Namanya Rio Samahita. Badannya kurus, tinggi, tegap. Sama seperti Vino, rambutnya tebal dan berwarna hitam legam, segelap kayu eboni. Tapi jika dibandingkan dengan Vino, kulit Rio jauh lebih cerah dan bersih. Mungkin karena Rio lebih sering naik turun mobil. Berbeda dengan Vino, yang kemana-mana hampir selalu menggunakan motor.
Batang hidungnya tinggi dan mancung. Garis rahangnya yang tirus itu terlihat begitu tajam, dengan dagu yang terlihat sedikit terbelah. Alisnya tebal, tatapan mata coklat gelapnya terlihat begitu tajam bagaikan elang. Terlihat cukup 'membunuh' dan mampu menghipnotis perempuan manapun untuk langsung bertekuk lutut dan berkata 'iya'. Tubuh Rio memang tidak terlalu berotot, tetapi terlihat begitu pas dan proporsional.
Sudah lama Rio memendam perasaannya pada Irene. Tepatnya ketika mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Saat itu Irene murid baru di sekolahnya. Baru masuk kelas satu SMA, usianya kala itu baru 16 tahun. Sementara Rio dan Vino, sati tingkat di atas Irene. Sebagai ketua OSIS kala itu, Rio langsung merasa kagum dengan Irene. Bukan hanya karena paras cantiknya, tetapi juga karena sikapnya yang cukup dewasa dan mandiri. Irene memang lahir dari keluarga serba berkecukupan, sama seperti Rio. Tapi hal itu tidak semata-mata membuatnya menjadi perempuan manja.
Sementara Rio .. Mungkin hanya perempuan bodoh saja yang menolaknya. Secara fisik, Rio nyaris sempurna. Secara materi, tidak usah ditanya. Bahkan dari jauh hari sebelum dirinya dinyatakan lulus sebagai sarjana hukum, Rio sudah merencanakan ingin melanjutkan studinya di Belanda. Rio ingin menjadi pengacara, sama seperti ayahnya, Theo Samahita. Seorang pengacara terkenal. Ibunya pun sama, seorang advokat yang kantornya tidak pernah sepi pengunjung. Nampaknya uang tidak akan berhenti mengalir di kartu kredit dan kartu debit keluarga Samahita.
Tapi sayangnya, hal itu tidak cukup kuat membuat Irene jatuh ke dalam pelukan Rio ..
Tanpa terasa, waktu menunjukkan pukul empat lewat lima sore. Di luar sedang hujan deras. Irene, yang daritadi hanya berkutat dengan tugas kuliahnya, akhirnya menyerah juga. Perutnya terasa keroncongan sekali. Harus segera diisi, agar otaknya bisa berjalan lagi.
Setelahnya, Irene memutuskan pergi ke dapur untuk membuat secangkir teh manis hangat. Minuman yang pas diminum kala hujan turun. Dan di sana Irene mendapati Rio, yang sedang duduk sendirian ditemani laptop dan beberapa berkas yang Irene tak tahu dan tidak mau tahu apa isinya.
"Sebastian belum pulang?" tanya Irene bingung.
"Belum," jawab Rio dengan pandangan yang tak pernah lepas dari laptopnya. Toh tapi Irene sama sekali tak peduli.
Rio menutup laptopnya lalu beranjak meminum secangkir teh hangatnya. Rio menatapi Irene sejenak, yang sedang sibuk membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri. Tatapan Rio terlihat begitu tulus .. Tetapi begitu penuh juga dengan gairah dan cinta. Tatapan itu seolah-olah berkata betapa inginnya Rio memeluk tubuh mungil Irene saat itu juga. Membawanya ke kasur, mencumbunya sedemikian rupa hingga Irene mendesahkan namanya ..
"Rio? Kamu lapar?" tanya Irene tiba-tiba. Seketika, pertanyaan itu langsung memecah fantasi liar Rio, seolah-olah petir yang menyambar di siang bolong.
Rio mengangguk kikuk, "Iya. Kamu mau makan apa? Biar aku yang belikan."
Irene beralih menatap jendela kaca rumahnya sekilas sebelum akhirnya beralih menatap Rio lagi. "Tapi di luar sedang hujan. Nanti kamu sakit," kata Irene khawatir.
Rio tersenyum hangat, "Nggak apa-apa. Aku bisa naik mobil."
Tidak apa kalau Rio sakit. Toh selama ini memang dirinya sudah sakit. Bukan fisiknya, tapi batin dan perasaannya. Cintanya yang bertepuk sebelah tangan.
Irene terdiam sejenak sebelum kembali bicara, "Bubur ayam bagaimana? Sepertinya pas dimakan waktu hujan-hujan begini."
Rio mengangguk lalu bangkit dari kursi tempat duduknya, "Baik. Aku belikan buat ayah sama Sebastian juga. Siapa tahu mereka pulang lebih awal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Cinta [COMPLETED]
Romance⚠🔞WARNING 21+ MENGANDUNG KONTEN CERITA DEWASA, VERY MATURE, ROMANCE⚠🔞 Buat yang masih di bawah umur PLEASE JANGAN BACA kalo masih nekat dosa ditanggung sendiri Kisah cinta dua anak manusia yang bertolak belakang, bagaikan langit dan bumi. Vino Up...