rakyat jelata yang tunduk di bawah perintah kalian. Meskipun mereka melakukan kesalahan, bukankah lebih baik untuk mengkritisi maupun memberikan mereka saran yang baik?" Suzy mengeluarkan deretan kalimat panjang. Masih setia berdiri di hadapan para mahasiswa yang kini mematung. Terkejut melihat gadis galak yang nampak bijak dari fakultas lain mungkin.
"Kalian punya mimpi kan? Begitu juga dengan pria ini. Dia memiliki impiannya sendiri. Kata-kata kalian tadi itu memperberat langkahnya untuk meraih apa yang ia impikan. Bisakah kalian bayangkan jika kalian berada di tempatnya?"
Bae Suzy memandang satu persatu wajah mereka. Memberikan tatapan tajamnya sebelum berakhir dengan senyuman lembut. Wajahnya terlihat sangat cantik. Dapat aku saksikan beberapa mahasiswa pria mengerjap dan menundukkan wajahnya. Merasa gugup ditatap secara intens oleh gadis itu.
Setelahnya ia berjalan mendekat ke arahku. Meraih tanganku, lalu mengajak ku untuk mulai berlari, meninggalkan koridor tadi. Kulihat wajahnya sekali lagi, dia tersenyum.
"Jangan terpengaruh oleh semua hinaan itu. Hanya kuatkan langkahmu, raih semua impianmu. Jangan biarkan semangat mu layu hanya karena cibiran sia-sia itu. Do you understand Jinyoungie?"
Aku mengangguk, sekali lagi. Suzy benar. Gadis itu benar.
"Thanks for everything, Caramel Macchiato."
__________
Huwaaaa, maaf kalau gaje...
Aku yg ngetik, aku yg baper BTW😂😂😆😆
Semoga ngga bosen yaa❤
Makasih yang sudah mau mampir di lapak saya..
Love U so much!
KAMU SEDANG MEMBACA
MiRACLE [Jinyoung X Suzy]
FanficAt the end of the winter I met you who became my spring Oh miracle, for me, meeting you was such a miracle Ever since you came This winter's not cold as it used to be anymore Because I have you Who is looking at me ~ MiRACLE by Got7🎶🎵 Song Fictio...