The Next First Kiss

50.3K 335 0
                                    

Bogor, 2009

Kilatan biru laut tertangkap oleh netra Arinda...kini Ia tersadar jika tubuhnya tengah berada di dasar kolam renang...Entah bagaimana pelukan mereka bisa terlepas...
Sesak yang Arinda rasakan sekarang, ingin berteriak, tapi sulit Ia lakukan...Sampai Arinda melihat ada seseorang yang hendak menggapai tubuhnya...Ibra membawa tubuh Arinda menjauhi dasar kolam...dan Ia merebahkan tubuh mungil tersebut di sisi dapur...
Arinda terbatuk dan tanpa Ia sadari saat ini Ia tengah memeluk tubuh Ibra...

"Ri...Kamu gapapa kan?" Tanya Ibra dengan perasaan khawatirnya...

Arinda tidak menjawab, Ia malah menenggelamkan kepalanya lebih dalam dan sesekali mengangguk pelan...

"Ibra aku takut..." Tanpa Ibra sadari saat ini pipi Arinda mulai menghangat oleh buliran air matanya, Ia teringat dengan masa lalunya, yaah...waktu usia 7 tahun Arinda sempat mengalami kecelakaan dan tenggelam di arus sungai ketika Ia berlibur dikampung Pak Ujang, bersyukur saat itu Ia selamat dan mungkin itu alasan Pak Ujang selalu menjaga Arinda sampai saat ini...

"Udah Ri...kamu ga usah takut, jangan buat aku khawatir...ada aku disini..." Ibra berusaha menenangkan Arinda ditengah-tengah rasa khawatirnya...

Tangis Arinda kembali pecah, Ibra semakin serba salah dibuatnya...

"Kamu orang kedua yang khawatirin hidup aku Bra...Aku kira selama ini cuma Pak Ujang yang bisa kaya gitu sama Aku..." Arinda sesegukan dengan tubuh yang bergetar hebat...

"Udah...kamu ganti baju dulu ya, disini dingin banget Ri, aku takut kamu sakit..." Ibra memohon dan berharap Arinda setuju dengan ajakannya...

Arinda hanya mengangguk dan tanpa menunggu komando, Ibra membiarkan tubuh Arinda menaiki punggungnya...Mereka menuju kamar yang Arinda tempati dan Ibra menurunkannya di kamar mandi...Ibra membiarkan Arinda mengganti bajunya terlebih dahulu dan Ia mencari kamar mandi lain untuk segera mengganti bajunya, tiba-tiba Ia teringat dengan kejadian beberapa menit yang lalu, tanpa sadar Ia pun langsung menyentuh bibir dinginnya...

Ketika selesai, Ia bermaksud untuk masuk kembali ke kamar Arinda, Ia hendak mengurungkan niatnya karena melihat Arinda sudah terbalut oleh selimut dikamar Villa tersebut...Tapi Arinda lebih dulu menangkap sosok Ibra didepan pintu dan mempersilahkannya untuk masuk...

"Masuk aja Bra...Aku lagi ga mau sendiri..." pinta Arinda yang membuat Ibra melangkahkan kakinya lalu duduk di bibir tempat tidur...

"Makasih ya...kamu udah nolongin aku..." Arinda perlahan bangun dan mencoba mensejajarkan tubuhnya dengan tubuh Ibra...

"Maaf tadi Aku ga bisa nahan tubuh Kamu Ri...dan maaf karna udah..." Ucapan Ibrapun menggantung diudara...Ia merasa bingung harus membahas soal ciuman tadi atau tidak...

"Udah apa Bra? Kamu gak perlu minta maaf, itu semua salah Aku karna Aku terlalu ceroboh...Sekarang Aku bersyukur ternyata masih ada orang lain yang peduli sama aku selain Pak Ujang..." Arinda terus berbicara, tapi Ibra melihat ada kesedihan di raut muka Arinda...

Tiba-tiba ponsel Arinda berdering, dilayarnya tertertera nama Mamahnya sedang memanggil...

"Hallo mah.."

"Hallo sayang...Kamu masih dipuncak Nak?" Terdengar suara Mamah Arinda disebrang telpon...

"Masih mah, kayanya Ari ga jadi pulang sekarang, Ari mau nginep aja Mah..."

"Yaudah Kamu hati-hati ya, Mamah lagi di Rumah Sakit, kalau Kamu butuh apa-apa langsung kabarin Pak Ujang ya Ri..." Selalu seperti itu kabar yang Arinda dengar dari sang Mamah...Menurutnya Ia bukan prioritas didalam hidup Mamahnya...Saat ini harapan Ia satu-satunya adalah Pak Ujang dan...tentu saja Ibra...

Arinda tidak bisa menceritakan kejadian barusan kepada Mamahnya...Ia hanya bisa menangis dan menahan rasa kekecewaannya selama ini...

"Ri...ko kamu nangis lagi?" Entah dorongan itu berasal dari mana, sesaat Ibra ingin sekali memeluk Arinda kedalam pelukannya untuk sekedar menenangkan gadis mungil tersebut...

"Aku sayang sama kamu Bra..." Seperti petir disiang bolong...tiba-tiba saja Arinda melontarkan kalimat tersebut...

Arinda sendiri tidak mengerti, kenapa harus kata-kata itu yang Ia lontarkan...
Dan Ibra, perlahan Ia mencoba mencerna kembali kalimat tersebut...Dan seketika ada perasaan aneh didalam hatinya, membuncah dan membuat irama jantungnya tak beraturan...Ia beranggapan keadaan Arinda saat ini sedang tidak stabil dan Ia tidak ingin memanfaatkan keadaan...Tetapi setelah Arinda menatap balik netra Ibra, seperti ada tuntutan yang segera ingin dilakukan...Dan sekali lagi Ibra hanya sosok laki-laki yang tenang, tidak pendiam apalagi cupu...Ia terlalu peka pada tuntutan tersebut...

Dan perlahan Ibra mendekatkan wajahnya pada wajah Arinda yang terlihat pucat, Arinda diam seolah hal itu merupakan suatu isyarat bahwa Ia menyetujuinya...Ibra menempelkan bibir hangatnya pada bibir putih Arinda...Ibra sama sekali tidak ingin melakukan penetrasi atau sekedar melumat bibir Arinda...tetapi Ibra menyadari jika Arinda menuntut untuk melakukan lebih dari itu...Alhasil perlahan Ibra mencoba memagut dan berhasil melakukan penetrasi dan Ibra tau hal itu yang diinginkan oleh Arinda...

Beberapa menit mereka semakin memperdalam ciumannya...Arinda berhasil mengalungkan lengan mungilnya pada bahu bidang Ibra...dan Iapun terbawa suasana dan meraih pinggang gadis tersebut...

Perasaan yang membuncah dan membiarkan perasaan asing muncul diantara keduanya...Seketika hati mereka terasa ngilu dan untuk kali pertama bagi mereka merasakan sesak pada dada masing-masing...

Dan itu adalah ciuman pertama bagi keduanya...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sedih...karna aku harus nulis ulang cerita yang sebenarnya sudah mau aku publis tadi malam...tapi tiba-tiba ceritanya kepotong dan gak bisa dipublish ulang...TT...

The VoyageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang