Chapter 5 - One Night Stand (Cinta Satu Malam)

691K 4.7K 33
                                    

Rio memacu mobilnya dengan kecepatan lamban. Angin berhirup dengan kencang. Hujan masih turun tiada henti-hentinya. Jalanan pun sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang berlalu-lalang. Lebih banyak yang meneduh, menghindari derasanya guyuran air hujan.

Sore ini sebenarnya Rio sudah kembali. Jalanan memang sepi, tapi licin karena terguyur air hujan. Makanya Rio kembali lebih lamban dari yang seharusnya. Padahal jarak dari rumah Irene ke restoran buburnya hanya memakan waktu tiga puluh menit saja.

Oh, dan alangkah sakitnya hati Rio saat dirinya kembali ke rumah. Bukannya pertanyaan 'Kamu baik-baik saja?' yang Rio dengar dari mulut Irene. Melainkan suara desahan. Sebuah erangan nikmat yang keluar dari bibir dua manusia yang sedang menikmati indahnya surga dunia. Rio Samahita sama sekali tidak menyangka Vino akan datang berkunjung ke rumah Irene. Tapi andaikata Vino tak datang pun, Rio juga sama sekali tidak berharap Irene mau bercinta dengan dirinya. Karena toh mungkin hal itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Hanya sampai sebatas angan-angan liarnya saja.

Meskipun di luar hujan, tapi Rio tidak tuli. Pendengarannya masih bagus. Usianya masih sangat muda. Rio masih bisa mendengar dengan jelas, apa yang sedang terjadi di kamar Irene. Dan Rio tahu betul siapa satu-satunya laki-laki di dunia ini yang bisa membuat Irene mendesah sedemikian rupa ..

Setelahnya, Rio mencoba mengintip dari celah lubang kunci kamar Irene. Hanya sekadar memastikan bahwa itu benar-benar Vino. Dan ternyata hal itu malah membuat hati Rio tambah sakit. Bagaimana tidak? Kau harus melihat dengan mata kepalamu sendiri orang yang begitu kau cintai, sudah begitu lama kau memendam rasa dengannya, bercinta dengan orang lain .. yang mana orang lain itu adalah mantan sahabatmu sendiri.

Rio melihat dengan jelas bagaimana Vino menindih tubuh mungil Irene. Menciumi leher dan kedua payudara ranumnya. Meninggalkan banyak sekali tanda kebiruan di tubuh Irene .. Rasa-rasanya Rio sudah tidak tahan lagi. Rio harus benar-benar angkat kaki dari rumah Irene secepatnya. Toh ada Vino di sana.

Setelah melihat 'pertunjukan panas' yang seharusnya tidak dilihatnya itu, akhirnya Rio memutuskan untuk kabur. Dengan cekatan, Rio mengambil secarik sticky notes warna kuning lalu mulai menulis dengan tangan gemetar. Gemetar, bukan hanya karena dingin. Meskipun di luar memang masih hujan dan udara jadi dingin, tapi yang paling membuat tubuh Rio bergetar adalah karena rasa kesal luar biasa. Bagaimana tidak? Rio baru saja melihat perempuan yang dicintainya sejak lama itu bercinta dengan orang lain.

"Ayah tidak balik hari ini karena ada meeting mendadak. Sebastian nginap di rumah temannya dan balik besok pagi. Katanya ada acara dekor kelas untuk classmeeting, jadi kamu tidak usah khawatir. Aku sudah belikan kamu makanan. Jangan lupa makan. Aku mau pulang dulu. Hati-hati," demikian isi notes yang ditulis Rio.

Tanpa menunggu lama, Rio langsung meninggalkan tiga kotak bubur ayam beserta sticky notes itu di atas meja makan. Rio sudah tak peduli siapa yang mau memakan satu kotak bubur ayamnya lagi. Satu-satunya hal yang Rio inginkan sekarang hanya kabur secepatnya dari rumah sialan itu.

Rio terus memacu mobinya, kali ini dengan kecepatan nyaris penuh. Padahal cuaca sedang tidak baik untuk kebut-kebutan, jalanan licin. Kecuali memang ada niatan ingin segera menjemput ajal. Rio benar-benar sudah tidak peduli lagi jika dirinya harus mati saat ini juga. Toh buat apa Rio hidup, jika hanya berkecukupan harta benda tetapi tidak dengan cinta dan kasih sayang?

Malam ini Rio tak kembali ke rumahnya. Rio sangat butuh refreshing, kabur sejenak dari masalah yang kian membelenggunya. Malam ini Rio pergi ke sebuah club malam yang buka dari jam tujuh hingga jam tiga pagi. Satu-satunya hal yang Rio inginkan saat itu hanya mabuk. Sangat mabuk, hingga akhirnya dirinya melupakan sejenak semua permasalahannya .. 

Gairah Cinta [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang